2. By Your Side (b)

23 3 6
                                    

Maaf jika ada typo. Selamat membaca dan berharap vote juga comment yang banyak💜

.
.
.

"Eomma, aku anak kandung kalian kan?"

Mataku berlinang hanya menanyakan ini. Lemah sekali akhir-akhir ini. Ibuku terpaku ditempat. Matanya membulat terkejut.

"Tentu sayang, kenapa bertanya seperti itu, hm?

"Bohong. Aku bukan anak kalian!"

Runtuh sudah, akupun menangis. Ibuku gelagapan.

"Sayang, siapa yang bohong, nak?"

"Aku anak jalang kan? Orangtuaku dibunuhkan?"

"Nak, kamu kenapa sayang?"

"Eomma, jujur. Hiks.. Aku bukan anak kalian kan? Aku berbeda.. hiks. Aku tidak mirip denga oppadeul. Darah kita berbeda, hiks eomma katakan sebenarnya,"

"Siapa yang bilang, Juran! Kamu anak eomma. Kamu putri kami, adik Namjoon dan Taehyung!"

"Jangan begini eomma, katakan sejujurnya, a-aku.."

Aku tak sanggup berkata lagi, sesak sekali. Walau eomma menyangkal tapi kanapa eomma menangis?

"Kamu anak eomma, Juran, hiks"

"Eomma, aku dengar pembicaraan eomma dengan Mina imo.. hiks. Aku bukan bagian keluarga Kim.. hiks katakan eomma,"

Ibuku terpaku sesaat. Napasnya memburu sesaat sebelum mengusap lembut rambutku.

"Mungkin ini waktunya, nak. Benar, kamu bukan putri yang lahir dari rahim eomma."

"Hiks.." kenapa sakit jika sudah jujur. Bukannya aku yang memaksa untuk jujur?

"Tapi kamu putri eomma, eomma yang merawat kamu sejak usiamu tiga bulan. Eomma dan appa juga eoppadeul adalah keluargamu, nak"

"Hiks..."

"Juran putri eomma," ibu membawaku kepelukannya, aku hanya bisa menangis pilu begitu juga dengan ibuku.

Lalu mengalirlah cerita bahwa orangtuaku dan ayahku yang saat ini adalah teman yang dipertemukan dipanti.

Ayahku yatim piatu, sedangkan ibu kandungku ternyata anak angkat kakekku.

Menjadi puteri kesayangan kakekku, ibu selalu mendapat penindasan dari para bibiku.

Ayahku adalah anak sulung dan satu-satunya anak laki-laki dikeluarga Kim dan mempunyai tiga adik. Mina imo, Nemi imo dan ibuku sendiri.

Sampai saat kakekku membagi rata warisannya pada ibuku juga, para bibi ternyata berang.

Acap kali mencelakai ibu kandungku, bahkan ibu sudah menolak dan melepas semua harta warisannya dengan ikhlas.

Beliau sadar, bahwa hanya anak angkat dan kakek akhirnya luluh juga. Sampai puncaknya saat aku berusia tiga bulan dimana usaha yang ayahku rintis berjalan pesat.

Namun hal itu justru menyulut emosi para bibi, dan berkata ibu kandungku menjilat ludah sendiri menerima kembali warisan kakek. Padahal tidak.

Ayah dan ibuku saksi hidup bahwa usaha ayah kandungku dirintis dari nol. Mereka menikah sederhana tanpa pesta.

Lalu ayah kandungku giat bekerja saat tahu saat ibu hamil aku ditahun kedua pernikahan mereka, dan akhirnya bisa membuka usaha tekstil kecil-kecilan.

Semakin pesat saat aku lahir, bahkan sudah membuka cabang di dua kota. Oleh karena itu, ayah dan ibuku akan mengadakan pesta ulang pernikahan mereka.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang