Kekecewaan yang Juran rasakan selama ini tergantikan dengan euphoria menanti kehadiran bayinya dan Jimin.
Usia kandungannya sudah menginjak bulan kedelapan. Juran merasakan perubahan bentuk tubuhnya.
Jika sebelum hamil, berat badannya kisaran 45 dan 46kg, kini rasanya berat badannya naik puluhan kilo. Jangan berani menjumlahkannya! Nanti dia marah.
Sejak kandungannya ke empat bulan, Juran lebih suka memakai kaus atau kemeja Jimin yang membuatnya tenggelam.
Jimin tidak mempermasalahkan. Malah dia suka, katanya bertambah seksi. Mata laki-laki kenapa begitu, ya? Juran saja risih rasanya, pipi tembam dengan perut seperti bola basket.
Jika bukan karena bayiku, pasti aku sudah melakukan diet ketat.
Bahkan ini kata dokter seharusnya dinaikkan lagi. Tapi memang badanya yang tidak mau naik lagi.
Sebulan kemarin malah turun hampir tiga kilo. Jimin gencar memberi sang istri makanan bergizi setiap sejam sekali. Untungnya kembali naik lagi.
Untuk mengidam, paling parah hanya membangunkan Jimin untuk squat 10x tengah malam. Kalau urusan makanan sewajarnya saja.
Ngidam yang paling memalukan juga ada. Baru tadi malam, entah kenapa semalam si ibu hamil ingin sekali mencium Jimin.
Bahkan hampir menangis karena Jimin lembur. Jimin mengejar meeting penting karena rencananya bulan ini dia akan ambil cuti menemani sang istrj menjelang hari kelahiran.
Sore ini juga terjadi lagi. Melihat Jimin pulang pukul empat sore rasanya bahagia sekali. Juran menunggunya disofa ruang tamu.
Jimin sedang mandi dikamar lantai satu. Mulai bulan ini, mereka pindah kekamar lantai satu. Si ibu hamil mudah lelah naik turun tangga.
Sembari menunggu Jimin, Juran memilih menonton kartun. Selain lucu kartun itu ringan. Tidak seperti sinetron yang penuh konflik kehidupan.
Hidupnya saja penuh dengan konflik, kenapa harus menambahnya dengan menonton hal-hal yang penuh konflik lainnya.
Lagipula, konflik disinetron itu mudah ditebak, sih.
Tak terasa satu animasi kartu telah usai dan berganti ke acara masak-masak. Bumil satu ini juga suka menonton acara masak-masak. Melihat proses dan hasil jadi masakan itu, hiburan tersendiri.
Membayangkan rasa masakan yang didemokan di tv itu asyik. Katanya jadi bisa menebak-nebak hanya dengan bahan yang terlihat digunakan.
Iklan pun mengintrupsi mengembalikan bumil pada keinginan mencium Jimin.
Kenapa lama sekali sih mandinya.
Juran menyusul Jimin dalam kamar. Benar saja, sang suami tertidur. Tapi Juran masih ingin menciumnya. Menyebalkan, antara ingin membiarkannya karena dia tahu pasti sang suami lelah belerja, tapi dia juga benar-benar ingin mencium suaminya saat ini.
Memilih keluar dan tanpa sadar membiarkan pintu terbuka. Karena kesal Juran memilih menaiki tangga kekamar mereka dilantai dua.
Sungguh, membawa badan yang hampir sama dengan berat badan Jimin itu sungguh berat apalagi menaiki tangga begini.
Dipertengahan tangga, Juran beristirahat sejenak. Mengatur napas lalu kembali menapaki tangga sampai akhirnya dia masuk kekamar dilantai dua.
Lelah, percayalah. Perjuangan ibu hamil itu patut diacungi jempol, membawa nyawa lain setiap saat.
Karena kesal Jimin yang tidur ditambah rasa lelah usai menaiki undakan tangga Juran menangis tiba-tiba.
Mendengar langkah kaki terburu memasuki kamar yang ditempatinya saat ini. Juran tahu itu Jimin, aroma tubuhnya sudah hapal luar kepala. Karena masih kesal dia tidak menoleh sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories
Short StoryKumpulan oneshot dan short story. check it out👏 Mature, tapi ✌✌