Hari Biru

39 8 23
                                    

Tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok..

Tok...

Tok...

"Non, Biru. Sarapannya udah siap, non." Bibi mengetuk pintu kamarku di pagi hari pukul 06.30 WIB. "Iya, Bi. Tunggu sebentar, Biru lagi pake baju," balasku dengan sedikit berteriak dari dalam kamar. "Oke, non."

"Apa lagi ya, yang kurang? Duh, seketika lupa cara pake dasi gimana? Haduh Biru, padahal cuma libur 1 minggu tapi lupa cara pake dasi," gumamku di depan kaca sambil memutar-mutar dasinya dengan pasrah. "Ah, terserahlah." Aku segera bergegas menuju ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama oma.

Ya, aku tinggal bersama oma di rumahnya yang begitu besar. Tinggal menjadi orang kaya yang memiliki banyak perusahaan serta saham membuat hidupku sesak. Aku diperbolehkan bebas berekpresi, tentunya menjadi hal yang membanggakan, tapi, aku tidak boleh banyak melakukan beberapa aktivitas di luar ruangan, takutnya traumaku akan kembali.

"Morning, Oma." Aku mengecup pipi omaku yang sudah keriput tapi masih tetap terlihat segar. "Biru, pakai dasinya," kata Oma memperingatkan. Aku malah terkekeh mendengarnya.

"Oma, tau gak?" tanyaku dengan antusias. Oma yang sedang mengoles selai stroberi hanya berdehem untuk menanggapi. "Followers aku di Louvie naik jadi 10. Huwaaaa ... Oma aku seneng banget, bahkan yang baca dan gudangin cerita aku lebih dari followers ini," aku berteriak antusias sambil menunjukkan handphoneku sebagai bukti bahwa aku tidak main-main dengan ucapanku.

Bahkan bibi yang sedang memasak pancake untukku juga ikut tersenyum mendengarnya. "Selamat atuh non, Biru. Itu artinya, non Biru udah punya bakat, dan harus dikembangkan," sahut bibi menanggapi ocehanku.

"Bibi mau tau gak tentang cerita aku?" tawarku kepadanya. "Memangnya cerita tentang apa, non?" balas bibi dengan penasaran.

"Tentang seorang pembantu yang hobi meneriaki majikannya kalau dia kelamaan berendem di kamar mandi, bahkan punya kekuatan yaitu gedor-gedor pintu bersama teriakan suaranya yang begitu merdu, hingga siapapun yang mendengarnya bisa mendadak pingsan," ledekku, dan setelahnya aku tertawa lepas di depan bibi.

"Non Biru nyindir bibi ya? Gak akan bibi tolongin non Biru lagi di kamar mandi, biarin aja bersarang dengan kecoa disana," protes bibi tidak terima.

Aku hanya tertawa mendengar ancaman dari bibi, hingga aku lupa meminum teh hangatnya. Bibi memanglah asik dan sangat periang, selalu bisa buat Biru tidak merasa kesepian ketika oma harus pergi mengurus kegiatan perusahaan.

"Okey, Oma. Aku berangkat dulu ya, cup, bye." Aku mencium pipi oma dan melambaikan tangan ke arahnya. Aku segera masuk ke mobil dan masih berkutat dengan dasi yang gak beres ini.

"Bisa-bisanya lupa bentuk dasi gimana."

///////

"Heh, mana duit yang gue minta kemarin. Jangan pura-pura goblok." Aku mundur perlahan begitu geng yang disebut Ssquad datang menghampiriku di kamar mandi perempuan.

HATERS! #WYM2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang