"Kalau kamu sudah besar,kamu mau jadi apa,Lisa?" Anak kecil laki-laki berambut hitam pendek berponi itu bertanya antusias pada teman perempuannya yang dipanggil Lisa. "Aku ingin jadi apa ya." Si gadis kecil yang mengenakan kucir kepang dua itu tengah berpose seperti memikirkan sesuatu,sampai-sampai dia meniru mimik orang dewasa kalau sedang dilanda pikiran berat,padahal secara harfiah dia hanya menirukannya.
"Payah! Kayak gitu aja masih mikir! Kamu payah!" Bentak si anak laki-laki berambut jabrik tadi,dia menunjukkan telunjuknya ke arah gadis kecil itu seraya mengejeknya terus menerus. "Memang Rico sudah memikirkannya?" Tanya balik si gadis kecil ini.
"Sudah dong,kau dan Deva itu kan nggak pernah mikirin kayak begitu,padahal kata ibuku,cita-cita itu penting!" Jawab anak laki-laki tadi yang namanya adalah Rico. "Katakan padaku!" Lisa menyahut dengan lantang,matanya berbinar sangat terang seolah-olah hanya Rico saja yang menjadi pemandu hidupnya saat itu,karena apa pun yang dilakukan Rico selalu terlihat keren buat Lisa.
"Aku ingin menjadi KSATRIA yang menyelamatkan seorang PUTRI cantik jelita,dan kau harus jadi putri-nya!" Jawab Rico dengan sangat lantang sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah-olah dia sedang memegang pedang besar yang dia hunuskan ke langit pertanda Ia siap berperang kapan pun.
Mendadak semua menjadi hitam dan sunyi,digantikan bunyi jarum jam dan tak lama kemudian, 'KRRIIINGGGG'
"Arrgghhh,sial. Kau jam sialan,kau merusak mimpiku dengannya!" Seorang pemuda yang masih setengah tidur itu menyambar jam beker yang sudah dia umpati pagi-pagi begini. Dia mencoba bangun dari posisinya dan duduk di tepi ranjang tidurnya,sorot matanya memperhatikan dengan seksama keadaan kamarnya sendiri. Tak lama kemudian,dia mulai teringat lagi dengan mimpinya semalam dan janji masa kecilnya itu,"Kuharap dia tak melupakannya."
"Rico! Cepat turun dari kamar,atau kau ingin ku siram pakai air dingin dulu?!" Suara wanita yang sangat keras itu berasal dari bawah membuat Rico mulai sadar kembali dari angan-angannya. Ia tanpa basa basi langsung keluar dari kamarnya dan turun kebawah. Langkah Rico yang terburu-buru mulai membawanya ke dapur dan Ia disuguhkan wanita yang meneriakinya tadi memakai celemek dan tengah sibuk memasak.
"Hei Bu,bisakah kau tak teriak seperti tadi? Ini masih jam 6 pagi dan kau membangunkanku seperti orang kesetanan." Rico menjawab Ibunya dengan wajah tak suka,Ia mulai duduk di salah satu kursi di tempat makan sembari menunggu Ibunya. "Anak kurang ajar! Ibu kewalahan,kau harusnya membantu Ibu!"
Sang Ibu mulai berbalik pada anaknya dan siap memberikannya kata-kata yang lebih pedas,tapi semua itu diurungkan oleh anaknya. "Sstt,iya deh maaf. Ya udah aku mandi aja ya." Rico mulai berjalan meninggalkan Ibunya yang padahal ingin memarahinya.
"Rasanya aku tak mau sekolah,aku tak ingin bertemu si kutu buku sialan itu." Celoteh Rico sembari Ia menyiapkan alat mandinya dan mulai menyibukkan dirinya dengan shower untuk membasuh tubuhnya.
15 menit berlalu,Rico sudah siap lengkap dengan seragamnya walau pun Ia tak berniat untuk memakai dasinya lagi,sebuah kebiasaan bagi Rico.
"Mana dasimu? Kau niat sekolah tidak?" Tanya si Ibu yang memperhatikan anaknya berpenampilan seperti berandalan berkedok anak sekolahan."Daripada aku tak pakai pakaian,ini jauh lebih baik." Jawab sang anak acuh,dia menyibukkan dirinya dengan sarapan yang sudah disiapkan sang Ibu.
Sorot mata Ibunya terlihat sedikit sedih,perasaan Rico pun jadi tak enak melihat Ibunya mendadak berubah begitu,dan akhirnya dia membuka pembicaraan. "Ibu,ada masalah? Apakah Ayah membuatmu merasa tak tenang lagi?" Wanita yang dipanggil Ibu itu hanya mencoba untuk tersenyum dan menjawab sang Anak,"Ah nggak! Siapa bilang? Dia itu Ayahmu,jangan menghakiminya walau pun dia meninggalkan kewajibannya pada kita."
![](https://img.wattpad.com/cover/243620422-288-k113716.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Worthless Promises
RomanceSeorang pemuda bernama Rico yang harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Ia harus menghadapi segala takdir kejam yang merenggut semua kebahagiaanya. Tapi,Ia dengan rela meninggalkan masa mudanya yang harusnya penuh dengan kenangan demi menu...