Hari ini adalah hari terakhir MOS, seluruh siswa berkumpul di aula sekolah untuk mengadakan pensi. Semuanya terlihat sangat menikmati acara, namun berbeda denganku yang tidak tertarik dengan acara seperti itu. Bagiku acara tersebut membosankan. Di tambah berada di dalam ruangan yang sempit membuatku duduk tidak nyaman dan ingin segera keluar dari tempat itu. Setelah bertahan cukup lama dan acara belum selesai aku memutuskan untuk izin keluar ruangan dengan alasan ingin ke toilet.
“BRUKKKK” tubuhku terhempas begitu saja setelah bertabrakan dengan laki-laki yang bertubuh tinggi itu. Sepertinya dia tergesa-gesa hingga tidak melihat aku dan menabraknya. Aku segera berdiri dibantunya.
“Maaf ya, aku tadi buru-buru sampe nggak merhatiin jalan dengan benar. Kamu nggak kenapa-kenapa?” Jelas dan tanyanya padaku.
“Aku nggak papa kok” jawabku pendek.
“Aku pergi dulu ya, sebentar lagi giliranku pensi dan aku harus segera mempersiapkan diri, jangan lupa nonton ya” Pamitnya padaku sembari tersenyum dan aku hanya mengangguk sambil memperhatikan dia yang berlari ke arah aula.
“Aku suka senyumnya dan matanya teduh” ucapku dalam hati. Entah mengapa aku bisa berfikiran seperti itu.
Aku tidak jadi pergi ke toilet dan masuk kembali ke aula. Aku duduk bersama Ema dan Eva yang sejak tadi terlihat bersemangat menyaksikan pertunjukan seni dari masing-masing kelas.
“Selesainya kapan sih?” tanyaku pada kedua temanku itu.
“Bentar lagi kayaknya, masih ada satu kelas yang belum maju” jawab Eva yang tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari panggung.
It’s been a long day without you, my friend
And i’ll tell you all about it when i see you again
We’ve come a long way from where we began
Oh i’ll tell you all about it when i see you again
When i see you again.Suara merdu memenuhi ruangan dan membuatku fokus ke sumber suara. “Bukankah dia orang yang menabrakku tadi” tanyaku pada diri sendiri. Alunan melodi gitar yang indah ditambah dengan suara yang merdu mampu menghipnotis seluruh isi ruangan dan membuat semuanya ikut bernyanyi termasuk aku.
“Suaranya bagus ya” Kataku memecah keramaian.
“Iya, ganteng juga wkwk” timpal Ema sedikit berteriak , mungkin agar aku dapat mendengarnya padahal jarak kita deket dan pendengaranku tidak sedang bermasalah.
“Aku tadi tabrakan sama dia di depan” bilangku
“Oh yaa, siapa namanya?” tanya Eva padaku.
“Ya mana saya tahu, nggak sempet kenalan tadi” jawabku.
Kami kembali fokus ke depan sambil menikmati suara merdunya. Entah mengapa aku merasa kembali bersemangat, bahkan aku ikut bernyanyi dengan kedua tangan ke atas.
“Aku suka senyumnya, matanya juga teduh. Nanti dia bakal jadi pacar aku” Ucapku tiba-tiba.
“wkwkw bangun neng tidurmu terlalu nyenyak. Kenal saja enggak kok jadi pacar” ledek Eva yang diikuti tawa pecah Ema. Aku hanya tersenyum namun dalam hati aku berkata “kita lihat saja nanti”. Aku nggak tahu kenapa aku bisa berkata seperti itu, entah mengapa aku merasa yakin jika nanti aku bisa deket sama dia. Jika dipikir-pikir memang lucu, mana ada orang baru ketemu, tidak tahu siapa namanya tapi bisa dengan yakin bilang kalo nanti akan jadi pacarnya. Siapa yang tahu takdir.Lagu telah berakhir, suara tepuk tangan menggema di setiap sudut ruangan. Diapun turun dari panggung. Kakak kelas menutup acara tersebut dan seluruh siswa diperbolehkan untuk kembali ke kelas mengambil tas dan pulang. Namun, sebelum itu ada pengumuman pembagian kelas sesuai dengan jurusan yang diambil karena kelas sebelumnya hanya kelas sementara. Setelah kulihat daftar nama yang satu kelas denganku ternyata tidak ada satupun yang aku kenal. Aku memutuskan untuk segera mengambil tas dan pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
pelangi setelah badaiku
General FictionUntuk Reza: Terimakasih sudah datang dalam hidupku dan menjadi pelangi setelah badaiku yang lalu. Hadirmu menenangkanku dan senyummu membuatku melupakan rasa sakitku. Aku mencintaimu dalam diamku.