Mentari telah menampakkan keindahannya lewat kaca jendelaku. Aku segera bangkit dari tempat tidurku dan segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah. Sebenarnya aku santai saja karena hari ini sudah tidak ada MOS jadi nggak akan ada yang meneriakiku untuk segera lari menuju kelas padahal jam masuk masih lumayan lama. Setelah selesai bersiap-siap aku keluar kamar dan segera bergabung dengan keluargaku untuk sarapan. Sudah menjadi rutinitas di keluarga jika mau sarapan harus nunggu anggotanya lengkap dulu baru sarapan. Terkadang aku suka ngomel sendiri kalo kakak keduaku nggak keluar-keluar dan membuat yang lainnya menunggu. Entah apa yang dilakukannya di kamarnya itu hingga untuk keluar sarapan saja perlu diteriaki dulu.
“Lama banget sih kak, keburu telat aku entar ke sekolahnya” omelku karena lagi-lagi kak Rey keluar kamarnya lama.
“Helleh lebay, masih pagi juga. Mau buka gerbang kamu” jawabnya dengan kata lebay yang sering sekali muncul kalo debat denganku.
“sudah sudah, jangan debat mulu ntar keburu siang” lerai ibuku. Semuanya duduk rapi dan memulai aktivitas sarapannya masing-masing.Setelah selesai sarapan aku, ayah dan kak Aldo berpamitan. Aku pergi ke sekolah, Ayah dan kak Aldo pergi berangkat kerja. Sedangkan kak Rey kembali ke kamarnya karena kuliahnya siang. Aku mengendarai sepeda motorku dengan santai karena jam masuk sekolah masih lumayan lama. Sesampainya di sekolahan aku segera menuju kelasku dan mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. Aku memilih meja barisan kedua dekat dinding. Entah mengapa aku selalu suka tempat duduk dalam barisan itu, sejak SMP aku juga selalu duduk di barisan kedua.
“Aku boleh duduk di sebelahmu nggak?” tanya seorang anak perempuan berbadan tinggi dan proposional padaku.
“Eeh iya boleh” jawabku sambil tersenyum ke arahnya.
“Kenalin namaku Poppy Puspitasari biasa dipanggil Poppy, namamu siapa” dia mengulurkan tangannya padaku untuk mengajakku berkenalan.
“Namaku Monalisa Tri Cantika, panggil saja Mona” jawabku sambil membalas uluran tangannya. BTW aku memang orangnya agak sulit ngajak orang untuk berkenalan atau menyapa dulu orang yang belum kenal, namun jika sudah kenal aku akan sangat mudah untuk bergaul. Itulah aku yang sedikit agak gengsi untuk memulai terlebih dahulu. Kulihat sekitarku anak-anak lainnya juga saling berkenalan satu sama lain.Setelah berbincang-bincang dengan Poppy bel masuk berbunyi dan semua siswa masuk ke dalam kelas lalu duduk di kursinya masing-masing. Tak lama kemudian pak guru yang sepertinya adalah wali kelasku masuk dan memperkenalkan diri lalu satu persatu yang ada di dalam kelas maju untuk memperkenalkan diri juga. Beberapa anak maju ke depan dan memperkenalkan diri, awalnya aku tidak terlalu memperhatikan dengan teliti setiap perkenalannya toh nanti juga tahu sendiri. Hingga salah satu anak laki-laki maju ke depan dan mulai memperkenalkan diri.
“Perkenalkan nama saya Reza Putra Ardiansyah, biasa dipanggil Reza. Saya alumni SMP N 85 Jakarta. Alamat rumah saya di Jl. Magasatwa, Pondok Labu, Cilandak”. Mataku hampir tak berkedip memperhatikannya, pasalnya dia adalah laki-laki yang menabrakku kemarin, laki-laki yang bernyanyi sambil bergitar di acara pensi kemari, iya itu dia. Entah mengapa bibirku tiba-tiba tersungging ke atas dan jantungku berdegub sedikit kencang dari biasanya. Oh Tuhan, apakah ini takdir? Aku bertemu lagi dengannya bahkan aku sekelas dengannya yang mana aku akan memiliki kesempatan untuk dekat dengannya. Oh betapa bahagianya aku saat itu.Semuanya telah selesai berkenalan. Jam pelajaran hari ini dihabiskan hanya dengan cerita dari wali kelas kami. Hingga jam pelajaran berikutnya juga masih sama yakni perkenalan guru lalu murid dan diakhiri dengan cerita. Kegiatan belajar mengajar belum diadakan sebab baru pertama kali masuk kelas. Tak tahu mengapa setiap kali dia memperkenalkan diri aku selalu tak bisa mengalihkan padanganku dari matanya yang teduh itu. Oh Tuhan ada apa denganku?
Waktu berjalan begitu saja, bel istirahat telah berbunyi. Aku yang merupakan siswa baru belum berani ke kantin untuk makan siang, untungnya aku membawa sekotak roti dari rumah. Aku makan roti bersama Poppy, beberapa siswa lainnya keluar ke kantin dan sebagian lagi berjalan-jalan keluar kelas untuk mencari teman baru. Beberapa anak perempuan di kelasku menghampiriku dan Poppy untuk berkenalan lalu ngobrol bersama sambil makan roti yang kubawa dari rumah tadi. Tak butuh waktu lama kita ngobrol layaknya teman lama. Tiba-tiba saja aku berpikir dia masih ingat aku nggak ya? Dia mau kenalan sama aku secara langsung nggak ya? Kok kayaknya dia sudah lupa sama aku? Pertanyaan itu terus berputar di otakku hingga tak kuperhatikan teman-temanku yang berbicara.
“Mona?” Rina menyadarkanku dari lamunanku dengan melambaikan tangannya di depan mukaku.
“Ehh iya gimana?” jawabku sedikit kaget karena suaranya Rina cukup melengking.
“Kamu kok ngelamun sih? Ada masalah?” tanya Poppy.
“Hehe enggak kok, sampai mana tadi ceritanya” elakku. Lalu Rina melanjutkan ceritanya. Bel masuk berbunyi, semua kembali ketempat duduknya masing-masing.Dia lewat di depan bersama beberapa anak laki-laki lainnya. Dari banyak anak laki-laki di kelasku entah mengapa aku hanya tertarik pada dia saja. Memang benar dia ganteng, tapi bukan itu yang membuatku tertarik. Akan tetapi matanya yang teduh dan senyumnya yang indahlah yang mampu mengalihkan pandanganku. Entah mengapa aku masih saja kepikiran dan merasa yakin akan perkataanku pada Eva dan Ema kemarin kalau nanti dia bakal jadi pacarku. Mungkin jika aku bercerita pada Eva dan Ema kalau aku sekelas sama dia, mereka akan histeris wkwk.
Di jam terakhir guru masuk dalam kelas dan seperti sebelumnya mereka memperkenalkan diri mereka. Tanpa sengaja kedua mata kami bertemu dan saling pandang untuk beberapa saat. Jantungku berdegup kencang kembali lalu segera mengalihkan pandanganku ke arah lain. Apakah mungkin dia masih mengingatku? Tanyaku dalam hati. Setelah jam pelajaran berakhir dan bel pulang sekolat telah berbunyi semua murid keluar kelas untuk pulang. Aku dan Poppy berjalan beriringan menuju ke parkiran dan dia bersama anak lainnya berjalan di depanku. Aku hanya bisa melihatnya dari belakang, tubuhnya tinggi dan tegap, kulitnya sedikit hitam dan pakaiannya selalu tertata dengan rapi. Aku berjalan sambil mengamatinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aneh memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
pelangi setelah badaiku
Fiction généraleUntuk Reza: Terimakasih sudah datang dalam hidupku dan menjadi pelangi setelah badaiku yang lalu. Hadirmu menenangkanku dan senyummu membuatku melupakan rasa sakitku. Aku mencintaimu dalam diamku.