Ibuku juga sering berkata seperti apa yang Junkyu katakan, bahwa aku tak seharusnya menyalahkan diri sendiri dan merasa bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi.
Tapi itu dulu, karena sekarang ibu sudah tiada.
Ketiadaannya selalu menghadirkan rindu. Bagiku, ibu bagaikan pagi yang menyudahi malam. Aku akan merasa baik-baik saja jika ibu ada disampingku. Ketika aku bermimpi buruk pun, ibu akan membangunkanku dari luar dan berseru, "sudah pagi, Jihoon. Kau harus sarapan dan segera pergi ke sekolah." Tak berbeda dari ibu kebanyakan, ibuku pun seringkali mengancamku dengan hal-hal kecil. Tapi hal itu justru membuatku merasa baik-baik saja. Seruan ibu seringkali menyadarkanku bahwa-- tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja. Mimpi buruk itu sudah berakhir, jadi aku tak perlu khawatir.
Kendatipun perasaan seperti itu hanya muncul untuk sementara.
Sejak kecil, aku seringkali menangis setelah aku terbangun dari mimpi buruk. Hanya ibu yang tahu keadaanku. Hanya ia satu-satunya orang yang tahu bahwa aku seringkali melihat masa depan melalui mimpi.
Pernah disuatu pagi, aku merasa marah pada diri sendiri setelah aku mendapatkan satu mimpi buruk. Kuambil cutter dan kugoreskan berulang kali pada pergelangan tangan. Darahku menguar menetes dilantai. Cukup mampu untuk menyamarkan luka perit dihati. Aku mengamuk dan terus mengumpat pada diri sendiri, menangis sejadi-jadinya lantaran merasa tak berguna. Lalu begitu saja, ibu membuka pintu kamarku dan meraih cutter nya. Alih-alih marah karena aku telah berbuat sesuatu yang melebihi batas, ibu malah menarikku kedalam dekapan sembari ikut menangis. "Tolong jangan lukai dirimu, Jihoon. Itu membuat ibu sakit. Ibu sudah bilang bahwa tidak apa-apa jika kau bermimpi buruk. Ibu ada disini. Kau bisa menceritakannya pada ibu tanpa harus melukai dirimu! Tapi kenapa kau malah melakukan ini? Kenapa?!" Ibu mengguncang-guncangkan tubuhku, memaksaku agar aku mengeluarkan suara.
Jujur saja, saat itu aku nyaris memarahi ibu. Aku benci kenapa dia harus datang. Aku benci karena ibu menghentikanku. Harusnya, dia tetap diluar dan membiarkanku mati. Kurasa itu akan lebih baik ketimbang aku harus tersiksa oleh segala mimpi yang datang.
"Temanku... dia akan mati." Aku bergumam pelan dengan suara yang bergetar. Memberanikan diri untuk bisa menatap manik ibu, "Lalu apa yang bisa aku lakukan? Ibu pikir aku akan baik-baik saja jika seandainya dia benar-benar mati? Itu membuatku frustasi!"
"Jihoon,"
"Aku benci diriku yang harus memiliki mimpi yang nyata! Kenapa aku tak bisa hidup normal seperti orang lain? Yang menjalani hari tanpa harus khawatir soal mimpi. Aku benci diriku!"
Saat itu, aku semakin tenggelam dalam segala sedu sedan. Namun Ibu lagi-lagi memelukku dan mencoba menenangkan. Ibu tanpa henti mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Lalu, aku juga mulai menceritakan apa yang terjadi dalam mimpiku. Temanku bernama Yoshinori, merasa frustasi lantaran melihat orang tuanya terus bertengkar. Kejadiannya terjadi di sebuah Apartemen, pukul 15.30 KST. Bagaimana Ayahnya yang terus memukuli sang istri tanpa kutahu apa masalahnya. Dengan begitu, Yoshinori berusaha menghentikan aksi brutal ayahnya. Tapi diluar dugaan, pisau yang saat itu dipegang sang Ayah malah mengenai perut Yoshinori hingga membuatnya tak sadarkan diri.
"Kita akan menghentikannya." Sepenggal kalimat yang keluar dari mulut ibu tatkala aku selesai bercerita, rupanya mampu membuat telak. "Hanya itu yang akan membuatmu merasa baik-baik saja dan berhenti menyalahkan diri sendiri seperti ini, kan?"
Kupikir, dengan aku menuruti perkataan ibu, semuanya sungguh akan baik-baik saja.
Tapi pada kenyataannya, apapun yang aku lakukan tetap berakhir sia-sia.
Tepat pukul 15.20, aku dan ibu sampai di sebuah apartemen yang menjadi tempat tinggal Yoshinori. Sesuai dugaan, kekerasan sedang terjadi. Ibuku langsung maju tanpa aba-aba, beralih melindungi ibu Yoshinori. Awalnya, Yoshinori sempat terkejut kenapa aku bisa datang. Aku tak menjawabnya dengan sungguh-sungguh. Kubilang, aku dan ibu hanya ingin main kemari, lalu apa yang kami lihat malah kejadian mengenaskan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔When Night Falls || Treasure
Fanfiction𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐉𝐢𝐡𝐨𝐨𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐠𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐧𝐲𝐚. ❝𝐈 𝐡𝐚𝐭𝐞 𝐢𝐭 𝐰𝐡𝐞𝐧 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐟𝐚𝐥𝐥𝐬. 𝐁𝐞𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐢𝐭 𝐦𝐞𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐈 𝐰𝐢𝐥𝐥 𝐦𝐞𝐞𝐭 𝐦𝐢𝐥𝐥𝐢𝐨𝐧𝐬 𝐨𝐟 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭𝐦𝐚𝐫𝐞𝐬 𝐭𝐡𝐚𝐭...