Pukul 20.30, aku mengunjungi Hyunsuk hyung. Dia sedang menari ketika aku sampai di ruang latihannya. Pemuda Choi itu menyapaku tatkala aku membuka pintu dan masuk.
"Lanjutkan saja." Ucapku ketika Hyunsuk hyung malah berhenti menari. Dia tidak mendengarkanku, tetap berjalan dan langsung ikut duduk bersandar di tepi ruangan.
"Kenapa tidak bilang kalau kau akan datang? Padahal aku baru akan menelponmu dan memberi tahu tentang sesuatu." Tanya Hyunsuk hyung antusias. Wajahnya pun terlihat sumringah.
"Hanya ingin." Jawabku, "lagipula sudah seminggu aku tidak kemari untuk melihat perkembanganmu. Tapi kulihat tadi kau semakin bagus. Astaga, Choi Hyunsuk memang selalu tak terkalahkan."
Aku terkekeh untuk menggodanya. Sontak, Hyunsuk hyung mendorong bahuku pelan. "Memangnya kau tidak bekerja?"
Aku mengangguk pelan. Lalu menjawab, "Mashiho yang menggantikan. Hanya untuk malam ini, aku bilang bahwa ada hal penting yang tak bisa aku tinggalkan."
"Kau berbohong."
"Biarlah, tidak ada yang tahu. Mereka juga percaya saja. Lagipula kenapa? Kau tidak senang karena aku datang?"
"Hey, bukan begitu. Tapi-"
"Ya, aku mengerti. Tak usah dilanjutkan." Cibirku, "Ngomong-ngomong, memangnya apa yang ingin kau katakan sampai mau menelponku?"
"Ah, itu..." Hyunsuk hyung menjeda kalimatnya, meski apa yang dia katakan selanjutnya justru membuatku cukup geram, "...tebaklah."
"Aish, kenapa harus tebak-tebakan segala? Kau tahu bahwa aku bodoh dalam hal ini."
"Ya tahu, sih. Kau memang bodoh. Tapi coba tebak saja."
Sempat mengumpat lantaran dikatai bodoh, akhirnya aku memilih untuk mengalah dan mulai menebak. Tapi apa yang aku coba sebutkan selalu salah. Dimulai dari mendapat tiket liburan gratis, tiket konser gratis, mendapat makanan enak, atau bahkan hal yang lebih konyol lagi... bahwa Choi Hyunsuk dimarahi CEO sebab kentut ketika ada hal yang harus dibicarakan. Hanya untuk bercanda. Aku tidak berpikir bahwa Hyunsuk hyung justru malah memukul kepalaku.
"Kau memang menyebalkan." Katanya kesal. Tergelak, aku merasa puas setelah sukses berbuat iseng padanya. "Jawaban yang benar adalah..."
"Adalah... apa? Katakanlah cepat."
"Aku akan debut!" Hyunsuk hyung berkata demikian dengan penuh antusias, "Tiga bulan lagi! Manajer perusahaan baru saja memberitahuku bahwa aku akan debut. Kau tahu? Rasanya tinggal selangkah lagi. Usahaku selama ini tidak sia-sia."
Aku tak tahu harus bersikap seperti apa setelah mendengar penjelasan Hyunsuk hyung. Aku tidak bisa merasa tenang lagi. Yang ada, aku malah teringat akan mimpiku. Dimimpi, Hyunsuk hyung juga berkata seperti ini melalui telpon. Bedanya, sekarang ia mengatakannya secara langsung.
"Jihoon? Kenapa?"
"Eh?"
"Kau tidak ikut senang?"
"Aku?" Tanyaku masih dalam keadaan linglung, "Tentu saja senang. Aku terlalu senang sampai tak bisa mengatakan apapun lagi. Rasanya, ucapan selamat saja tidak akan cukup. Aku sangat menunggu untuk penampilanmu di panggung nanti."
Hyunsuk hyung tersenyum bangga. Melihat ia yang sebahagia itu, secara tak sadar juga sukses membuat kedua sudut bibirku terangkat.
"Kalau begitu lanjutkan saja latihanmu. Kau tidak boleh melakukan kesalahan nantinya. Sementara kau disini, aku akan keluar untuk membelikanmu minuman, bagaimana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
✔When Night Falls || Treasure
Hayran Kurgu𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐉𝐢𝐡𝐨𝐨𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐠𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢 𝐛𝐮𝐫𝐮𝐤𝐧𝐲𝐚. ❝𝐈 𝐡𝐚𝐭𝐞 𝐢𝐭 𝐰𝐡𝐞𝐧 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐟𝐚𝐥𝐥𝐬. 𝐁𝐞𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐢𝐭 𝐦𝐞𝐚𝐧𝐬 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐈 𝐰𝐢𝐥𝐥 𝐦𝐞𝐞𝐭 𝐦𝐢𝐥𝐥𝐢𝐨𝐧𝐬 𝐨𝐟 𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭𝐦𝐚𝐫𝐞𝐬 𝐭𝐡𝐚𝐭...