Prolog

70.9K 2.4K 32
                                    

Anak perempuan itu duduk di pinggir trotoar dengan wajah lusuh. Pakaiannya kotor penuh bercak tanah di sana sini. Tubuhnya penuh dengan memar dan bekas luka. Matanya menatap nyalang pada sebungkus roti yang sudah tidak berbentuk lagi. Dengan gerakan cepat, tangannya membuka plastik pembungkus roti tersebut secara kasar. Tanpa menoleh ke anak-anak lainnya yang tengah tertidur di atas kardus-kardus bekas, anak perempuan itu melahap rotinya dengan beberapa kali gigitan. Tidak butuh waktu lebih dari 3 menit baginya untuk menghabiskan roti yang hampir tiga kali ukuran tangan mungilnya itu.

"Larimu sungguh cepat sekali."

Seorang pria berpakaian serba hitam berdiri menatapnya. Membuat anak perempuan yang masih berusia 6 tahun itu tersurut mundur. Matanya dengan awas memperhatikan laki-laki yang tidak dikenalnya itu.

"Tenanglah nak. Aku bukan pemilik dari toko roti itu." Pria itu melirik sekilas pada pembungkus roti yang tergeletak sembarang di dekat kakinya.

"Mau apa kau?" Anak itu bertanya sambil mencoba meneliti wajah pria dihadapannya. Kegelapan malam yang pekat di bawah jembatan layang membuat sosok si pria semakin terlihat menyeramkan.

Pria itu tersenyum lalu berjongkok dihadapannya. "Aku bisa memberimu ribuan roti secara gratis dan tempat tidur yang layak jika kau mau ikut bersamaku."

"Gratis?"

Pria itu mengangguk. "Gratis," ulangnya. "Yang perlu kau lakukan hanyalah menjaga seorang anak."

"Aku tidak mengerti," tukas anak perempuan itu. "Apa kau sedang mempermainkanku Tuan? Kau pikir karena tubuhku kecil sehingga kau dengan mudah membodohiku? Aku bukan pengurus bayi, Tuan."

Pria itu tertawa singkat. "Kau anak yang pemberani. Karena itulah aku sangat terkesan sejak melihatmu di depan toko roti tadi."

"Jika kau ingin melaporkanku kepada Polisi karena mencuri sebuah roti, silahkan Tuan. Aku sudah sering keluar masuk penjara karena hal sepele seperti ini."

Pria itu menggeleng. "Aku tidak akan melaporkanmu nak. Aku hanya ingin membuat kesepakatan denganmu. Bukankah hidupmu akan lebih baik jika kau tidak perlu mencuri dan berlari-lari dari kejaran pemilik toko setiap hari? Kau bahkan bisa bersekolah. Hidup dengan nyaman. Bukankah tawaranku menarik?"

Dahi anak perempuan itu berkerut sedikit. Ia menatap pria di depannya dengan sedikit ragu. "Lalu, sebagai balasannya, kau hanya ingin aku untuk menjaga seorang anak?"

"Dia bukan anak sembarangan. Dia pewaris tunggal dari perusahaan besar. Orang-orang jahat selalu ingin mencelakainya."

"Jika dia sepenting itu, mengapa kau tidak meminta seseorang yang lebih kuat dan dewasa untuk menjaganya Tuan? Kau pikir aku bodoh? Hah?" Tanpa rasa takut sedikit pun, anak perempuan itu berseru marah kepada sang pria. Meskipun pria itu terlihat jauh lebih besar dan lebih kuat darinya, wajah anak itu tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Matanya yang sipit menatap pria itu layaknya seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.

"Dengar, anak itu tidak menyukai seseorang seperti itu berada didekatnya selama 24 jam penuh." Pria berpakaian hitam itu mulai menjelaskan pada si anak. Tubuh tinggi dan besarnya kemudian semakin mendekat kepada si anak. "Kami butuh anak yang sebaya dengannya. Yang tidak terlihat seperti seorang penjaga namun mampu menjaganya. Yang tidak terlihat menyeramkan sehingga membuatnya bebas bergerak dan bermain dengan anak lain sebayanya."

Anak perempuan itu terdiam sejenak. "Berapa usianya?"

"6 tahun."

"6 tahun?" ulang anak perempuan itu tak percaya. "Apa pekerjaan orangtuanya sehingga anak berusia 6 tahun begitu berharga dan harus kulindungi?"

(S)HE IS MY BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang