"JAGAIN YANG CEWEK!"
"YANG CEWEK MUNDUR!"
Ricuh suara berlawanan, suara tembakkan ke langit, air yang ditembakkan, dan beberapa asap yang berasal dari gas air mata ada dimana mana. Kacau, kotor dan mengenaskan, itu keadaan kota Jakarta hari ini.
Bagi semua mahasiswa yang turun ke lapangan, Covid-19 hanyalah virus biasa, tak lebih mematikan dari orang orang yang berada didalam gedung megah yang tengah mereka kepung.
Melindungi satu sama lain, terutama perempuan, mereka, mahasiswa berusaha sekuat tenaga melindungi mahasiswi yang ikut turun ke lapangan.
Tak lama asap mulai datang lagi, gas air mata telah diluncurkan kembali. Semua menjauh, kecuali 3 mahasiswa beralmet biru dongker yang enggan mundur, justru mengambil gas air mata tersebut, dan melemparkannya kembali kedalam pagar.
"BANYAK CEWEK DISINI BODOH! LEMPAR KE KAMI AJA YANG COWOK!" Teriak salah satunya.
Semua bersorak, kembali maju lalu berteriak menolak pengesahan RUU yang baru saja dirancang siap disahkan.
Lalu air kembali ditembakkan, semua basah bagaikan terguyur hujan.
"MUNDUR!!!"
Seperti pemimpin, beberapa mahasiswa mengikuti arahan dari mahasiswa beralmet biru dongker tersebut.
Beberapa menit kemudian, adzan berkumandang, semua mahasiswa menghentikan teriakannya, muslim ataupun non-muslim semua berhenti, mundur beberapa langkah lalu duduk sementara.
BEM dari beberapa kampus mulai mengomandoi mahasiswanya,
"BUAT KALIAN YANG MUSLIM, KITA TUNAIKAN DULU SHOLAT DZUHURNYA! CARI TEMPAT STRATEGIS BUAT SHOLAT, AMBIL WUDHU DISEKITAR, JIKA GAK KETEMU AIR BUAT WUDHU, KALIAN BISA TAYAMUM!"
Beberapa mahasiswa muslim mulai bubar, mau menunaikan sholatnya. Sementara mahasiswa non-muslim memilih mundur, beristirahat sebentar.
"Gila, panas banget tadi. Makasih banget gue sama bapak bapak polisi yang nyiramin air, adem banget badan gue." Ocehnya, dari salah satu mahasiswi beralmet biru, namun tak segelap mahasiswa almet biru dongker tadi.
"Orang gila, disiram malah bersyukur." Balas temannya.
Perkenalkan saja, Brianna Jennifer Rinjani dan Jesslyn Agatha.
Mahasiswa ITB, semester 5.
"Gue haus nih, Jess. Beliin minum kek,"
Detik selanjutnya Rinjani langsung dapet toyoran dari Jesslyn, "Emang songong ya lo?! Gak pake embel embil minta tolong, terkesan merintah lagi."
Rinjani cuma cekikikan, abis itu dia yang tadinya lagi selonjoran dirumput langsung bangun, "Yaudah ayo temenin. Tapi jauh banget, kak."
"Ya siapa suruh gak bawa air."
"Bukannya gak bawa, tapi udah habis."
Akhirnya mereka mutusin buat jalan beli minum, walaupun agak jauh dari lapangan. Tapi ya gimana? Masa iya Rinjani harus minum air tembakan, yang ada perut dia bolong.
Tanpa mereka tau, ada gas air mata yang mengarah ke mereka. Lalu, mendarat didepan mereka. Gasnya langsung menyeruak, Jesslyn langsung menjauh, tanpa mikirin Rinjani yang belum paham situasi.
"JANI!"
Beberapa detik kemudian Rinjani keluar dari kepulan asap, matanya tak henti hentinya mengeluarkan air mata, matanya memejam namum terus mengeluarkan air mata,
"Je-Jess,"
Jujur, rasanya mengucap satu kata saja sulit untuk Jennie. Dadanya sesak,
Beberapa mahasiswa yang menyadari kejadian lempar gas air mata dadakan itu semakin ricuh, apalagi mendarat tepat mengenai perempuan.