"Tolong Mama, satu kali aja Kak." Pintanya.
Rinjani ngebuang muka, "Gak usah pasang wajah melas, Ma. Jani muak."
Mamanya justru menangis, "Mama mohon, Kak. Kali ini aja,"
"Gak."
"Kakak gak kasian sama Mama?"
"Mama pernah kasian sama Jani sama Jeff? Mama pernah mau bantu Jani sama Jeff? Mama pernah peduli sama Jani sama Jeff? Pernah?"
"Mama mana tau derita Jani, Jeff sama Papa. Yang Mama tau, Jani, Jeff sama Papa hidup baik baik aja."
"Keluar Ma dari rumah Papa. Mama gak lupa kan pintu keluarnya?" Tanya Rinjani sarkas. Matanya sama sekali gak nunjukin raut kesedihan ataupun kasihan.
Jeffrey yang ada diambang tangga cuma bisa nyaksiin kejadian gak terduga ini. Mama nya dateng, bawa anak umur 5 tahun yang tidur dikamar Jeffrey.
"Kak. Tolong, dia anak Mama.."
"Terus aku sama Jeff bukan anak Mama? Oh iya, kan emang aku anak Papa bukan anak Mama. Keluar Ma,"
"Jani.."
Rinjani bodoamat sama panggilan Mamanya itu, dia milih buat ke kamarnya. Ngunci pintunya, tapi sebelum dia masuk,
"Keluarin itu bocah, Jeff. Ngapain lo biarin dia tidur dikamar lo?"
"Tapi kasian kak, dia masih kecil."
"KELUARIN! ASAL LO TAU, DULU DISAAT UMUR LO 3 TAHUN, DIA SAMA SEKALI GAK PEDULI LO MATI SEKALIPUN!" Teriak Rinjani, pecah sudah emosinya yang sedaritadi dia tahan.
Jeffrey ngebeku, ini pertama kali kakaknya semarah ini bahkan sampai berteriak.
Jeffrey ngedeketin Rinjani yang ada diambang pintu kamar, dia meluk kakaknya.
Tangis Rinjani pecah. Bersamaan dengan tubuh bongsor adiknya yang meluk dia.
"Keluarin dia Jeff." Pinta Rinjani.
"Ngeliat wajah dia aja, kakak berasa ngulang hari itu. Kakak mohon, keluarin dia.." pintanya sekali lagi, diselingi isak tangis.
Rinjani natap tajam Mamanya, dia jalan ke kamar Jeffrey. Ngegendong anak usia 5 tahun itu yang lagi tidur, diserahin ke Mamanya. "Bawa anak Mama. Dulu, ketika usia Jani 5 tahun, Jani yang gendong Jeff. Di kehidupan Jani, cuma ada Papa sama Jeff. Keluar."
Rinjani narik tangan Mamanya keluar dari rumah tersebut, secara kasar. Ditutup pintunya sekaligus dikunci.
Rinjani naik tangga, dia noleh singkat. "Ini semua demi kebaikan kamu. Kakak begini, karena kakak gak mau kamu ngalamin dan ingat kejadian 17 tahun lalu."
Abis itu Rinjani nutup pintu kamarnya, nangis dibalik pintunya. Dia nyari kontak Papanya.
Langsung dihubungi,
"Pa.." panggil Rinjani.
"Ya? Hey, kamu nangis? Ada apa Jani?"
