Rinjani bete bukan main, ini hari sabtu tapi mendadak dosennya bilang kalo mahasiswa/i semester 5 fakultas SBM diharuskan datang ke kampus.
Alasan Rinjani bete itu selain ini hari sabtu, adalah pasalnya kemarin dia baru saja turun kelapangan, capeknya bukan main.
Tidak ada teman bareng pula, Jesslyn semester 7 kalo kalian tau. Maka dari itu Jesslyn tidak disuruh datang.
Angkasa pun sama dengan Jesslyn, gak ada cara lain selain naik motor atau minta antar ayahnya. Tapi disinilah permasalahannya, ayahnya ini sudah berangkat kerja, tersisa adik kurang ajarnya yang gak ada kerjaan.
Agak males sebenernya Rinjani minta tolong adiknya, tapi daripada keluar duit. Sayang juga.
Terpaksa.
"Jeff," panggil Rinjani.
Adiknya yang masih sibuk dengan game-nya hanya menoleh singkat, "Apa?"
"Anterin kakak," kata Rinjani.
"Males." Tuh kan. Ini alasan Rinjani sebut adiknya ini kurang ajar.
"Anterin elah, Jeff. Kalo gak, kakak aduin ke Ayah supaya motornya diambil lagi." Ancam Rinjani.
Jeffrey langsung menghentikan game-nya, "Kemana?"
"Kampus, dosen nyuruh ngumpul dadakan."
"Hayoloh! Diomelin kali gara gara kemarin ikut demo!"
Rinjani muterin bola matanya, "Gak lah. Orang dosen kakak yang bilang kalo mau ikut ya ikut. Asal pulang pulang jangan bawa penyakit."
"Yaudah, kapan?"
"Sekarang."
Jeffrey bangun dari kasurnya, "Udah minta tolong maksa, dadakan lagi kayak tahu bulat. Nyusahin aja," omel Jeffrey.
"OH! JADI LO BILANG GUE INI NYUSAHIN?! BU-" Belum selesai Rinjani ngomong, Jeffrey udah ngebekap mulut Rinjani pake tangan gedenya.
"Ngaduan banget sih, buntelan lemak!"
"Bacot banget, buru!" Omel Rinjani.
"IYE!"
Rinjani keluar dari kamar Jeffrey, turun ke lantai 1 duduk ditaman kecil rumahnya. Sambil nyiram bunga kesayangannya yang baru seminggu dibeliin Ayahnya.
Gak lama Jeffrey keluar dengan boxer serta kaos oblong putihnya, gak lupa masker. Rinjani melongo, dia nabok paha Jeffrey. "Yang bener dikit dong! Masa boxer-an?!"
"Ye, cowok tuh gak masalah begini! Lagian panas, enakan begini." Katanya terus ngeluarin motor scoopy nya.
Rinjani cuma bisa ngehela nafas panjang sambil misuh misuh dalam hati sama kelakuan adiknya ini. Jeffrey manasin motor dulu, abis itu baru,
"Ayo naik."
Rinjani langsung duduk di jok belakang, pegangan bahu Jeffrey. Karena dia tau, Jeffrey ini kalo bawa motor kayak orang kesetanan. Bahkan truk aja diselip.
"Pelan pelan kalo bawa mo-ANYING!"
RINJANI
Sampe dikampus, Rinjani melongo, kok tumben kampusnya ramai. Apalagi mahasiswa semester 5 khususnya fakultas SBM itu ya cuma ada sekitar 40 dari beberapa sesi. Ini kok, bahkan ada wajah yang gak familiar dimata Rinjani.
"Sal," panggil Rinjani, keteman 1 fakultasnya.
"Apaan?"
"Ini maba?"
