"Ga adil!" Sarah menatap tajam. Mendekapkan lengannya didada. Memanyunkan bibirnya kedepan. "Kenapa endingnya nyeramin sih?!"
Senna mengerutkan alisnya. Menghela nafas panjang. "Intinya kan. Mereka bahagia."
"Iya bahagia. Tapi, kasian tau! Antagonisnya mati secara sadis! Terus, kenapa Zean juga ikut mati?! Gue ga terima Sen! Gue ga terima!"
Senna mendengus pelan. "Emang kenapa sih? Lo sebagai pembaca harus terima dong endingnya mau happy ending kek atau sad ending. Kenapa lo banyak bacot?! Kalau ga terima endingnya, yaudah! Lo buat aja cerita lo dimana semuanya berakhir bahagia!"
Sarah memanyunkan bibirnya. Menatap Senna. Sahabat oroknya yang nyebelin binti ampun. "Gue benci lo!" Sarah beranjak dari kursinya. Melirik sinis Senna dengan tajam. "Gue ga masalah kalau endingnya mau gimana. Cuma aja, kenapa coba nama antagonisnya sama kayak gue?! LO NYUMPAHIN GUE MATI HA?!" Sarah mengeplak keras meja pelajar dengan telapak tangannya.
"Ini mencemar nama baik gue sebagai Sararhea Felysia! "
Senna mengerjapkan matanya. Matanya membulat sempurna. Tersenyum tipis. "Khehe.. "
"K-Kenapa lo tertawa? Nyeremin tauk!"
"Khehahahahahaha." Senna memegang perutnya. Mengusap ujung matanya yang kini mengerluarkan setetes air mata. Menatap Sarah dengan tatapan jenaka.
Senna tidak pernah terpikirkan. Kenapa ia tidak membuat karakter Sarah persis seperti karakter sahabatnya ini. Mungkin... Ceritanya lebih menarik daripada yang ia duga?
"Iyuhh! Ini kamar atau kandang babi sih?!" Sarah mengapit hidung mancungnya yang cetar membahana. Menatap Senna dengan jijik. "Jorok banget lo, Sumpah!"
"Anak gadis kayak gini kamarnya?" Sarah mengeleng-gelengkan kepalanya. Menatap lurus. "Jangan ditiru ya gaes!" ucapnya didepan ponselnya. Biasalah, Sararhea Felysia. Harus Up to The Date. Update!
Senna melirik Sarah dengan sinis. "Mendingkan kamar gue kayak kandang babi. Daripada kamar lo, kayak kandang anjing!"
Sarah membulatkan bola matanya. Mengerutkan keningnya. "Lo... tu! Kadang ngomongnya... Suka benar!" Sarah tertawa cengegesan menampilkan deretan gigi putihnya.
Senna memutarkan kedua bola matanya malas. "Sini lo! Gue mau nunjukin sesuatu."
"Hmmm."
Senna berdecak kesal. "Udah ah! Biarin aja! Ngapain coba lo bersih-bersih?! Kerajinan banget sih lo!" Senna menarik kerah belakang Sarah. Mendudukan Sarah dikasurnya. "Gue bawa lo kesini bukan sebagai babu gue. Gue bawa lo kesini untuk nunjukkin sesuatu ke lo. Jadi, Lo! Sungkem disini, okey?"
Sarah mengerjapkan matanya. "O-Okey." Tersenyum canggung sambil mengusap tengkuk belakangnya. Sarah menatap miris sekeliling kamar Senna. Tangannya gemetar hebat. Tahan Sarah. Tahan. Tahan. Ambil nafas buan--AKHH! GUE GA TAHAN!
"LO!" Melototkan bola matanya. Menatap Sarah yang kini tengah duduk dibawah dengan cengegesan. "Gue kan dah bilangin! Jangan dibersihin goblok!" Senna berdecak kesal.
Sarah mengusap pelipisnya yang kini bercucuran keringat. "Hehehe... Lo kan tau. Gue pencinta kebersihan dan kerapian. Jadi, ngeliat kamar lo hancur lebur begini. Makanya gue bersihin. Kalau kayak gini kan enak. Adem mata gue jadinya."
"Dasar Mysophobia. " gumam Senna pelan.
"Apa? Apa? Lo ngomong apa tadi?" tanya Sarah beruntun.
Senna menggelengkan kepalanya. "Ga. Gue ga bilang apa-apa."
"Nih."
"Pintu Apaan tu?"
"Pintu Neraka."
"Anjim." Sarah tersenyum lurus. "GUE SERIUS BEGO!"
"JANGAN TERIAK-TERIAK BABI!"
"GUE GA TERIAK!"
"TUH! LO TERIAK!"
"LO JUGA TERIAK!"
"KAN LO YANG MULAI DULU!"
"KAN LO YANG MANCING DULU!"
Senna mengerutkan alisnya. Memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. "Jadi, pintu ini. Pintu dunia lain."
Sarah mengerjapkan matanya. "Dunia lain? Seperti?" Tanya Sarah menaikan sebelah alisnya.
"Iya, dunia lain. Hmm, seperti Dunia isekai mungkin?"
Sarah menutup bibirnya rapat. "Pftt- Lo gila kali ah!" Sarah mengibas-ngibaskan tangannya. "Ga mungkin pintu dunia lain. Halu Lo ah!"
Senna mengendikkan bahunya acuh. "Kalau ga percaya coba aja."
"..."
"Seriusan ni?"
"Iya."
"OKE!" Sarah berdiri tegak. Menatap pintu tersebut dengan semangat. "Kalau begitu. Gue request masuk kedalam novel baru lo. Sebagai Shenna!"
"Hmmm. Yaudah masuk lo."
Sarah mengangguk-anggukan kepalanya. "Ingat ya! Sebagai Shenna."
"Iya. Masuk lo dulu. Biar gue atur."
"Ingat ya! Sebagai Shenna. Tapi..." Sarah menatap Senna ragu. "Gue bisa balik lagi kan?"
"Iya."
"Seriusan ni?"
Senna berdengus. Menatap Sarah dengan tajam. "Lo ga percaya sama gue?"
"Gue percaya kok. Cuma.. "
"Cuma?"
Sarah menggeleng-gelengkan kepala. "Gak. Gak mungkin gue raguin orang jenius kayak lo. Gue percaya kok!" Sarah tersenyum lebar. "Gue masuk ya."
"Iya, masuk cepat!"
"Ingat ya! Jadi Sh--"
"Banyak bacot!" Senna dengan kesal menekan sebuah remot ditangannya. "Iya! Iya! Gue tau kok lo mau jadi Shenna, kan?!"
Senna berdengus kesal. Menyugar rambutnya kebelakang. Melirik remot digenggamannya dengan mata melebar. " Shit! Mampus gue! "
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive As An Obsessive Villain
Fiksi UmumDi dalam Novel " Love is like Heaven." Dimana karakter Antagonisnya berusaha memisahkan kisah cinta sang pangeran yang badass dengan Putri bangsawan yang kini sudah menjadi rakyat jelata. Pangeran Zeron dan Putri Shenna yang saling mencintai satu sa...