Matahari telah sedikit tergelincir dari singgasananya dari puncak langit, saat Dewandaru dan Bayu tiba di halaman parkir kendaraan pribadi lokasi wisata Candi Prambanan. Mereka bergegas masuk melewati pintu gerbang utama yang berada lurus di hadapan komplek monumen candi utama. Sinar matahari yang menyengat membuat Dewandaru refleks mengernyitkan keningnya. Seketika dia menyesal karena telah lupa membawa serta kacamata rayban hitam andalannya. Pelarian dari Paramitha membuatnya melupakan banyak hal.
Dewandaru berjalan mendahului Bagus yang masih sibuk berkutat dengan telepon genggam. Kemungkinan besar pemuda gondrong itu sedang mengontak Billy. Pandangan Dewandaru menyisir pelataran candi yang lengang. Seperti hari-hari kerja pada umumnya, hari itu Candi Prambanan terlihat sepi. Dalam hati, pemuda itu bersyukur atas suasana yang mendukung dan berharap jika ia dapat memenangkan taruhan dengan Bagus dan Billy.
Dewandaru menyugar rambutnya sekilas, sebelum menyeka keringan yang perlahan bergulir di salah satu pelipisnya. Siluet candi dewa Siwa yang letaknya berada di tengah-tengah kompleks berdiri tegak di hadapannya seolah memperingatkan dan menentang niat buruk yang sempat terlintas dalam benaknya. Dewandaru lantas segera membuang pandangan ke sembarang arah hingga sepasang netra cokelatnya menumbuk pada sesosok gadis cantik di kejauhan yang tengah berbicara dengan seorang turis laki-laki pirang bertubuh bongsor.
Nirmala Pramesti.
Dewandaru menemukan gadis itu lebih dulu dari pada Bagus. Pemuda itu lantas mengerling sekilas pada Bagus yang masih sibuk melakukan panggilan melalui ponsel. Segera saja dia melangkah mendekati target taruhan mereka dengan dada berdesir, si cantik Nirmala.
Nirmala masih sama seperti yang ia ingat beberapa bulan lalu. Cantik. Mata bundar, hidung bangir dan bibir merah ranumnya yang nyaris dikecup Bagus juga masih sama. Terlebih, gadis itu tidak pernah mengenakan riasan berlebihan. Rambut hitam panjang yang tergerai hingga sebatas punggung berkilau diterpa sinar matahari, terlihat kontras dengan kulit bening benderang milik gadis itu. Hasrat Dewandaru seketika terlecut. Meski, beberapa bulan telah terlewati, ternyata ia masih menginginkan gadis itu seperti sebelumnya.
Dewandaru melangkah pelan, penuh percaya diri. Dagunya sedikit terangkat saat satu tangannya menyugar rambut. Tatapan mata seumpama pemburu tak lepas sedikit pun dari wajah cantik dengan bibir ranum Nirmala yang tengah tersenyum ramah pada turis yang sedang dipandunya. Saat jaraknya dan gadis itu hanya tinggal beberapa langkah lagi, turis paruh baya yang sedang berbicara dengan gadis itu kebetulan beranjak pergi. Keberuntungan agaknya sedang berpihak pada Dewandaru.
"Nirmala!" sapanya lembut setelah berdeham beberapa kali. Senyumnya merekah dengan cara yang ia tahu persis akan dapat membuat gadis mana pun bertekuk lutut.
Empunya nama sontak menoleh padanya dengan ekspresi terkejut yang kentara. Namun, sedetik kemudian, wajah rupawan itu menyunggingkan seulas senyum tipis. "Mas Dewa, kebetulan sekali. Sedang apa di sini?"
Dewandaru merasa mendapatkan angin segar. Dia mempercepat langkahnya hingga dapat menyejajari Nirmala. "Sedang mencari kamu ...."
Nirmala mencebik. "Mas Dewa belum berubah, ya, masih suka bercanda seperti dulu."
"Aku nggak pernah bercanda, sih, kalau sama kamu." Sekali lagi Dewandaru memamerkan senyuman miring yang membuat lubang kecil di pipinya merekah.
"Aku serius, Mas Dewa!" sergah Nirmala seraya memutar bola matanya.
Dewandaru menghentikan langkah, menghadap ke samping ke arah Nirmala yang juga ikut berhenti. Netra cokelatnya mengunci netra hitam milik Nirmala hingga membuat gadis itu salah tingkah.
"Aku serius mencarimu karena ada sesuatu yang ingin kusampaikan," tuturnya pelan. Dewandaru menggigit bibirnya sekilas dan serta-merta raut wajahnya berubah serius. Aktingnya baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Jonggrang (ON-GOING)
FantasyDewandaru Adhytama adalah mahasiswa playboy yang selalu membuat ulah dengan para wanita. Suatu ketika, perilaku buruknya seolah mendapat ganjaran. Sebuah kejadian misterius dan kutukan menyeretnya masuk ke dunia yang hanya ia kenal dalam dongeng Ror...