Sepuluh

247 37 10
                                    

***

"Jadi, apa rencana kita selanjutnya, Rel?" tanya Thania.

Dua gadis itu pagi ini berada di beranda salah satu kamar di rumah Devi, kamar yang selama ini mereka tempati.

Aurel menatap kosong halaman rumah, entahlah ini seperti mimpi. Mungkin ini memang hukuman yang pantas untuk ketiga duyung. Pikir Aurel. "Than, apa kamu benar-benar percaya apa yang dikatakan pria itu?"

"Siapa? master Dedy?"

"Ya ..."

"Kalau mendengarkan kisahnya kemarin, mungkin saja semua yang diceritakannya benar. Cinta itu buta, Rel. Master Dedy sama sekali tak terpengaruh siapa Vindyka, dia tidak perduli."

Aurel melenguh halus "jika menurut kamu seperti itu, apalagi yang kita tunggu. Kita tinggalkan saja Vindyka dan kembali ke selat duyung."

"Tapi ... jika ayahanda bertanya, apa yang harus kita katakan?"

"Katakan saja sejujurnya, katakan kalau kita bertiga terbebas kutukan karena cinta Dedy pada Vindyka." jawab Aurel "lagipula, kita sudah terlalu lama merepotkan mbak Devi, aku nggak enak."

"Baiklah, apa tidak sebaiknya kita temui Vindyka sekali lagi?" usul Thania.

***
"Mbak Dev!" Aurel dan Thania menyambangi Devi yang tengah menikmati sarapannya.

"Ehm," Devi menelan lebih awal kunyahannya "ayo sarapan, aku panggil dari tadi kok baru muncul." omelnya.

Aurel dan Thania saling melirik lalu tersenyum. "Terimakasih, kita akan sarapan diluar."

"Oh, kalian mau keluar?"

Aurel dan Thania serempak menarik kursi lalu duduk dihadapan Devi. "Kami berdua mau pamit." ucap Thania.

Ekspresi Devi terjeda untuk beberapa saat, terbengong. "Mau kemana?"

"Kami mau pulang, mbak!"

"Kalian mau pulang? saudara kalian sudah ketemu?"

"Sudah mbak, dia calon istri master Dedy." jawab Aurel.

"Apa?" Devi tersentak kaget.

***

"Ya, Dev!?" Atta yang masih terkantuk-kantuk menerima panggilan dari Devi.

"Bang! Aurel sama Thania barusan pamit.

Atta terlonjak dari baringannya "Mereka pergi?"

"Sudah pergi, sekitar limabelas menit yang lalu. Aurel juga titip salam buat abang, dia minta tolong aku buat ngasih tau abang."

Mendengar penjelasan Devi, Atta memijit ringan dahinya seraya merebahkan lagi tubuhnya. Atta memutus panggilan dengan putus asa, terasa ada kehampaan di hatinya, Aurel pergi ... gadis itu pergi ....

Next ke extra part ya gaes 😂
Salfok sama postingan Loli yang ini 👇 kebetulan yang haqiqi 😂

Next ke extra part ya gaes 😂Salfok sama postingan Loli yang ini 👇 kebetulan yang haqiqi 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Duyung Gumush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang