Seorang perawat sedang memeriksaku ketika dua sahabatku datang berkunjung. Danil, yang akrab kusapa hanya dengan "Dan" dan juga Dirgi, playboy yang sedang berbunga-bunga karena mau tunangan dengan pujaan hatinya tercinta.
Apakah aku sudah bilang kalau aku kemari untuk menghadiri acara pertunangannya minggu depan? Belum ya? Baiklah. Sekarang kalian sudah tahu.
"Rian?! Ya ampun! Kamu kenapa, nak?" kata Dan ala emak-emak yang terkejut melihat hampir separuh bagian tubuhku dibalut perban.
"Iya, mak. Habis diseruduk kebo di sawah" jawabku asal setengah tertawa. Suster yang sedang memeriksa cairan infus dalam kantung yang menggantung di samping pembaringanku itu ikut tertawa pelan. Coba kalau Dan mau memakai wig panjang. Secara, wajahnya masih nggak berubah sejak terakhir kami bertemu beberapa tahun lalu. Dan masih terlihat cute, seperti gadis SMA. Tapi jangan pernah bilang kalo Danil Marvino itu manis. Dia bisa marah.
"Tapi kebonya nggak apa-apa, 'kan?" sahutnya yang langsung disambut tawa oleh Dirgi yang berjalan di belakangnya.
"Resek, lo!" sahutku sambil mengangkat tanganku. Niatnya sih mau meninju lengan Dan, tapi yang ada malah aku kesakitan luar biasa.
"Makanya nggak usah banyak tingkah!" celetuk Dirgi sambil duduk di tepi pembaringanku, tempat Eka duduk beberapa jam yang lalu.
"Tapi beneran, nih, Yan. Gue nggak habis pikir. Gimana ceritanya sampe lo bisa babak belur nggak karuan begini, sih?" Mata Dirgi menyusuri tubuhku yang terbungkus perban sana sini. Kaki kanan, paha kiri, tangan kiri, dan juga kepalaku diperban.
"Lo niat banget ya jadi mumi?" celetuk Dan sambil duduk di kursi di samping pembaringanku. "Lo jatuhnya gimana, sih, Yan? Kok sampe jadi begini?"
Aku hanya meringis. Aku agak malas cerita karena penyebabnya adalah kesalahanku sendiri. Aku nggak mungkin memberikan jawaban jujur nan memalukan seperti, Aku nggak liat jalan karena pangling lihat Eka cakep banget.
"Panjang ceritanya," dustaku karena sebuah kalimat sudah bisa menjelaskan situasinya.
Suster yang memeriksaku baru menyelesaikan tugasnya. Saat perawat itu hendak pergi, matanya sempat bertemu dengan pandangan mata Dirgi.
Seperti biasanya, jika ia bertemu mata dengan gadis cantik, Dirgi memasang senyum menawannya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Terima kasih, cantik," katanya yang langsung membuat suster malang itu berjalan keluar ruangan dengan salah tingkah sambil menutup separuh wajahnya yang memerah dengan papan pencatat yang ia bawa.
"Dasar lo, ya! Udah punya Reina, masih aja kumat ganjennya!" celetukku heran lihat Dirgi yang ternyata masih belum sembuh juga penyakit playboy-nya. Aku melempar tatapan kesalku ke arah Dan yang sedang geleng-geleng kepala berusaha maklum.
"Dan, tolong jitakin kepalanya Dirgi, dong! Kesel gue lihat mukanya!"
Dirgi malah tertawa ngakak mendengar permintaanku pada Dan yang hanya menanggapiku dengan cengiran bingung. "Kenapa? Sirik ya? Karena cewek yang lo taksir nggak bales perasaan lo?"
"Oh iya, Yan! Lo udah tau kalo Eka jadi dokter di sini?" tanya Dan yang langsung mengubah topik pembicaraan, walaupun nggak jauh-jauh banget, sih.
Aku mengangguk. "Iya. Tadi dia periksa gue sebentar, terus keluar. Dicari tunangannya"
"Tunangan?" tanya Dan kaget dan bingung.
"Iya. Kalo nggak salah namanya Zean."
Dan dan Dirgi saling melempar pandangan bingung setelah mendengar ceritaku. Mereka seolah sedang berdiskusi tanpa suara dengan gerakan kecil mata. Niat banget biar aku nggak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innocent Wor(l)d
RomanceAdrian Shimaru, pria yang masih belum bisa terlepas dari sang cinta pertama dan keisengannya untuk mencari sang gadis malah membuatnya terjerumus dalam hubungan hati yang rumit. Echana Reefhitch, gadis yang terjerat janji di masa lalu yang menguba...