Aku merasakan panas di pergelangan tangan, di tempat gelang ajaib. Gelang itu putus dan terjatuh ke lantai namun tidak terbakar. Sungguh ajaib.
Lalu aku merasa ada yang tidak beres dengan mataku atau... Kepalaku. Ini benar-benar di luar akal sehat. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan bahwa aku belum gila.
Aku berada di ruangan tertutup. Peralatan olahraga tersebar di sekeliling. Walaupun aku sendiri tidak mengerti, aku berada di gudang olahraga. Alice berdiri tegak di tengah ruangan menghadapi dua orang dewasa yang berpakaian aneh.
Orang pertama adalah pria kekar. Dia memakai armor yang melindungi organ-organ vital. Pinggangnya dililit sabuk, mengikat sebuah sarung pedang, aku tahu itu karena dia sedang memegang pedang.
Beberapa senti di belakangnya, seorang wanita memakai mantel panjang bertudung berwarna abu-abu yang menutupi hampir seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Tangan kanannya mengarah ke arahku dengan kelima jari terbuka. Seperti mendorong sesuatu. Aku merasa sesuatu itu adalah aku.
"Siapa kau?" Katanya sambil menunjukkan ekspresi yang tidak bersahabat.
Sebelum aku menjawab, aku melihat sosok kecil bersandar lemas di dinding di belakang wanita itu. Dia memakai seragam sekolah dengan rambut hitam panjang yang tergerai menutupi wajahnya. Perlu waktu bagiku untuk menyadari siapa itu.
"Natalia kenapa?" Tanyaku, siapapun yang menjawab tidak masalah. Aku butuh jawaban.
Wanita itu mengikuti arah pandangan ku, "Dia-"
Tiba-tiba bola api meledak di depan wajah pria berarmor. Asap mengepul di tengah ruangan. Lalu, wanita bermantel terlempar keluar dari asap. Wanita itu mengangkat kedua tangan ke depan. Samar-samar aku melihat lapisan kaca di sekelilingnya.
Alice menyusul keluar dari asap. Aku tidak memperhatikannya tadi, tapi Alice kelihatan sangat marah. Alice mengibaskan tangan ke samping. Saat itu juga lapisan kaca menjadi pecah.
Si wanita tampak terkejut untuk sesaat. Dia kembali mengangkat tangan lalu mengepalkannya. Seketika Alice terkurung dalam bola air yang besar. Kemudian air itu membeku bersama dengan Alice di dalamnya.
"Kurang ajar!" Pria berarmor muncul dari asap. Dia melemparkan helm zirahnya ke sembarang arah. Helm yang sudah gosong itu menjadi penyok.
Baru saja aku berpikir Alice dalam bahaya ketika bola es itu hancur berkeping-keping. Kepingan es setajam jarum beterbangan. Aku bangkit, berusaha menghindar mati-matian. Satu seukuran remote tv menusuk pinggangku. Aw.
Aku memeriksa keadaan sekitar, pria berarmor tampak baik-baik saja, dia mengangkat kedua tangan untuk melindungi wajah dari kepingan es.
Pandangan ku beralih ke wanita berjubah, dia menangkis pukulan Alice yang entah sejak kapan berada di situ. Lalu terlempar akibatnya. Tapi aku tidak sempat menyaksikan pergulatan mereka lebih lama karena ada yang lebih penting. Natalia masih tersandar lemas tapi tidak terluka. Syukurlah. Aku bergegas menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elinal
RandomNamaku Azwari, umurku 16 dan inilah kisah hidupku yang asyik, (itu bohong). Dimutilasi, diburu psikopat, dikejar-kejar se-batalyon pasukan, dan dipatok monster ayam nan menyeramkan. Asyik? Tidak, mengenaskan? Iya. Jika kalian berpikir seperti i...