2

10.1K 453 22
                                    

Wanita yang kemungkinan ibu si kembar, mengerti maksud dari si kembar. Dan heran mengapa si kembar sampai menangis seperti itu untuk perempuan yang baru saja dilihatnya.

Ternyata pria yang kemungkinan ayah dari bayi tersebut juga berpikir demikian.

Setelah itu

"TUNGGU." Teriak wanita dan pria itu berbarengan.

~His Babies~

Dan berhentilah Achazia dkk. Lalu berjalan kembali ke dalam restoran, posisi mereka tidak telalu jauh dari keluarga tersebut.

"Kemari, nak." Wanita cantik tersebut telihat memanggil salah seorang dari mereka.

"Siapa, Bu?" tanya Arax dengan kebingungan,

"Gadis cantik yang tadi meminta kalian pergi."

"Saya, Bu?" tanya Achazia sambil keheranan.

"Iya, kamu. Kemari, nak."

"Kami balik dulu ya Zi, biasa mau nge-date dulu. Nanti kalau mau pulang telepon abang aja, ya."

"Gak usah deh bang, aku bisa naik ojol."

"Hmm, okelah. Tapi kalo ada apa-apa langsung telpon aja, ya." Arax dan teman-temannya berjalan keluar dan menjauh dari restoran tersebut. Kemudian Achazia berjalan menghampiri keluarga tersebut.

°Achazia POV.°

Eh, kok aku kayak pernah lihat cowok ini ya? Alis tebal, rahang tegas, badannya tinggi. Walaupun rambutnya agak urak-urakan, tetapi tidak mengurangi ketampanannya.

Wait a minute, ini bukannya om yang di rumah sakit kemaren? Tapi kok aku gak sadar, ya. Bodoh kau Zi, matamu kan mines eh minus. Inilah akibatnya kalau tidak pakai kacamata ya teman-teman.

Ini istrinya? Terus perempuan yang di rumah sakit bareng dia siapa ya? Aduuh, kenapa aku malah ngurusin hidup orang sih.

"Bapak yang waktu di rumah sakit kan?" tanya Achazia sambil melihat pria tersebut.

Pria tersebut hanya melirik Achazia sebentar, lalu berjalan ke arah kedua bayinya yang menangis. Mencoba untuk menenangkan, tetapi bayi di gendongannya tetap saja menangis.

Flashback on.

RS Keluarga Bahagia.

"Oek! Oek! Oek!" Terdengar suara tangisan bayi yang kencang.

Achazia yang baru saja selesai check up kesehatan mendengar tangisan bayi yang lumayan kencang itu, lalu mengedarkan pandangannya, hingga tatapannya terfokus pada salah satu wanita berseragam babysitter yang sedang menenangkan tangis bayi di gendongannya.

Kemudian Achazia berjalan menghampiri babysitter tersebut dan ia baru menyadari kalau di sana ada dua babysitter dengan bayi di gendongan masing-masing.

"Kenapa babynya nangis kencang banget, Bu?" tanya Achazia pada kedua wanita itu.

"Tadi habis divaksin mbak. Sudah saya coba tenangin daritadi, tapi masih nangis terus," jelas salah satu wanita itu.

"Coba sini saya gendong, Bu. Biasanya kalau keponakan saya nangis, saya gendong sebentar terus berhenti nangis," pinta Achazia.

"Mereka biasanya tidak mau digendong orang asing mbak, langsung nangis kejer. Sampe bingung juga saya mbak," ucap wanita itu dengan memelas.

"Di coba saja dulu, Bu. Siapa tau babynya berhenti nangis."

Wanita tersebut mengangguk, lalu menyerahkan salah satu babynya kepada Achazia. Kemudian perempuan itu menggendong bayi tersebut dengan hati-hati sambil mengusap-usap punggung mungilnya, tidak lupa sesekali mengucapkan kata-kata untuk menenangkan bayi dalam gendongannya.

His Babies • r e v i s i •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang