Bab 1

3.1K 85 0
                                    

Di selingi suara music yang keras, seorang pria berusia 23 tahun sedang meneguk minumannya sambil menggoyangkan kepalanya mengikuti irama music. Berkali-kali wanita di sebelahnya menciumi bagian lehernya untuk memancingnya bergairah.

Wanita itu juga memperhatikan jemari Raga yang besar dan panjang. Begitu inginnya ia membuat jemari itu masuk dan mengorek 'cinta' nya sampai berlendir.

Sungguh sangat nikmat.

"Kamu menggodaku sayang... " Ucap Raga saat tangan wanita itu sedang menjelajahi pangkal pahanya.

"Kamu suka?"

"Jangan di sini," bisik Raga. "Bagaimana kalau di hotel atau mobilku." Ucap Raga sambil menyentuh bibir wanita itu.

Tentu saja wanita itu tidak ingin kehilangan kesempatan berkencan dengan Raga sang idola di kampusnya. Ia segera menarik tangan Raga dan membawanya keluar dari tempat berisik itu.

Wanita itu tidak sabaran ingin merasakan perkakas Raga Mempora-porandakan miliknya. Terakhir mereka melakukan itu seminggu lalu saat Raga berkunjung ke apartemennya.

Dan sekarang ia menginginkan pria itu.

Sesampainya di mobil wanita itu membuka celananya dan langsung duduk di atas paha Raga. Untungnya basement dalam keadaan sepi dan gelap.

Raga mendesah saat tangan wanita itu membuka realseleting celananya dan mengeluarkan miliknya yang perkasa.

"Ah... lebih cepat sayang." Desahan keluar begitu saja dari mulut Raga.  Teriakan itu begitu nyaring dan menggema di seluruh ruangan itu.

"Raga...," ucap wanita yang masih di atas paha pria itu, dia menatap Raga dengan sangat bergairah.

Tiba-tiba suara dering ponselnya terdengar membuat mereka yang sedang bergulat serentak menoleh. Raga mengerang kesal melihat nama yang tertera di layar ponselnya 'Ibu Negara' sudah pasti wanita yang diberi julukan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam hidup Raga.

Wanita itu mematung memperhatikan mimik wajah Raga yang terdiam.

"Please... jangan berhenti." Ucap Raga saat merasakan wanita itu berhenti bergerak di atas miliknya. "Lanjutkan..." Dalam hati Raga menghitung mundur, sebentar lagi pasti panggilan itu berhenti lalu pesan teks bertubi-tubi pasti akan muncul.

Tiga, dua, satu....

Satu tangan Raga membuka pesan teks yang dikirim ibunya.

{ Baik, kamu boleh tidak mengangkat panggilanku. Tapi lihat saja mama akan ambil semua fasilitas kamu. Bahkan nyawa kamu mama bisa ambil sekarang juga }

Raga menelan ludah. Kenapa sih ibunya itu seperti pasukan militer yang selalu membuatnya tertekan. Selalu mengancam dan menerornya dimana pun ia sedang bersenang-senang.

Tapi permainan wanita di atasnya ini tidak rela ia hentikan. Ia sangat menikmati saat wanita itu mulai memasukkan miliknya ke dalam lobang wanita itu. Kedua tangan Raga memainkan kedua gundukan kenyal milik wanita itu dibalik kaus tipisnya. Begitu padat dan menggodanya.

"Maaf sayang aku gak sabar... "

"Ya lakukan... Aku juga sangat menginginkannya."

Di sela erangan wanita itu Raga kembali membaca pesan teks yang dikirim oleh ibunya.

{ Pulang sekarang atau mama akan menyuruh polisi mencarimu }

"Shitt!!"

Dengan cepat Raga menurunkan wanita itu dari pangkuannya. Dia memakai kembali celananya dengan tergesa-gesa, sebelum ibunya benar-benar nekad ia harus segera pulang.

Love To KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang