Episode 2 - Queen of hearts

74 9 0
                                    

Tenggelam dalam mimpinya.

Terdiam menopang dagu di induk tangga, menatap cahaya rembulan yang menerobos masuk ke iris crimsonnya. Mafuyu kecil memang mudah bosan, semewah apapun mainannya, sedekat apapun pelayannya namun tetap ibunya lah teman terbaik untuk bermain.

Lagi-lagi malam itu ibunya pergi karena menerima tamu. Kalian bisa membayangkannya bukan, ketika kalian sedang bermain dengan orang terdekat kalian dan ada orang bernama 'tamu' yang datang hanya untuk menemui teman mainmu itu...

...Rasanya seperti sesuatu telah dirampas dari kita, bukan?

Yah, Mafuyu kecil memang mudah berfikir seperti itu. Namun ada suatu kejanggalan yang sedari kecil ia cari tahu, kemana perginya sang ibunda?

Seakan tergoda oleh sinar sang rembulan, entah apa yang membuat rasa ingin tahunya meluap. Langkah kecilnya membawanya ke sebuah pintu berlapis emas, menggenggam sebuah kunci dengan permata ruby di tengah ukiran gagang kunci berbentuk hati bersayap. Manik crimsonnya yang menatap pintu megah itu terlihat ragu. Namun terlanjur dilahap rasa ingin tahu, ia kembali mendekat dan memutar kunci itu tanpa ragu. Meskipun ia sendiri tak tahu apa yang ada dibalik pintu itu.

Layaknya seorang Alice yang tersesat di pintu taman memabukkan itu.

Kucing cheshire tertawa di sunyinya malam. Tak peduli seberapa terkelupasnya kaki sang Alice, sampai kematian merenggut, takkan ada jalan keluar yang terbuka untuknya. Jika cerita yang kalian baca mengatakan bahwa akan ada kelinci putih yang tengah mengejar waktu, maka kalian salah besar.
.
.
.
Terpaku membisu menatap yang ada di hadapan kedua matanya. Berharap apa yang terpampang dihadapannya bukan sesuatu yang nyata. Perasaannya berkecamuk, seakan tercekat dengan semua itu. Pemandangan yang seharusnya tidak dilihat anak seumurnya, Mafuyu terdiam membeliak.

7 laki-laki dengan topeng kelinci, mencumbuinya dari ujung kakinya, kedua pahanya, punggung dan anggota tubuh lainnya. Pakaian yang terbuka mengundang pemandangan yang sensual. Mafuyu sudah cukup hafal siapa saja laki-laki itu, dan saat itu ia mengetahui bahwa sumpah prajurit terkuat akan tetap bertekuk lutut bahkan bersimpuh kepada sang ratu itu semuanya ucapan belaka, cukup melihatnya saja Mafuyu bisa menyimpulkan itu dengan cepat.

Pandangan mereka bertemu, surai albino dan manik crimson yang sama persis sepertinya menandai bahwa dialah sang ibunda yang tengah dicari. Tapi...

Kemana mama yang biasa kurangkul tangannya?

Kemana mama yang biasa membuat kue favorit setiap ulang tahunku?

Kemana mama yang biasa membacakan cerita-cerita manisnya sebelum tidur?

Dan...

Kemana mamaku yang biasa?

Ini hanyalah mimpi. Sebuah hidangan malam dengan memori terindah yang menjadi sajiannya. Penyamaran sesempurna apapun akan terbongkar. Tanpa menyadarinya pun Mafuyu bisa berkata

'Jika aku bermimpi, seseorang bangunkan aku!'

Batinnya menjerit. Kunci yang tergenggam pun lolos dari jemari kecilnya dan jatuh berdenting dengan lantai marmer. Air mukanya terlihat terkejut dan ketakutan, berbanding jauh dengan sang ibunda yang menatapnya datar.

Tak ada perintah untuk memenggal kepala pun Mafuyu akan berlari sekencang-kencangnya. Tak peduli si pembuat topi gila yang katanya menghantui jalanan sepi malam, ia akan berlari sejauh-jauhnya.

Kala kebohongan dilukis dan ditutupi dengan kebohongan lainnya.
.
.
.

.
Ah, Mafuyu sudah pernah membaca soal ini.

Seorang ibu akan melindungi buah hatinya agar tak terluka, agar tak diberi kekerasan. Agar tak menjilat yang namanya kerasnya hidup. Sebuah bunga di taman penuh nafsu mekar dengan indah, memikat hati yang kotor nan dilumuri nafsu yang belaka.

Kalung yang mengikat di lehernya seakan menguasai semua sisi tubuhnya, menjadikannya seorang penguasa yang begitu haus akan hati dan kepuasan birahi.

Inilah kutukan Si Ratu Hati

Jari telunjuknya mengarah langsung ke bocah albino itu, manik crimsonnya sontak membeliak dan senyum mengerikan terpahat.

"Sekarang..." ucapnya "...berikan hatimu kepadaku!"

Perintah mutlak.

Sebuah lampu hijau untuk pria-pria bertopeng kelinci itu,  seakan harimau mengejar keberadaan si kancil yang hendak melarikan diri. Tangan-tangan kotor itu terangkat mengarah kearahnya, sontak membuat Mafuyu bergidik ketakutan. Kakinya masih kaku namun ia memaksa berlari demi nyawanya. Kaki-kaki kecilnya berlari, Mafuyu kecil ketakutan. Ingin menangis, tapi kepada siapa?

Feast yang penuh kegilaan itu berakhir dengan rasa yang menggantung.

Mafuyu kecil terseok-seok meraih kenop pintu yang terpaku beberapa langkah didepannya. Air mata yang menggantung di sudut manik indahnya menandakan bahwa ia benar-benar ketakutan saat ini.

KRIETT!!

Pintu terbuka. Sesosok pria dengan topi dan tongkat yang setia digenggamnya datang menangkap tangan kecilnya yang hendak meraih kenop pintu. Tak sempat melihat kedua matanya, surai hitam legam itu...

Siapa?

Dibawa pergi ke suatu latar yang lain, sebuah pintu dengan piano yang terduduk manis disiram dengan lampu yang temaram khas bar kecil itu.

"Selamat datang kembali, Mafuyu"

.
.
.
Kedua manik crimson itu kembali terbuka. Masih di ruangan tengah bar, kedua lengannya tersilang di atas sofa merah yang empuk itu. Gadis itu mendongak ke atas, menyadari kehadiran si bartender menggenggam kunci hati bersayap yang sebelumnya ada di mimpi itu. Pandangan mereka bertemu seakan memperpanjang misteri tentangnya.

"Because I am the Queen of hearts..."
- Amor

***


Akhirnya bisa juga update:3
Kuota Hanso
abis:v

Oke, di chapter ini mengambil cerita Alice in Wonderland. Dan Queen of hearts disini tetep jahat tapi dia itu ibunya si Mafuyu (Chelsea). Disini si Mad hatter itu masih misteri ya wwww

Thanks for reading! Don't forget to leave vote and comments!!

See you in next chapter :D

[Camaraderie] Royal Scandal x Utaite fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang