Prologue - Antara Aku, Kau dan Sapu Tangan

179 4 4
                                    

Suara dering telepon membangunkan seorang pria dari tidur nyenyaknya. Ia meraba nakas di sebelah tempat tidurnya dan mengambil ponselnya. Dengan mata terpejam, ia menjawab panggilan telepon itu.

"Hmm."

"Jangan bilang lo masih tidur?"

"Kenape?"

"Siang ini kita ada meeting sama klien."

"Hmm.."

"Woy, jangan ngorok lagi! Buruan mandi!"

"Iye."

Sambungan telepon itu pun berakhir, namun beberapa menit kemudian telepon pria itu kembali berdering.

"Hmm.."

"Mandi!!!!"

Temannya itu sudah sangat hapal kelakuan dan tingkah laku pria berusia 25 tahun itu. Mereka sudah bersahabat sejak menjalani pendidikan di fakultas hukum di sebuah universitas ternama di dalam negeri dan bersama pula melanjutkan pendidikan di bidang international legal di USA.

Dengan malas, ia berjalan menuju kamar mandi dan menunaikan tugas mulianya di pagi hari itu. Setelah selesai menunaikan tugas mulianya, ia memasuki ruang walk in closet, lalu memakai kemeja putih dan celana bahan berwarna hitamnya. Tak lupa, ia membawa jas dan dasinya yang juga berwarna hitam.

***

Perjalanan menuju gedung kantornya yang terletak di daerah Sudirman, Jakarta, tidak memakan waktu lama karena jarak dari apartemen tempat tinggalnya tidak jauh dari tempat bekerjanya terlebih jam saat itu sudah menunjukkan pukul 9 pagi di mana orang – orang kantoran pada umumnya sudah berada di tempat mereka bekerja.

Sebelum memasuki unit kantornya di lantai 30, ia menyempatkan diri untuk membeli sarapan di kafetaria gedung perkantoran itu. Ia membeli sebungkus sandwich dan segelas kopi. Lalu, ia bergegas menuju deretan lift yang akan membawanya menuju unit firma hukum tempatnya bekerja. Namun, saat berjalan melewati meja receptionist gedung, ia mendengar percakapan antara seorang gadis belia dengan salah satu receptionist.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau ke XXX Law Firm."

"Maaf, boleh saya tahu keperluannya?"

"Hmm.. Saya mau ketemu kakak saya. Boleh kan?"

Receptionist itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ya tentu saja boleh. Lalu receptionist meminta gadis itu untuk menitipkan KTP-nya dan memberinya sebuah kartu akses untuk masuk ke dalam deretan lift yang berada di belakang sisi kiri meja receptionist. Saat akan memasuki pintu akses menuju lift, gadis itu bingung cara memasukinya.

"Kartu aksesnya ditempel ke atas scanner."

Gadis itu menoleh pada pria di belakangnya. Pria itu tersenyum dan mengambil kartu akses yang dipegang gadis itu, lalu menempelkannya di atas scanner pintu akses. Pintu akses itu terbuka. Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada pria di belakangnya. Pria itu pun mengembalikan kartu akses gadis itu.

Mereka berdua menaiki lift yang sama. Pria itu meneliti tampilan gadis itu. 'Siapa dia? Kenapa dateng ke kantor cuma pakai kaos dan celana jeans? Kayaknya dia masih muda. Pasti mahasiswa mau magang. Gile aje mau magang pake baju begituan.', ujarnya dalam hati.

"Kamu mau ke XXX?"

"Iya.", jawab gadis itu. Ia pun melirik ID Card yang dipakai pria itu. "Kakak kerja di XXX?"

Pria itu menganggukkan kepalanya. "Kamu mau ngapain ke XXX?"

"Mau ketemu kakak aku."

"Namanya siapa?"

Perfect Marriage Partner Where stories live. Discover now