Chapter 12

174 33 36
                                    

"Aku hanya ingin disisimu. Kenapa berakhir seperti ini? Salahkah aku jatuh cinta kepadamu? Perasaanku tidak salah tapi keadaan yang salah!

Aku harap kita bisa bersama kembali."

Joohyun berjalan pelan menyusuri lorong sepi. hawa dingin menyelimutinya yang hanya memakai pakaian sepulang kuliah tadi. Sejauh Joohyun berjalan, disamping hanya terdapat lampu kecil yang menempel pada dinding-dinding lorong, sedikit menerangi gelapnya lorong tanpa jendela. Suara-suara serangga tipis terdengar mendengung ditelinga.

"Unnie.... Unnie..." ditengah suasana senyap Joohyun terkesiap, lirihan anak kecil dari ujung lorong menarik atensinya.

Menelan ludah ngeri. Besarnya rasa penasaran Joohyun mengalahkan ketakutan yang mencengkam di dalam benak. Ia mengusap-usap lengannya, melangkah maju mengikutin sumber suara tanpa alas. Kulit kakinya menyentuh dinginnya lantai. Sementara lirihan anak kecil tadi samar samar menghilang, ia berhenti didepan sebuah pintu.

Sedikit ragu ia menekan gagang pintu ke bawah kemudian membukanya pelan. Joohyun berjalan dengan awas masuk ke dalam ruang gelap. Secercah cahaya dari balik pintu yang setengah terbuka menyadarkan dimana ia berada, ruang kerja ayah.

Sayup-sayup Joohyun mampu mendengar suara orang lain tengah bersenandung. Tubuhnya meremang, suara orang itu membuatnya gemetaran. Rasa penasaran menuntunnya menyelinap masuk ke ruang bawah tanah. Joohyun terdiam beberapa detik.

Seseorang berpakaian serba hitam sedang berdoa. Orang itu duduk dengan menekuk lututnya kebelakang sambil kedua tangannya terangkat, dan kemudian diturunkan untuk bersujud. Melakukan itu sembari melantunkan nyanyian aneh.

Tatapan mata Joohyun terpaku pada siluet dengan tanduk dikepala berdiri ditengah gambar lingkaran aneh dengan seseorang bersujud kepadanya. Keanehan datang, siluet itu mulai berubah bentuk. Menyibak sebuah sayap. Joohyun mundur kala menyadari sosok hitam itu mulai menampakan diri. Dirasakan detak jantungnya berpacu semakin cepat, sementara sosok hitam bertanduk dengan sayap kelawar menatap Joohyun dengan kedua matanya yang merah menyala.

"Joohyun? Hyun?" samar terdengar seseorang menyebut namanya.

Joohyun terbangun kaget, persis didepan, Baekhyun menatapnya cemas. Belum sempat Baekhyun menjauhkan wajahnya, reflek tangan Joohyun mendaratkan sebuah tamparan mulus dipipi.

Plak!

Sontak Joohyun membelalak tersadar atas apa yang ia perbuat, sungguh tidak sengaja. Lagi pula siapa suruh membangunkan seseorang dengan jarak wajah sedekat tadi?

"Aw..." Ringis Baekhyun dengan bibir ditekuk kebawah sembari ngusap-usap pipi.

"Kenapa wajahmu sedekat itu." tukas Joohyun sambil menyandarkan punggungnya di kepala kasur.

"Kamu tadi mengerang nggak jelas. Mimpi buruk?" Baekhyun menangkup punggung tangan Joohyun dan menatapnya tajam.

Joohyun mengangguk. Mengingat mimpi barusan hanya membuatnya digerayangi rasa ngeri. Apa hanya sekedar bunga tidur? Joohyun merasa itu begitu nyata. Seperti reka adegan yang putar ulang kembali.

Menyadari keberadaan Baekhyun dikamar, Joohyun mengerutkan dahi hingga alisnya nyaris menyatu. hal yang terakhir Joohyun ingat, ia seorang diri dikamar bersama Yeri. "Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Joohyun penuh selidik

"Kepikiran kamu." Bohong Baekhyun ditopengi cengiran khasnya, ia datang bukan tanpa alasan, bukan sebuah kebetulan. Tidak hanya mencemaskan Joohyun tapi lebih dari itu, untuk memastikan atas apa yang ia baca.

My Light | BaekRene [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang