HAPPY READING ❣️❣️
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA GUYS ❤️Di hari jumat ini, sekolah tempat Luke dan Gerald menimba ilmu di liburkan seluruh kegiatan belajar mengajarnya karena diadakan rapat mengenai ujian nasional untuk kakak kelas mereka. Hari ini juga bertepatan dengan jadwal pemeriksaan rutin untuk Luke pasca operasinya beberapa waktu lalu.
Sean sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali karena ada masalah pada salah satu proyeknya, hingga kini di rumah hanya ada Abi, Luke, dan Gerald. Luke duduk di meja makan sambil memperhatikan sang Ibu yang sedang membuat sarapan di dapur.
Bertepatan dengan usainya acara membuat sarapan Abi, suara derap langkah menuruni tangga memasukki Indera pendengaran hingga menyita atensi Abi dan Luke. Terlihat, disana terdapat Gerald tengah menuruni anak tangga masih dengan menggunakan pakaian tidrunya.
Dengan sangat terpaksa, Gerald duduk di samping Luke dan mulai memakan masakan yang Abi buat. Abi senang bukan main melihat hal itu. "Gak usah kesenengan Lo, pembunuh. Gue terpaksa makan masakan Lo, kalo gak laper banget juga najis Gue makannya," Sarkas Gerald saat melihat senyum yang melengkung pada bibir Abi.
Ucapan yang Gerald ucapkan sukses membuat senyum Abi sirna seketika. "Ibu Gue bukan pembunuh, jaga omongan Lo!" Ucap Luke penuh penekanan, tangannya bahkan mengepal erat saat mendengar ucapan Geral dan melihat wajah sedih sang ibu.
Gerald malah tertawa singkat dan memasang ekspresi seolah terkejut saat mendengar ucapan Luke. "Oh, Astaga. Gue lupa, ada anak penyakitannya si pembunuh disini,"
Geram bukan main, Luke bangkit dari duduknya lalu mencengkram kerah baju tidur Gerald. Namun cengkraman tangan Luke mengendur saat merasakan dekapan hangat yang datang dari belakang tubuhnya. "Stop, Luke. Ibu enggak suka lihatnya," Ujar Abi dengan nada lirih.
Abi membawa Luke untuk menghadap ke arahnya. "Sudah ya, kita sudah telat Nak. Luke kedepan duluan ya? tunggu Ibu di mobil," Ucap Abi yang di mengerti dan segera dilakukan oleh Luke.
Melihat tubuh Luke yang mulai menghilang di balik pintu, Abi kini memfokuskan pandangannya pada Gerald yang tengah memandang ke arah pintu dengan tatapan yang diselimuti amarah. Menghela nafasnya sejenak, barulah Abi memanggil Gerald dengan lembut yang berhasil menarik atensi Gerald ke arahnya.
"Ibu antar Luke ke rumah sakit dulu, ya? Ada yang mau di titip, ke Ibu? Makanan ringan, atau apapun itu. Ada yang Kamu mau Ibu bawakan saat pulang?" Tanya Abi pada Gerald yang memandangnya penuh kebencian dengan nada lembut khas miliknya itu.
"Udah, Gue bilang. Gak usah sok baik, Anjing!! Lo itu pembunuh dan perebut. Gara gara Lo, Bunda Gue meninggal. Gara gara Lo, keluarga gue berantakan! Enyah Lo, bangsat!!!" Ujar Gerald sebelum akhirnya berjalan menjauhi Abi.
Dengan menghela nafas guna mengurangi rasa sesak pada dadanya, Abi akhirnya memutuskan untuk menyusul Luke yang sudah menunggunya di mobil. "Pergi, Lo yang jauh! Kalo bisa mati sekalian sama anak Lo yang penyakitan itu!" Ucap Gerald yang membuat Abi menghentikan langkahnya.
Abi tak bisa lagi menahan isakannya, tangis itu tumpah begitu saja. Entahlah, rasanya masih sangat menyakitkan saat Gerald melontarkan kata kata penuh kebencian itu walau sudah beberapa kali Abi mendengarnya.
- - -
Abi kini tengah memperhatikan seorang dokter yang sedang melakukan pemeriksaan pada Luke, ini sudah tahap kedua dimana dokter memriksa bagian luar tubuh Luke. Sebelumnya ada tahap pertama, dimana tadi saat baru tiba di rumah sakit Luke langsung di bawa ke bagian radiologi untuk melakukan CT Scan.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya pemeriksaan tahap kedua selesai. Dokter yang menangani Luke pun mulai menjelaskan pada Abi bagaimana hasil pemeriksaan dan kondisi Luke pada Abi, yang inti penjelasannya adalah kondisi Luke membaik dengan cepat hanya saja Luke masih tidak diperkenankan beraktivitas terlalu berat.
Ibu dan Anak itu pun keluar dari ruang pemeriksaan dan bergegas meninggalkan rumah sakit. Di perjalanan pulang Abi memutuskan untuk mampir ke salah satu toko kue untuk membeli beberapa macam kue coklat kesukaan Sean, Gerald dan Luke. Abi turut membeli beberapa cemilan berbau stroberi untuk dirinya.
Setelah membayar barang belanjaan mereka, Abi dan Luke memutuskan untuk segera kembali kerumah. Usai memarkirkan mobil yang ia kendarai di halaman rumah, Abi pun keluar dari mobil dengan tangan yang penuh bungkusan berisi cemilan kesukaan ketiga laki laki di rumahnya.
Abi memasuki rumah dengan berjalan beriringan bersama Luke, Keduanya di buat terkejut saat mendapati ruang keluarga yang sebelumnya rapih kini di penuhi dengan sampah cemilan yang berserakan dimana mana. Dan jangan lupakan televisi yang menyala dengan suara cukup keras, serta Gerald yang tertidur di sofa.
Tak ingin lagi melihat Luke dan Gerald Kembali bersitegang, Abi memilih untuk menyerahkan bungkusan yang ia bawa pada Luke. "Tolong bawa ini ke dapur, ya? Selesai itu, Luke istirahat. Ibu mau Luke cepat sehat, oke?" Pinta Abi pada Luke sambil mengelus lembut Pundak sang anak.
"Tapi, Bu," Sanggah Luke yang langsung di jawab dengan gelengan kepala oleh Abi. "Nurut, ya? Ayo kesana, hanya ini si kecil untuk Ibu. Ibu kan Super Woman," Ucap Abi dengan nada sedikit jenaka agar Luke tidak terlalu khawatir padanya.
Luke tersenyum mendengar ucapan sang ibu. Menurut, Luke pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Abi. Abi yang melihat Luke sudah memasuki kamarnya pun mulai membersihkan kekacauan yang Gerald buat, mulai dari mengumpulkan sampah kemasan makanan ringan hingga mencuci gelas dan piring kotor.
Kembali dari dapur usai mencuci piring, Abi pun mematikan televisi yang tayangannya telah usai. Berjalan perlahan setelahnya mendekati Gerald, memandangi sejenak wajah Gerald yang damai saat terlelap, tangan Abi dengan lembut membelai surai itu agar tak mengusik tidur sang empunya.
"Maafin Ibu, Ge. Jangan benci Ibu, Ibu sayang sama Kamu sama seperti Ibu sayang sama Luke. Tidur nyenyak, Nak," Ucap Abi pelan masih sambil mengusap surai Gerald yang masih terlelap, dibubuhkannya kecupan pada kening Gerald sebelum Abi memutuskan untuk beranjak membersihkan dirinya.
- - -
Sean sudah pulang dari kantor sejak sore tadi, keluarga kecil itu pun sudah selesai melaksakan makan malam bersama. Dikamarnya, Sean dan Abi kini tengah saling berpelukan di atas ranjang. "Gimana hari ini, Bi? Ada yang buat Kamu sedih? Atau kesal?" Tanya Sean memulai sesi pillow talk mereka.
Tersenyum sambil menatap dalam kedua mata Sean, Abi menggeleng pelan. "Enggak ada, Mas. Semuanya berjalan baik hari ini," Jawab Abi.
"Jangan bohong, Bi. Mas lihat semuanya di kamera pengawas, Kamu pasti Lelah banget ya, Bi? Maafin Mas, Bi. Mas gagal didik Gerald, padahal dulu dia anak yang manis. Mas enggak tau apa yang buat dia jadi begini," Ucap Sean dengan nada yang sangat lirih.
Abi meraih tangan Sean, dan ia letakkan di pipinya. "Mas, Aku enggak lelah kok. Malah Aku seneng banget, hari ini Luke kondisinya di nyatakan baik, terus Gerald juga mau makan masakan Aku. Aku Bahagia banget, Mas. Dan Kamu enggak gagal, Mas. Wajar kok Gerald begitu ke Aku, udah ya jangan mikir gitu lagi," Jelas Abi yang mampu membuat Sean semakin mencintai wanita di hadapannya ini, cintanya sejak dulu hingga sekarang.
"Makasih, Bi. Makasih Kamu mau terima dan maafin Aku, makasih udah berjuang sejauh ini untuk Luke. Dan makasih, karena Kamu dengan sabar dan tulus mengurus Gerald seperti Kamu mengurus Luke," Ujar Sean dengan penuh ketulusan yang membuat senyum Abi semakin besar.
"Sama sama, Mas. Udah ya, jangan bawa luka lama itu lagi. Aku udah lupain itu semua, jadi kamu juga harus lupain itu. Kita buat cerita baru kita, dan pastikan anak-anak bahagia," Balas Abi sambil membenamkan wajahnya pada dada bidang Sean, sambil mengeratkan pelukannya pada pinggang laki laki itu.
"Sayang," Panggil Sean dengan suara yang terdengar serak. Abi mengerenyit dalam dekapan suaminya itu, menjauhkan sejenak wajahnya untuk melihat wajah sang suami, Abi malah dibuat bergidik ngeri saat melihat tatapan Sean yang sayu dan penuh nafsu itu tangah menatapnya dalam.
"Kamu tuh ngerusak suasan aja deh, Mas!" Kesal Abi dengan nada merengek yang membuat Sean seamkin gemas dibuatnya.
Sean terkekeh kecil. "Are you lost baby girl?" Tanya Sean dengan suara beratnya sebelum mengukung tubuh mungil Abi.
"AKHH ...." Pekik Abi karena ulah Sean si bapak anak dua itu.
TBC
YOU ARE READING
ABIGAIL ( ON GOING )
RomanceAbigail Arunika harus menikah dengan mantan kekasihnya Sean Argantama, karena wasiat yang di tinggalkan istri Sean sekaligus sahabat Abi sebelum wafat. Sungguh takdir hidup yang benar-benar Abi hindari sejak berbelasan tahun yang lalu. Abi juga haru...