Tidak disangka

9.9K 503 8
                                    

Mata Anita berbinar ketika melihat sederet tulisan dalam emailnya, memberitahukan bahwa dirinya di terima sebagai akuntan di sebuah perusahaan swasta. Ah, ternyata usahanya selama ini tidak sia-sia. Setelah berjuang keras mengirim lamaran kesana-kemari, inilah hasil terakhir yang ia dapat.

Disana tertulis, ia mulai masuk kerja Senin besok. Dan kini, perempuan berusia dua puluh lima tahun tersebut mulai mempersiapkan diri, untuk memasuki masa awal kerjanya.

Senin pagi....

Seperti pekerja-pekerja baru pada umumnya, Anita tak ingin ia terlambat. Karenanya, ia bangun lebih awal, bahkan telah sampai di perusahaan setengah jam sebelum kantor di buka.

Saat ini ia terlihat seperti orang tolol yang berdiri di depan pintu dengan mengamati keadaan sekitar. Ini memang masih terlalu pagi. Biasanya kantor akan buka jam delapan. Dan ini masih setengah delapan. Terlalu pagi untuk ukuran pekerja yang sudah menjadi karyawan tetap disana. Sedang dirinya, disini masih tahap percobaan. Diteruskan kalau cocok, keluar jika memang tidak sesuai. Tapi bukankah datang lebih awal itu lebih baik daripada terlambat?

"Ehm, maaf Nona, ada yang bisa dibantu?" Suara teguran itu membuat Anita menoleh langsung.

Seorang satpam dengan tubuh tinggi tegap telah berdiri tak jauh darinya.

"Ah, saya karyawan baru disini, Pak."

Pria itu menoleh pada jam di tangan kirinya.

"Biasanya para karyawan akan datang lima belas menit lagi," ucapnya seakan memberi tahu.

"Iya, saya yang memang terlalu pagi. Takut terlambat," kata Anita malu-malu.

Satpam itu mengangguk mengerti.

"Kalau begitu, sebaiknya Anda duduk dulu sampai salah satu dari mereka datang. Maaf, saya tidak bisa membukakan pintu karena Anda masih baru. Sebaiknya tunggu mereka saja." Satpam yang ber-name tag Sapri itu mempersilahkan Anita dengan menunjuk sebuah bangku panjang yang kebetulan ada di dekat pos satpam.

"Baiklah," jawab Anita mengerti.

Anita berjalan ke bangku tersebut dan duduk disana. Mengambil ponselnya dan melihat beberapa akun sosial media untuk mengetahui info di dalamnya.

Sementara itu, sebuah mobil Ferrari hitam masuk ke parkiran. Seorang pria dengan jas hitam dan sebuah tas kerja warna senada di tangannya, memasuki halaman kantor. Anita tak mengetahui adanya orang lain yang memasuki halaman tersebut karena sibuknya melihat berita di salah satu akun medianya. Namun tidak dengan pria ber jas itu. Pria itu sempat berhenti sebentar, tertegun saat melihatnya sebelum akhirnya datang ke pos satpam untuk mengambil kunci kantor. Sebelumnya, ia sempat bertanya pada Sapri tentang perempuan itu.

"Siapa dia?"

"Oh, katanya karyawan baru disini, Pak."

Pria itu menoleh lagi pada Anita namun hanya sesaat sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan pos dan memasuki kantor.

~~

Anita telah mengerjakan tugas pertamanya. Ia harus mempelajari dulu pembukuan disana sebelum masuk dalam hitungan. Untunglah ia tidak bodoh-bodoh amat sehingga cepat tanggap saat di training.

Ketika ia sibuk mengerjakan rekapitulasi anggaran bulan ini, sebuah suara masuk lewat intercom yang terpasang di kubikelnya.

"Nona Anita, tolong masuk sebentar ke ruangan saya!"

Anita mengusap wajahnya, tegang. Apa yang ia lakukan sehingga di awal kerja saja si Bos sudah memanggil?

"Kenapa?" tanya seorang teman yang ia tahu namanya adalah Wulan.

"Nggak tahu. Mungkin bos ingin berkenalan," jawab Anita asal.

"Awas tertarik sama dia loh. Si doi lumayan cakep meski sedikit galak," bisik Wulan diakhiri dengan kekehan kecil.

"Gimana kalau dianya yang tertarik sama aku?"

Wulan memperhatikan Anita sejenak dari atas sampai bawah.

"Boleh! Boleh! Bodymu lumayan juga. Buka sedikit tuh kancing, mungkin jadi poin untuk menggaet dia."

"Issshhh, ogah! Mending nggak dapet bos kaya kalau harus jual tubuh."

Suara dari intercom yang keluar sekali lagi membuyarkan acara gosip ria keduanya. Tak ayal Anita langsung kabur, ngacir ke ruangan atasannya.

Tok! Tok! Tok!

Anita membuka pintu perlahan dan menutupnya tanpa suara.

"Ya, Pak." Ia menatap seorang pria yang tengah fokus pada layar di komputernya. Tidak jelas seperti apa wajahnya, karena terhalang oleh benda pipih tersebut. "Ada yang bisa saya--,"

Mata Anita membulat lebar ketika pria itu bangkit dan menegakkan tubuhnya. Anita membeku menjadi kaku di tempatnya dalam sekejap.

Pria itu berjalan memutari meja. Melihat ke arah Anita tanpa kedip.

"Apa kabar? Lama tidak bertemu."

Anita memalingkan wajah dengan cepat. Ia tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Terkejut, takut, benci, muak, semua menggumpal jadi satu dalam benaknya.

Siapa yang akan menyangka, Anita akan bertemu kembali dengan masa lalunya. Seseorang yang dulu pernah hadir dan menjadi catatan sejarah dalam kisah hidupnya meski hubungan mereka terbilang singkat.

Rama. Dialah orangnya.

Begitu banyak nama Rama sehingga ia tak akan menyangka kalau Rama yang kini ada di hadapannya, menjadi atasannya, adalah orang yang sempat mengusik hati juga hidupnya.

Dan sudah enam tahun masa itu terlewati, siapa yang menduga nasib akan mempertemukan keduanya kembali.

"Masih ingat aku?"

"Tentu," jawab Anita dingin. Ia tak tahu harus bersikap apa pada Rama saat ini.

"Aku senang bisa melihatmu lagi. Selamat datang, semoga kau betah bekerja disini."

"Aku harap begitu." Anita menatap Rama sesaat sebelum ia memalingkan wajah kembali.

Tidak ia pungkiri, pria itu semakin tampan dalam usianya. Kedewasaan dan sikap tegas yang ditunjukkan makin memperkuat aura kelelakiannya. Pantas saja kalau beberapa karyawan disini sedikit menggunjingkan sang atasan. Karena beginilah sekarang penampakannya.

"Jika tidak ada hal lain yang diperlukan, saya akan kembali ke ruangan."

Rama hanya mengangguk tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari Anita. Entah apa yang pria itu pikirkan saat ini. Matanya masih terus mengawasi sampai Anita menghilang di balik pintu.

Sementara itu.....

Anita yang sudah keluar dari ruangan Rama, berhenti sejenak di depan pintu. Ia berdiri kaku dengan tangan memegang dadanya yang berdebar kencang. Segugup inikah dia bertemu sang atasan? Bukankah dia hanya orang biasa yang kebetulan punya posisi tinggi di atasnya? Atau karena hubungan yang pernah ada sehingga membuat jantung Anita bekerja dua kali lebih keras dari garis normalnya? Ia terkejut, shock dan masih tak percaya.
Jadi, hubungan seperti apa yang mereka miliki sebelumnya?

(○_○)

Kalau suka, ramaikan!

Mantan oh Mantan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang