Anita berdiri seketika dari tempatnya.
"Apa maksud ucapanmu itu?" Ia menatap sengit pada keberadaan Rama yang masih tampak santai, namun tidak dengan orang tua Rama yang semakin was-was.
"Duduklah, akan kujelaskan sesuatu," kata Rama lembut, masih nampak tenang. Namun itu tak membuat perasaan Anita luluh. Justru hatinya makin bergejolak.
"Penjelasan apa? Sesuatu yang tak kupahami dan hanya diputuskan sepihak olehmu, begitu? Aku benar-benar kecewa padamu!"
Anita menyentak kasar tas kerjanya. Tanpa pamit, ia segera kabur dari tempat itu. Dan inilah yang dicemaskan Rio juga Amanda sejak tadi.
Rama yang tak menyangka akan kemarahan Anita, mengejarnya dengan segera. Tubuhnya hampir menyenggol pelayan yang datang membawa nampan makanan.
"Anita, Anita, tunggu!" Ia mencoba mencegah kepergian Anita. Beberapa pasang mata sudah memperhatikan keduanya sejak tadi. Dan kini mereka berdua tengah jadi sorotan publik di rumah makan itu. "Nit, aku bisa menjelaskannya padamu."
Rama meraih tangan perempuan itu, namun dengan gerakan kasar segera ditepis oleh Anita.
"Jangan sentuh aku!"
"Baiklah. Tapi ku mohon jangan pergi dulu. Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu."
"Tidak perlu! Kau simpan saja penjelasanmu itu!"
Rama mulai gusar. Sekarang ia bisa merasakan kecemasan hatinya ketika melihat ekspresi Anita yang jauh dari kata bersahabat. Perempuan itu benar-benar marah.
"Ku mohon, dengarkan aku. Ada satu hal yang harus kau tahu, Nit."
"Aku benci padamu!"
Mata Anita memerah. Menyorot tajam pada Rama yang berjalan menjajarinya.
"Anita."
"Kau akan terima surat pengunduran diriku, besok!"
Selesai! Rama tak mungkin menahan perempuan itu saat ini. Keputusan barusan sudah mutlak dijatuhkan dan Rama tak tahu lagi harus menyikapinya bagaimana. Ia seperti kehilangan jati dirinya yang wibawa dan penuh arogansi. Rama merasa lemah kali ini.
"Stop!"
Sebuah taksi berhenti dan itulah satu-satunya akses Anita pulang menuju rumah. Meninggalkan Rama yang sedang kacau dengan pikirannya sendiri.
Rama kembali dengan wajah lesu. Ia duduk di tempatnya kembali tanpa gairah. Sikapnya menjadi dingin.
"Nak," ujar Amanda pelan.
"Rama tidak tahu kalau dia akan semarah itu," lirih Rama dengan nada pilu. Entah kenapa hatinya merasa hancur.
"Seharusnya kau bicarakan hal ini dengan kami lebih dulu," sela Rio berpendapat. "Kami bahkan tidak tahu kalau kau akan membawa dia kemari."
"Kupikir semua akan baik-baik saja. Meski ia tidak akan senang, tapi tak akan marah sampai seperti ini."
Amanda dan Rio melihat keputus-asaan di wajah anaknya. Mereka ikut prihatin dengan semua itu.
"Bersabarlah, Sayang. Berilah penjelasan padanya secara perlahan."
"Dia memutuskan untuk mengundurkan diri."
Kali ini orang tua Rama terkejut.
"Mengundurkan diri?" Keduanya tak percaya dengan penyampaian Rama barusan. "Jangan katakan kalau selama ini Anita bekerja di perusahaan kita, Rama," tebak Rio dengan wajah gusar.
Terdengar helaan napas panjang dari anaknya tersebut. Dan itu sudah merupakan jawaban pasti yang tak perlu diklarifikasi lagi. Rama mengambil secangkir kopi yang ia pesan tadi dan menyesapnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan oh Mantan (END)
AcakApa jadinya jika Anita dipertemukan kembali dengan masa lalunya, Rama? Dan yang lebih menyebalkan, pria itu kini menjadi atasannya. Tentu di bawah kepemimpinannya, Anita merasa tak nyaman apalagi ketika Rama mulai bersikap protektif dan selalu muncu...