🍒🍒🍒
Hai kakak dan teman semua, ini cerita baruku.Cuma author amatiran yang masih belajar tentang PUEBI dan masih kebanyakan Typonya.Maka dari itu, kalau ada salah atau masih berantakan mohon koreksinya ya.
Makasih Hyung, kembali kecerita.
🍒🍒🍒
Derap langkah kami dihiasi bisikan orang orang yang penasaran.Memang ku akui fisik ku memang mendukung adanya bisik bisikan setan itu.Dengan aku yang pakai masker dan baju yang berlainan dengan murid yang lain.
"Kalian yakin ini kelasnya?" tanyaku ragu.
"Ya, ini kelasnya," ujar pria gimbal ini.
Baiklah sepertinya kalian agak bingung dengan ketiga pria ini.Biarku perkenalkan satu persatu.Disepanjang perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 3 menit itu mareka terus mengajakku berbicara walaupun, aku mengacuhkan mareka.
Pria pertama yang mengajakku kenalan :
1.Namanya Dio Rehan Utama, anak semata wayang dari pak Wisnu.Katanya sih, bokapnya orang terkenal di Aceh.Karena, mempunyai lahan dan pabrik industri disana.Dio laki laki jangkung yang ku perkirakan tingginya 170 cm, mempunyai wajah Oriental banget.Mempunyai tai lalat di bawah dagu.Sangat manis, sungguh.Kulit putih nan bersih berseri, apa dia masih jomblo? Ku lihat anaknya Calem karena dari tadi dia yang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah absurd teman temannya yang idiot ini.
2. Selanjutnya Georgino Arashpati.Wajah blasteran ini juga sangan tampan, aku merasa sangat kecil berada di sampingnya.Kulit putih, rahang tegas, dan pipi yang chubby.Ahh imut sekali.Tapi dia gila, sama seperti yang gimbal ini.
3. Oke orang paling gila yang pernah ku lihat, Pria yang dari tadi mengoceh ngoceh tak jelas.Namanya Filindo Govari .Nama yang bagus namun ya begitulah sifatnya gila dan tidak waras.Memiliki kulit yang kopi susu, rambut gimbal tapi dengan postur badan yang atletis sekali tapi wajahnya gentle banget.
Ah sudahlah aku sepertinya kurang kerjaan harus mengungkapkan fisik mareka.
"Ku harap kau nyaman dengan kelas ini mbun" pungkas Gino mengejek,
Kutatap mareka satu persatu di depan kelas ini, "Baiklah, terima kasih telah mengantarku." ungkapku sebagai terima kasih.
Mareka tersenyum penuh arti, entahlah aku tidak tau apa arti itu.Yang jelas ada sesuatu yang tidak aku ketahui.
Kulangkahkan kaki menjauhi mareka dan mengetuk pintu kelas ini yang sangat tertutup ini, apa tidak pengap? pikirku.
"Ya, ada apa nak?" tanya orang yang keluar dari ruangan misterius ini.
Kubuka masker cream ku lalu mencoba untuk tersenyum, walau kaku. "Salam bu, saya Embun murid baru.Dan saya di perintahkan untuk belajar di kelas ini," ucapku sedikit gugup.
Kulihat ibu guru ini berfikir lalu sesaat kemudian dia tersenyum, "Kamu anak yang pintar dan genius itu ya, soalnya murid bodoh tidak bisa menempati kelas Program ini." perkataannya begitu bersemangat tanpa melunturkan lengkungan di bibirnya.
Aku paling malas dengan pertanyaan yang tidak berbobot ini.
Ku hela nafasku pelan, "Saya tidak pintar bu, saya juga tidak genius. Semua manusia punya porsi tersendiri, dan yeah manusia itu di ciptakan dalam bentuk yang sama, tergantung cara mareka memerankannya peran mareka masing masing. Tidak ada bedanya yang pintar dan yang bodoh, pemikiran seperti itu tidak layak jika dibandingkan dengan sekolah yang bermatabat seperti ini." tuturku panjang lebar.
"Permisi bu." izinku melewati ibu yang terdiam mendengar jawabanku.
Hembusan AC menerpa kulit tubuh ku saat pertama kali memasuki tempat ini, begitu sejuk dan adem. Ternyata pemikiran ku tentang kelas ini sangatlah tidak berteori, kelasnya lebih nyaman di banding kelas lamaku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Embun
General FictionSindrom ini membunuhku. Sial, ini seperti kutukan sekaligus kejutan.