2 - Dear Bastian

16 3 0
                                    

Pagi ini terasa begitu cerah bagi seorang Bastian Pratama. Waktu menunjukkan pukul enam pagi, tetapi ia sudah siap menggendong tas dan memanaskan mesin motornya.

Tujuan pertamanya bukan menuju sekolah, melainkan pet shop di mana gadis cantik itu bersemayam. Ia sudah memikirkan rencana ini matang-matang kemarin malam. Bermodalkan Alicia, kucing betina berwarna putih peliharaannya, ia siap meluncur menghadapi Anisa dengan percaya diri.

​Tak berselang lama, Bastian telah sampai di depan pet shop itu, tapi pintunya baru terbuka setengah. Ia tidak tahu apakah Anisa berada di sana atau tidak, ia berjalan perlahan mendekati kucing-kucing yang terlihat dari luar jendela.

​"Bastian," panggil seorang perempuan membuatnya terkaget.

​"Kucingmu sakit lagi, ya?" Anisa terlihat mengenakan seragam sekolah, tetapi belum mengenakan sepatu.

​Bastian berusaha membiasakan raut wajahnya yang sempat tegang. Ia menatap Anisa santai sembari mengelus bulu halus Alicia. Mungkin sebagian besar kucing-kucing di pet shop milik Anisa iri dengan Alicia, ya Alicia nama yang bagus untuk seekor kucing yang memiliki masa lalu kelam.

​"Berita gembira, kucingku sembuh!" sorak Bastian tak kenal malu. Anisa mengernyitkan alisnya, heran dengan tingkah Bastian.

​"Selamat ya, Alicia sudah sembuh," ucap Anisa sembari mengelus kepala kucing itu lembut.

​Anisa masih bingung, ia tidak tahu apa maksud kedatangan Bastian pagi-pagi membawa kucingnya lagi, tapi ia terlihat sangat ceria.

​"Bas," panggil Anisa menyadarkan Bastian yang sepertinya berpura-pura lembut itu.

​"Ya? Kenapa Nis?" Bastian berusaha mempertahankan kepercayaan dirinya.

​"Kamu ke sini bawa Alicia mau apa? Tumben pagi-pagi banget. Kamu mau beliin Alicia aksesories ya?" lirih Anisa masih penasaran.

​Bastian kehilangan ide, ia terdiam beberapa saat. Otaknya masih berputar mencari sumber jawaban. Anisa benar-benar menguji kekuatan jantungnya.

​"I-itu Nis," ucap Bastian terbata-bata.

​"Itu apa? Bilang aja, kamu kok gugup begitu. Santai aja, malah aku senang kalau ada kucing yang mau belanja di sini," kata Anisa menampakkan senyum merekahnya.

​Bastian mulai tenang, ternyata Anisa sangat humble. "Maaf kalau aku ganggu pagi-pagi. Sebenarnya aku ke sini nggak belanja, hehe," terang Bastian lirih.

​"Hah? Terus?"

​"Mau ngumumin kalau kucingku udah sembuh," teriak Bastian kencang mempertahankan senyumnya, tapi Anisa terlihat masih terdiam membuka mulutnya setengah.

​"Alicia jangan sakit-sakit lagi ya, rajin-rajin mandinya, kalau nggak mau dimandiin cakar aja dia," ucap Anisa sembari menoleh sinis ke arah Bastian.

​"Dia siapa?"

​"Kamu." Senyum Anisa semakin melebar, ia menyukai kucing Bastian.

​Bastian semakin hanyut dalam pesona Anisa. Ia merasa tidak canggung lagi dengan Anisa. "Alicia kalau mau mandi ke sini aja ya, suruh Anisa yang mandiin."

​Kucing itu hanya terdiam di pangkuan Bastian, kucing yang tidak mengerti sedang dijadikan bahan pendekatan oleh Bastian.

​"Aku boleh gendong nggak?" Anisa sudah tidak tahan lagi, ia sebenarnya sedari tadi malu dengan Bastian, pertama kali ada pria penyuka kucing yang ia temui.

​"Boleh, nih pegang aja. Dia nggak galak, nggak kayak pemiliknya." Bastian memberikan kucingnya cepat, ia sebenarnya menahan jijik, ia terpaksa melakukan ini demi bertemu Anisa.

DEAR BASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang