3

14 4 0
                                    

Terikat

Sudah sebulan kurang dua hari, akhirnya aku pulang kerumah.
Menyaksikan kamarku yang sudah lama sekali tidak aku tempati.

"Yuki, sayang... " Kata Nenek memanggilku

"Iya? " Tanyaku sambil balik badan menatap wajah Nenek.

Usia Nenek setengah abad, wajahnya masih sangat cantik tanpa keriput.

Aku percaya, manusia yang terbiasa naik-turun Gunung tubuhnya akan mengalami kelambatan dalam penuaan dan sakit-sakitan.

Ada tetanggaku usianya satu abad, beliau bahkan masih bisa naik Gunung sampai kepuncaknya, staminanya sangat hebat dan kuat, begitu juga dengan anak dan cucu-cucunya.

Iya, salah satu cucunya adalah Lukman temanku yang paling rese  se-Galaksi!

"Mungkin Nenek akan sangat sibuk akhir-akhir ini, di kampus lagi banyak yang bimbingan Skripsi. Dan Nenek salah satu Dosen pembimbing dan Dosen penguji, ada puluhan Mahasiswa dalam tiap harinya dan itu berlangsung cukup lama mungkin berminggu-minggu. " Ucap Nenek tampak menjelaskan kata yang mudah aku pahami.

Aku tersenyum. Lalu memegangi pergelangan tangan Nenek

"Semangat ya, Nenek. " Kataku lalu mencium pipinya lembut.

Nenek menatapku kesal. "Maksud Nenek, kamu jangan bertingkah. Jangan menyusahkan Nenek dengan naik Gunung, kamu sudah janjikan! " Nenek sedikit menggertak di akhir katanya.

Aku mendengus, mengerucutkan bibirku masam.

"Iya Nenek sayang... " Kataku agak lebay.

Setelahnya aku berangkat sekolah dengan di antar Nenek naik mobil.

Aku berjalan agak canggung di koridor sekolah, banyak pasang mata menatapku, mulai dari yang tatapan horor, acuh, dan penasaran. Maklum sudah lebih empat bulan aku tidak masuk sekolah.

"Heh!" Ridho memegang pundakku dari belakang, aku menoleh dan menatapnya tajam.

"Sakit! " Kataku dengan tatapan tajam. Dia terkekeh, sering banget dia melakukan hal itu, padahal  dia tahu kalau pundakku ada bekas luka jahitan, dan dulu aku pernah kecelakaan dan patah tulang bagian ketiak.

Aku berjalan beriringan dengan Ridho menuju kelas. Umurku tujuh belas tahun, kelas dua sekolah menengah atas.

"Ratu gosip dateng juga ke sekolah. " Ucap Bima ketua kelas.

Kemarin teman-teman sekelas datang kerumah untuk menjengukku, karena mereka tahu aku sudah baik-baik saja, akhirnya Nenek membolehkanku masuk ke sekolah hari ini.

***

"Lo tau nggak, kalau minggu depan bakal ada hujan meteor." Ucap Ranti saat jam istirahat.

Hujan meteor ya? Entah kenapa rasanya tidak asing di telingaku

"Hujan bintang. " Kataku tanpa sadar.

"Iya, bisa di artikan gitu, meski sebenarnya salah. " Gumam Ranti lagi.

"Pokoknya minggu depan kalian harus temenin gue lihat hujan meteor! " Kali ini Ranti menggebrak meja bundar kantin.

Ranti memang sangat suka dengan ilmu falak, bagi dia sebagian hidupnya adalah tentang Bintang, sebagian yang lain masih tentang Bintang juga sih.

"Gue bakal teraktir kalian makan di Mcd. " Kata Ranti lagi setelah semua orang hanya diam menimang-nimang usulnya.

"Gaaasssss! " Kini semua orang akhirnya setuju, tentu saja karena makanan, mana ada orang tertarik malam-malam melihat bintang?

"Kalau lo? " Tanya Ranti menatapku

Aku memejamkan mata berkali-kali, lalu menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Gue gak tau. " Kataku mengambang.

Hatiku seperti ada getaran, keterikatan antara aku dan hujan bintang.

"Gue nggak maksa, lo pasti gakan di bolehin Nenek karena masih belum pulih total. " Kata Ranti.

"Lagi pula, tempatnya di Gunung." Imbuhnya.

"Hah?

" Di Gunung?! " Sontak semuanya menatap Ranti dengan horor

"Malem-malem ke Gunung gitu? " Tanya Rani sedikit enggan

Ranti hanya mengangguk. "Hujan Meteor bakal keliatan banget kalau di tempat minim cahaya. " Jelas Ranti sambil menyeruput es teh miliknya.

"Kita bakal kemping di Gunung, seru kan? " Ucap Ranti berapi-api 

"Semenjak Yuki kecelakaan, gue gak di bolehin naik Gunung lagi. " Ucap Rani pelan.

"Gue juga, Mama bilang takut di culik Wewegombel." Ridho menimpali

"Mana ada, padahal lo lebih serem dari Wewegombel! " Dengus Lukman yang sedari tadi hanya menyimak.

Aku cuma ikut tertawa, di antara tawa teman-temanku. Meski hatiku menggigil. Telingaku seperti mendengar suara yang amat jauh, suara yang menyuruhku kembali.

Suara, yang hanya aku yang dapat mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasi BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang