ii.

63 18 14
                                    


 »» [Nocturne in E-Flat Major , Op

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 »» [Nocturne in E-Flat Major , Op.9, No.2] «

   0:00 ─〇───── 0:00

    ⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

Tempat ini bagai istana, dengan pintu putih terbuka lebar dan terlihat semburat cahaya emas dari dalamnya. Aku turun dengan Levi, yang terlihat lelah berbicara. Levi terlihat memasukkan sesuatu ke dalam kantungnya. Sialnya, tidak terlihat jelas oleh mataku. "Apa itu?" Serius, aku penasaran. "Bukan urusanmu." Aku mendengus kesal.

"Pakai ini."

Levi menyodorkan topeng dengan motif kelinci dan corak emas itu padaku. Aku menaikkan sebelah alisku, bingung. Tampaknya Levi bisa membaca wajahku karena ia langsung berkata,"Masquerade party, pesta dansa dengan topeng." Aku hanya mengangguk karena semua hal ini begitu asing bagiku. "Ini juga." Sekali lagi, dia menyodorkan sarung tangan berwarna emas yang bersinar dalam kegelapan malam, dan lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk seperti orang bodoh.

Kami memasuki ruangan pesta dansa dan tampak sosok-sosok dengan gaun dan jas membalut tubuh mereka. Mewah. Mereka semua terlihat menikmati malam ini. Dentuman music waltz terdengar ke segala penjuru ruangan besar ini. Di ujung ruangan, aku dapat melihat buffet disediakan. Levi menjabat beberapa orang yang duduk di ujung ruangan, termasuk Darren Harris. Sepertinya dialah yang mengadakan pesta dansa ini. Aku hanya mengikuti Levi dari belakang.

Levi, pria dengan rambut hitam legam undercut dan jas merah marun membalut tubuhnya itu menarikku ke tengah ruangan. "Mau berdansa denganku, Nona?"katanya dengan suara yang benar-benar membuatku kesal. "Ya." Aku hanya mengikuti ajakannya agar semua ini bisa cepat selesai. Kami menari di tengah orang-orang yang menatap kami. 

Aku berasa melayang.

┊┊┊✧ ⁺ ⁺  °

"Dia kumuh sekali, untuk apa Levi membawa orang macam itu kesini?

"Menjijikkan."

"Lihat kulitnya. Terlihat sekali tidak terjaga."

"Hahaha, pasti dia miskin, atau tidak punya orang tua."

"Lihat itu, tubuhnya, kurus sekali seperti tengkorak!"

"Apa jangan-jangan dia seorang Thorne?"

"Sial, aku ingin muntah melihatnya."

"Dasar miskin."

"Najis."

Wajah-wajah menyeringai mereka terlihat buram dalam pandanganku. Makian-makian itu menghujamku tanpa henti, membuat kepalaku pening, dan hatiku serasa terbakar.

Gadis ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang