iii.

61 17 3
                                    

"Fern, ingat ya! Apapun yang orang-orang katakan tentangmu, jangan hiraukan mereka. Tetaplah baik pada mereka. Dunia ini memang kejam, tapi jangan pernah sekalipun kamu mendendam, apapun yang terjadi."

"Kenapa, Ibu?"

"Karena, itu hanya akan membuat hidupmu sulit. Janji ya!"

Ibu mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingkingku. Kami tertawa senang di bawah terangnya sinar mentari.

"Ya, benar kata Ibu, putriku! Tidak penting apa yang mereka katakan. Lagipula, tidak penting pandangan orang lain terhadap kamu. Bagi kami, kau adalah putri kesayangan kami yang tercantik sedunia!"

"Kami berdua sangat menyangimu, Fern."

Pelukan hangat mereka kembali terasa.

Kenapa ingatan itu baru kembali sekarang? Setitik air mata membasahi pipiku. Maafkan aku Ayah, Ibu, tetapi aku sudah merusak janji kita. 

Malam itu, tidak akan bisa kuulang kembali.

10 November, 2015

"Hei, kau ingat gadis itu?"

"Siapa sih?"

"Itu loh, Fern Thorne. Masa kamu tak tahu? Gadis pembunuh brutal yang menewaskan 17 orang di sebuah party, 5 tahun yang lalu. Ceritanya sudah menyebar kemana-mana loh."

"Gila, cerita tentangnya benar-benar membuatku merinding."

"Hidupnya benar tragis. Pada akhirnya, dia juga mati mengenaskan di tangan polisi. Aku kasihan padanya."

"Tahu tidak? Katanya dia hanya dimanfaatkan untuk menghibur si maniak Darren Harris dan putranya."

"Darren Harris? Pengusaha psikopat yang kaya raya itu?

"Benar. Mereka menghasutnya."

"Bukankah mereka berdua berhasil membungkam polisi dengan uangnya? Cih, dunia benar-benar tidak adil, ya. Orang-orang kaya selalu saja menang.""

"Yah, tapi bukankah sedari awal dunia kita memang seperti itu? Kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Lagipula, cerita itu bisa saja hanya karangan."



written: 14/10/2020.

Gadis ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang