#6

3 3 0
                                    

I'm tryin' to realize
It's alright to not be fine
On your own

Now I'm shakin', drinkin' all this coffee
These last few weeks have been exhausting
I'm lost in my imagination
And there's one thing that I need from you

Can you come through?

Alunan musik membuat Langit bersemangat membereskan cafe nya. Hari hari nya Langit memang banyak ia habiskan di cafe. Bahkan, ia sering kali menginap di cafe nya jika malas pulang kerumah.

Tiba tiba ada seorang pelanggan, dan sepertinya pelanggan baru. Karena sebelum nya Langit tidak pernah melihat nya di cafe. Tapi aneh nya, Langit merasa tidak asing dengan wajah pria tersebut.

"Hai, Lang. Masih ingat dengan diriku tidak?" tanya lelaki tersebut yang langsung menghampiri Langit.

"Sebentar, berikan aku waktu untuk mengingat" Langit yang mencoba mengingat wajah pria tersebut akhirnya ingat.

"Bintang ya? Bagaimana kabar mu? Silahkan duduk dulu, biar aku buatkan secangkir coffee latte."

"Kabar ku baik. Bagaimana dengan mu? Tidak usah repot repot, Lang. Aku kesini hanya ingin bertemu dengan mu." secangkir coffee latte mendarat di salah satu meja tempat mereka berdua berbincang.

"Kabar baik. Ohya, darimana kau tahu keberadaan cafe ku?"

"Ohh. Jadi beberapa waktu lalu aku gidak sengaja melihat cafe mu di laman instagram ku, Lang. Awal nya aku ragu, tetapi ketika aku memastikan kepada teman teman dekat mu, ternyata benar ini adalah cafe mu."

Mereka berdua pun berbincang sangat asyik. Wajar saja, Langit dan Bintang sudah lama tidak berjumpa. Sekitar 4 tahun, dikarenakan Bintang yang setelah lulus SMA langsung melanjutkan pendidikan nya di Jerman. Sementara Langit sibuk mempersiapkan pembangunan cafe nya kala itu.

Tak terasa, sudah 3 jam mereka asyik berbincang. Setelah semua topik mereka bahas, Bintang pamit untuk pulang, karena ia harus menyelesaikan pekerjaan nya yang tertunda.

"Sampai bertemu lain waktu. Mampir ke cafe ku ya jika kau memiliki waktu luang"

"Siap. Terimakasih atas jamuan nya, Lang"

"Terimakasih kembali, Bin"

Pasti kalian bertanya-tanya, mengapa hari ini tidak menemani Langit di cafe. Ya, ia sedang sibuk dengan kuliah nya. Mau tidak mau Langit mengurus semua nya sendiri. Sesekali ia melihat foto Senja yang selalu ia simpan di kantong apron¹ nya. Sesekali ia merasa sedih, tapi ia harus bangkit dari kesedihan nya. Ia tidak mau Senja merasa sedih ketika melihat dirinya sedih. Ia hanya mau melihat Senja bahagia disana.

¤¤¤¤

Rintik hujan membasahi kota Jakarta malam itu. Langit hanya duduk termenung menghadap kaca jendela sembari mengaduk secangkir teh hangat nya. Seperti nya hari ini ia sangat kelelahan karena harus melayani semua pelanggan sendirian. Walaupun seringkali ia merasa kerepotan, tapi ia tidak berniat membuka lowongan pekerjaan di cafe nya. Karena ia lebih nyaman ketika harus mengurus semua nya sendiri atau dengan orang terdekat nya.

"Jika kau masih berada disisi ku, pasti aku tidak merasa kesepian, Senja. Dan pasti kita masih bisa berlibur bersama seperti waktu itu. Ohya, maafkan aku ya karena aku masih suka menangisi kepergianmu. Semoga kamu bahagia disana ya, Senja. Aku menyayangimu selalu" ucap Langit sambil menatap foto nya bersama Senja ketika mereka berlibur ke Bali.

Memang ya, melupakan seseorang yang sangat kita sayangi memang sulit. Belum lagi satu per satu kenangan indah yang harus di ikhlaskan juga.

Cinta itu bagaimana pemikiran kita saja. Ya walaupun, banyak cara pandang berbeda yang membuat sepasang kekasih berselisih paham. Karena banyak hal sederhana yang dibuat rumit oleh pemikiran sendiri. Tapi, jika hidup ini keras, ada dia yang mampu melunakkan hati untuk peduli dan menarik perhatian.

¤¤¤¤

Langit : Hai, maaf mengganggu waktumu. Apa kamu sedang sibuk?

Mentari : Hai Lang, tidak terlalu sibuk sih. Memang nya ada apa?

Langit : Karena di luar sedang hujan, yuk kita bermain hujan. Kalau kamu mau, aku akan kerumah mu untuk menjemput dirimu.

Mentari : Tentu saja aku mau, hitung hitung menyegarkan otak ku yang lelah ini hehe

Langit : Oke, tunggu aku ya!!

Hanya 10 menit Langit menempuh perjalanan untuk ke rumah Mentari. Sesampai nya di rumah Mentari, ia langsung mengajak Mentari ke taman dekat cafe nya. Perjalanan sekitar 15 menit mereka tempuh

"Mentari," tiba tiba Langit menatap mata Mentari dengan tatapan yang dalam

"Iya, Lang. Ada apa?"

"Apa yang membuat mu menyukai hujan?"

"Aku sangat suka bermain air. Bagi ku, air itu menjadi peredam segala nya."

"Apa kamu tau apa tujuan ku mengajak mu ke tempat ini?" tanya Langit lagi

"Tentu tidak"

"Jadi, tujuan ku mengajak mu ke tempat ini, aku ingin meminta izin untuk mengenal mu lebih jauh. Aku ingin kau menjadi bagian dari separuh hidup ku, Mentari. Aku sudah terlanjur mencintaimu." tatapan Langit yang sangat dalam membuat Mentari tidak berani membalas tatapan tersebut. Sembari memegang tangan Mentari, Langit tidak mengalihkan tatapan nya itu dari Mentari.

"Langit, dengan senang hati aku akan mengizinkan mu untuk mengenalku lebih jauh dan menjadi bagian dari separuh hidup mu." tanpa berkata kata, Langit segera mendekatkan tubuh nya dan mendekap tubuh Mentari yang mungil.

"Aku mencintaimu, Langit" ucap Mentari.

Tak terasa, hujan di malam itu menjadi saksi bisu kisah cinta mereka berdua. Walaupun terkadang Mentari merasa diri nya hanya seorang pelarian Langit yang kehilangan Senja nya. Tapi ia terus mencoba untuk memahami keadaan Langit sekarang. Sangat tidak mudah untuk mengikhlaskan orang terkasih. Perlahan tapi pasti, ia yakin kalau Langit akan move on dari Senjani. Tak terasa, sudah masuk pukul 9 malam, Langit segera mengantar Mentari untuk pulang. 

¹apron atau celemek adalah kain yang digunakan setelah pakaian untuk melindungi bagian depan dari badan.

Terimakasih sudah mampir
Tinggalkan jejak dengan cara follow, vote, dan comment!!
Happy reading<3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang