Mawar—
Mawar—
Kelopak matanya terbuka mendengar suara bisikan di antara angin yang berhembus begitu kencang, iris hitam itu terlihat— mengedarkan pandangannya di antara ratusan bunga mawar mekar bersama dengan duri nya di sana. Bunga dengan pelindung itu bergerak, mengikuti arah angin ke barat, menuju ke arah horizon yang kini begitu gelap.
Namun— pandangannya terhenti ketika ia menemukan sosok pria dengan rambut hitam tengah menatap ke arah langit dengan mata yang terpejam. Pria itu— mengabaikan mawar nya— mengabaikan mawar yang mencoba melindungi diri degan ratusan duri di sana.
Jantungnya berdetak cepat dengan kaki yang kini melangkah, begitu berat— satu langkah, dua langkah dengan jemari yang perlahan menyentuh tangkai mawar hingga duri itu menancap, melukainya tanpa sadar. Nafasnya kini memburu, mencoba untuk berlari, tetapi ratusan ton itu seolah menahan kaki nya— menggenggam nya begitu erat hingga pria itu melirik dengan tatapan tajam membuat nya tersentak dan menghentikan langkah.
'Jadilah mawar—'
Perlahan— senyuman terlihat membuat nya kembali melangkah, mencoba berlari hingga keringat membasahi pelipisnya. Namun— angin berhembus begitu kencang hingga nafasnya kini seolah berhenti, tatapannya begitu kosong, dingin yang menyapa dan gelap yang telah tiba. Pria itu menghilang— layaknya abu menyisakan jejak yang terlihat, tetapi begitu terasa.
—Kelopak matanya terbuka sempurna, nafasnya sedikit berbunyi ketika bilah bibir itu berusaha untuk meraup oksigen, begitu banyak dan begitu rakus seolah ia akan mati. Nafasnya memburu dengan iris berwarna hitam yang kini bergerak, mengedar menyusuri ruangan yang begitu luas dengan warna putih yang mendominasi sangat terang.
Jantungnya berdetak cepat, kepalanya sedikit terangkat dan kembali dihempaskan pada bantal yang terlihat begitu lembut dengan kelopak mata monolid yang terpejam, perlahan dan jemari mengepal pada selimut yang menutupi tubuhnya sebatas dada. Ia mengatur nafasnya, perlahan hingga nafas itu kembali teratur dengan raut wajah mengeluh yang kini terlihat.
"Ah— mimpi macam apa itu—"
Suara nya terdengar sedikit mengeluh dengan lengan yang terangkat, kaki yang di luruskan hingga ia merenggangkan otot nya yang terasa sedikit kaku dengan bibir yang kini kembali terbuka untuk sekedar menguap, kembali mencuri oksigen di sekitarnya sebelum tubuh itu tak lagi bergerak dengan mata yang tertuju pada langit- langit kamar yang begitu tinggi dan berdecih singkat.
"Ah aku benci melihat warna putih di sana—" gerutu nya ketika ia telah meminta beberapa kali untuk mengubah warna dari langit- langit apartemennya. Ia memutar bola matanya malas sebelum tubuhnya bangkit, duduk di atas kasur berukuran kingsize itu dengan pandangan yang kembali mengedar.
Jemari nya perlahan menyelusup pada helaian rambut hitam yang sedikit panjang disana hampir menutupi alis hitamnya lalu menggaruk kulit kepala itu pelan, kepalanya terasa sedikit gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose In The Garden Of Vow [TAEKOOK]
Romance[DI JUAL DALAM BENTUK PDF] Ladang mawar itu menjadi saksi- Saksi bisu untuk janji yang dia buat ketika hujan deras di musim semi waktu itu. Aku menggenggam janji begitu erat, bersamaan dengan lantunan lagu yang mengalun bagai perpisahan. Janji, mus...