Suara deru mesin itu tampaknya berkumpul pada ruangan pengendali dengan pemandangan langit berwarna biru yang begitu teduh, beserta awan tipisnya yang kini berarak serta sisi timur yang baru saja akan memperlihatkan sinar jingga nya di sana. Beberapa lampu kecil pada bagian kokpit itu menyala, tanda tombol itu tengah melakukan pekerjaan dengan baik.
Namun, tampaknya suara mesin itu tak mengganggu sosok pria yang memberikan seluruh atensi nya pada sebuah buku berwarna cokelat pastel yang di genggam pada bagian tengah nya agar halaman sebelumnya tak lagi kembali dan mengganggu nya yang tengah membaca. Iris nya tampak tajam sesekali bergerak mengikuti setiap paragraf yang menarik di sana.
"Kapten Kim— kita akan segera tiba—"
Iris berwarna hazelnut itu melirik ke arah sosok pria yang telah menjadi Co-pilot cukup lama dan berpengalaman membuat jemari yang tengah menggenggam buku itu di tutup memperlihatkan sebuah buku yang tampaknya membicarakan filosofi antara kelopak dan tangkai.
Mata monolid nya kini mengarah pada pemandangan yang begitu luas, hamparan hijau serta gedung- gedung tinggi yang begitu megah tanda dirinya kembali— ke negara di mana ia harus berada. Jemari nya kini terulur menggunakan sebuah headphone untuk mendengarkan interuksi melalui radio dua arah.
"Flight attendant prepare for arrival"
Suara barithone itu terdengar dengan bibir yang ia dekatkan pada sebuah alat yang tersambung untuk memberikan interupsi pada awak kabin mempersiapkan penumpang untuk mendarat karena pesawat telah mendekat kota tujuannya. Jemarinya kini mengambil sebuah iPad dan sebuah kneesboard di baliknya untuk mencatat interuksi dan juga frekuensi.
"Flight attendant landing stasion"
Suara itu kembali terdengar, memberikan intruksi jika pesawat berada di manuver terakhir untuk turun. Dengan co-pilot yang kini mencengkam erat alat berwarna abu- abu yang akan menurunkan roda disana, tetapi Kapten tampaknya melirik ke arah SPD yang memperlihatkan kecepatan dan meminta co- pilot untuk menurunkan kecepatannya hingga terdengar suara intruksi lain.
"One hundred—"
Instruksi itu di berikan dari radio dua arah hingga Kapten pun kini bersandar memberikan tugas mendaratkan pesawat yang membawa ratusan penumpang itu pada co-pilot di sampingnya dengan hitungan mundur yang kini terdengar hingga pesawat itu mendarat di area landas dengan sedikit guncangan yang terasa.
Kecepatan itu menurun dengan sosok pilot dengan marga Kim itu yang kembali meraih iPad nya, kembali menuliskan sesuatu pada kneesboard sebelum iris nya kini melirik ke arah jendela pesawat dan memberikan sapaan pada sosok pria yang memberikan arahan ketika pesawat hendak berhenti dengan senyuman tipisnya. Bibirnya kembali ia dekatkan pada mic kecil di hadapannya itu.
"Fligh attendant disarm slide bar and crosscheck"
Pilot kembali memberikan arahan agar awak pesawat memeriksa area armed hingga terdengar suara pramugari di sana membuat nya kembali mengangguk dan memeriksa beberapa hal pada kokpit sebelum bibirnya kembali ia dekatkan pada alat berwarna hitam seperti tangkai di hadapannya itu.
"Flight attendant doors may be opened"
Suara itu kembali memberikan intruksi jika pintu di perbolehkan untuk di buka dan memberikan arahan agar penumpang pesawat untuk turun. Iris nya kini mengedar, menatap ke arah pijakan dan mengambil sebuah buku yang sempat terjatuh ketika melakukan landing tadi membuat co-pilot tertawa kecil dan mengangkat kedua alis nya.
"Maafkan aku, Capt—"
Pandangannya terangkat dengan kening yang kini berkerut sambil memegang iPad serta buku dalam genggamannya, tak lupa juga sebuah tumblr berwarna hitam yang menemaninya selama melewati langit yang cukup buruk hari ini— terlalu banyak awan membuatnya hanya mengangguk pada pria yang membungkukkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose In The Garden Of Vow [TAEKOOK]
Romance[DI JUAL DALAM BENTUK PDF] Ladang mawar itu menjadi saksi- Saksi bisu untuk janji yang dia buat ketika hujan deras di musim semi waktu itu. Aku menggenggam janji begitu erat, bersamaan dengan lantunan lagu yang mengalun bagai perpisahan. Janji, mus...