part IV

8 2 0
                                    

Aku sedang membaca buku di perpustakaan bersama Azam, dia sendari tadi terus saja memperhatikanku, hingga membuatku kesal.

"Bisa tidak, anda tidak memperhatikan saya terus", ucapku, meskipun aku menyukainya bukan berarti aku ikhlas saat dia memandang wajahku.

Dia terkekeh pelan "sayangnya, gue gak bisa", ucapannya membuatku memutar bola mataku malas.

"Saya gak fokus, jika anda memperhatikan saya terus", ucapku geram.

" tujuh lapan persen orang akan tidak nyaman saat di perhatikan oleh seseorang yang menurutnya sepesial", ucapnya membuatku terkejut.

"Jika anda hany-, ucapanku terpotong saat sakila datang dan memeluk Azam dari belakang.

"Sayang, ke kantin yok", ucap Sakila manja. Aku menghembuskan nafasku kasar saat melihat itu.

Azam bangkit dari duduknya dan menghadap ke arah Sakila dengan jarak yang sangat dekat. Azam mengelus pipi Sakila lembut seraya tersenyum.

Hatiku panas sekali, sangat panas, mungkin sudah di pastikan wajahku merah dan mataku berkaca-kaca.

"Aku gak bisa sayang, aku lagi ngelatih Nazwa", ucap Azam seraya melirikku.

Sakila pun melirikku dengan tatapan tajamnya, " kamu akhir-akhir ini  banget deket sama dia Azam", ucap Sakila tanpa melepas tatapan tajamnya kearahku.

"Sayang, aku dikasih amanah sama guru, suruh ngelatih dia, kamu jangan cemburu gitu dong", ucap Azam seraya memeluk Sakila.

Deg

Aku memenjamkan mataku dan air mata itu langsung membasahi pipiku.

Sakila yang melihatku mengeluarkan air mata, tersenyum sinis dan membalas pelukan Azam tak kalah erat.

"Azam, Sakila. Berani sekali kalian berpelukan di sekolah saya", ucap pak sekolah, mereka pun melepas pelukan mereka, sedangkan aku menghapus air mataku.

"Eh pak Anwar", ucap Azam mengisi suara ketegangan.

"Pak, saya ingin menggantikan Nazwa untuk ikut olimpiade", Ucap Sakila, mengejutkan kami semua, termasuk aku yang menatap Sakila tak percaya.

"Tidak, saya tidak setuju", ucap pak Anwar membuatku bernafas lega.

"Kalo bapak tidak menyetujui itu, maka saya akan memberi tau Ayah saya agar berhenti memberikan donatur untuk sekoalah ini", ucap Sakila.

Pak Anwar nampak berfikir

"Baiklah, saya akan beritau guru-guru yang lain bahwa kamu akan menggantikan Nazwa untu ikut olimpiade", ucap pak Anwar.

"Dan untuk Nazwa, maaf atas ketidak lancangan saya", ucap pak Anwar lagi seraya melirikku.

"Saya permisi", ucap pak Anwar

"Hore.. akhirnya bisa berduaan lagi sama kamu", ucap Sakila seraya memeluk lengan Azam.

"Kamu licik juga ternyata", ucap Azam mencium puncak kepala Sakila.

"Eeh, licik-licik gini juga kamu cintakan", ucap Sakila menatap Azam.

"Iyalah, yok ke kantin", mereka pun bergandengan pergi ke kantin.

Sedangkan aku sendari tadi beristigfar menyaksikan tingkah laku mereka, yang membuat hatiku sesak.

"Kenapa..his...his..." ucapku menangis.

Kenapa ini terjadi?
Apa karena aku orang miskin mereka seenaknya memperlakukanku, apa hanya karena uang bisa membeli harga diri seseorang.

Aku sudah senang-senangnya ikut olimpiade, bahkan umiku pun sudah sangat bahagia mendengar kabar aku ikut olimpiade, apa jadinya jika aku berkata aku di hentikan ikut, mungkin dia akan sangat kecewa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🍃Melepasmu karena Allah🌹(onGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang