Perjamuan malam ini akhirnya selesai dan akhirnya aku diizinkan untuk kembali beristirahat. Sebenarnya aku masih ingin berkeliling istana, namun rasanya tubuhku merasa lelah, rasanya aku ingin memuntahkan semua makanan yang sudah berhasil kumakan tadi.
Aku tidak melihat Mary di manapun. Aku terus berjalan dengan sempoyongan sambil memegangi perutku dan mulutku secara bergantian. Aku terus berjalan berdempetan dengan dinding, membantuku agar bisa terus berdiri kokoh.
Kakiku gemetaran dan akhirnya melemas dengan sendirinya. Aku sudah tak kuat lagi untuk sekadar berdiri. Namun saat diriku yakin bahwa aku akan jatuh, sebuah tangan tiba-tiba datang dan membantuku untuk berdiri. Aku terkejut, mungkin wajahku sudah terlalu pucat saat ini, aku langsung menoleh dan mendapati seorang laki-laki yang tadi ikut makan malam bersamaku.
"Tuan putri, anda tidak apa-apa?" Aku tidak menjawab apa pun. Perutku terlalu mual untuk saat ini. Laki-laki itu kemudian mengangkat tubuhku dengan tenang dan menggendongku. "Saya akan mengantar anda malam ini."
Dia tersenyum kepadaku. "Karena ini adalah malam pertama anda tinggal di sini."
Selama perjalanan kami tidak berbicara sedikitpun. Kupikir itu normal, karena keadaanku yang sedang tidak baik dan laki-laki ini adalah seorang malaikat pencabut nyawa, sedangkan aku hanyalah manusia biasa. Justru akan lebih aneh jika manusia biasa berbicara normal kepada malaikat pencabut nyawa.
Akhirnya kami sampai di kamarku. Malaikat pencabut nyawa itu masih belum menurunkan tubuhku, melainkan ikut masuk ke dalam kamar. Ia membaringkan tubuhku dengan hati-hati di kasur kemudian memberikan sebuah pil obat dan segelas air.
"Minumlah!"
Aku menurutinya tanpa bertanya apa pun lagi. Beberapa menit berlalu, kemudian aku merasakan jika tubuhku kembali pulih. Aku langsung menatap malaikat pencabut nyawa dengan takjub. "Obat apa ini?"
"Anda harus meminum obat ini setiap hari. Agar tubuh anda tetap bertahan di dunia ini." Jelasnya.
"Begitukah?" Aku menatap pil obat itu dengan tekun. "Apakah semua penghuni alam perbatasan meminum obat ini?"
"Tentu saja."
"Lalu siapa orang-orang yang tadi ikut makan malam?" Aku bertanya.
"Petinggi di istana ini." Tuan Malaikat pencabut nyawa menjawab.
Kemudian ia memberikanku sebuah buku tebal. "Lalu anda harus mempelajari semua yang tertulis dibuku ini untuk besok."
"Apa?" Aku terkejut. "Buku apa ini?"
Sepertinya ia berpikir untuk menjawab pertanyaan dariku, kemudian menjawab. "Buku pedoman kehidupan dan kematian,"
"Pelajari ini dalam waktu semalam!"
"Tetapi aku tak mungkin bisa mempelajari buku pedoman ini hanya satu malam!" Aku menyuarakan ketidaksetujuan.
Laki-laki itu menatapku tak suka dan berkata dingin. "Bukan urusan saya." Tatapan matanya terlihat dingin, dia sangat menakutkan dan bersikap seenaknya.
Setelah itu dia pergi berbalik dan keluar kamar dengan langkah besar. Tetapi aku menghentikannya dengan suaraku. "Hei!" Aku tak tahu mengapa aku masih memiliki nyali sebesar itu untuk memanggilnya kembali. Dia akhirnya menoleh dan menatapku dingin. Kupikir aku akan mati saat itu juga, aku panik, aku hanya bisa menatapnya takut.
"Ada apa? Apa ada yang ingin anda katakan?"
"Tu-tuan malaikat, aku tahu ini lancang, tetapi aku terus memikirkan ini. Aku takut jika aku mengatakannya, tuan malaikat akan langsung memenggal kepalaku saat ini juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dream
FantasíaBatu permata terakhir tersembunyi ditubuh seorang gadis yang tinggal di dunia lain. -Sweet Dream. Felysia, seorang gadis tujuh belas tahun yang tak mengetahui apa pun, dituntut untuk menyelamatkan dunia yang tidak dikenalnya. Dengan seorang Ksatria...