Setiap dua minggu sekali, seluruh warga di blok A memang selalu mengadakan kerja bakti. Walaupun keadaan lingkungan masih bersih tapi jadwal itu harus tetap rutin dilaksanakan. Jay dan Simon yang tinggal paling lama di blok A lah yang mengusulkan acara ini.
Selain untuk membersihkan lingkungan, ini juga menjadi salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan tetangga. Karena lumayan banyak penghuni blok A yang terlalu sibuk, sehingga jarang memiliki kesempatan untuk bertatap muka langsung dengan penghuni rumah lain.
"Wah selamat Bu Hoody, sebentar lagi depan rumah gak akan gelap lagi nih," ucap Jessi pada Hoody yang berdiri disebelahnya.
Hoody tersenyum, lalu mengangguk, "Iya nih, syukur deh akhirnya punya tetangga depan juga ya."
"Iya betul! Apalagi aku yang disampingnya kan. Duh... serem kalau malem tuh gelap banget," kata Hayi.
Well, di blok A jumlah ibu rumah tangganya memang sedikit. Banyak dari mereka yang menjadi single parent. Tentunya karena perpisahan dengan banyak versi. Sshhh, gak usah kepo sekarang. Semua akan terjawab pada waktunya.
"Gue denger cowok, bener gak?" tanya Sabi, setelah meneguk air minumnya.
"Kanape? Mau lo gadain? Tobat, tobat. Cari laki lo sana," jawab Jessi.
Hayi dan Hoody cuma terkekeh pelan. Jessi dan Sabi memang sering beradu mulut. Gak kok, gak sampe berantem yang ekstrem beneran cuma adu mulut biasa aja.
"Bunda Hoody, dicariin kak Devita tuh. Katanya gula di taruh dimana, kak Devi gak tau." Raina dengan baju yang sudah penuh bekas tanah menghampiri Hoody yang sedang mengobrol.
"Ya ampun Na, kamu abis ngegali gorong-gorong apa gimana itu tanah semua baju."
Raina mencabik kesal, "Itu namanya aku beneran kerja bakti, emang tante Sabi sama Mami Jessi ngobrol doang wuuuu," sorak Raina.
"Enak aja, Mami seksi konsumsi ya. Tuh si Sabi yang gabut," ucap Jessi membela diri.
"Ya gue mah cukup jadi seksi beneran aja sih."
Raina langsung tertawa geli mendengan jawaban Sabi. Tante yang satu ini memang benar-benar berbeda dari yang lainnya. One and only di dunia.
"Yaudah deh saya kerumah dulu ya. Takut dapur mau kebakaran lagi karena Devita masak." Pamit Hoody, yang setelahnya disusul Hayi karena dipanggil suaminya.
Setelah Hoody dan Hayi berpamitan, Raina ikut duduk di sana. Menghindar sebentar dari kerumunan, karena tadi abis malu jatuh di depan Haon.
"Raina udah tau belum mau ada tetangga baru?" tanya Sabi.
Gadis itu menoleh dengan semangat, "Wah iya? Pindah ke rumah yang mana tuh tan?"
"Ya yang di samping rumah Mas Cokun dong.... emang ada lagi yang kosong rumahnya selain disitu?"
"Kan siapa tau gitu, nempatin rumah Tante Sabi," ucap Raina sambil memainkan kedua alisnya.
Sabi teripu malu, "ah bisa aja kamu ini," katanya sambil menepuk lengan Raina pelan.
Raina semakin mengembangkan senyumannya, "Ya siapa tau kan... tante Sabi mau pindah, terus di jual rumahnya."
Tawa Jessi lepas begitu saja, sedangkan Raina sudah kabur sambil tertawa karena berhasil menjahili Sabi.
"AWAS YA RAINA, KALO PACARNYA LEWAT NANTI TANTE GODA!" teriak Sabi.
Di ujung sana Simon menggelengkan kepala melihat kelakuan putrinya, disebelahnya Jay ikut terkekeh. Memang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.
"Gak usah geleng-geleng lo. Itu sebelas-dua belas banget ya sama kelakuan lo," ucap Jay.
"Hadeh, bingung gue juga. Kenapa yang kayak gini malah yang perempuan," keluh Simon.
"Dad, udahan nih. Boleh pulang gak? Mau lanjut tidur." Lula dengan mini sekop ditangannya menghampiri Jay dengan wajah lesu.
Diantara semua kegiatan yang dilakuin di blok A, memang ini yang paling Lula tidak suka. Selain karena harus panas-panasan, ini juga menganggu ketentraman jam tidur Lula.
"Udah selesai? Yaudah boleh tidur lagi. Jangan lupa bersih-bersih dul-"
Belum sempat Jay menyelesaikan perkataannya Raina datang dan menepuk pundak Lula dengan rusuh. Lula meringis pelan, bukan karena sakit, cuma kaget aja. Lagipula Raina si tulang lunak tidak punya tenaga yang cukup kuat untuk membuat Lula meringis kesakitan.
"Lul tau gak?"
"Gak," sahut Lula tidak berminat.
"Dih, kan gue belum kasih tau," ucap Raina.
"Iya, makanya gue gak tau," balas Lula.
"Nah! Makanya gue mau kasih tau! Tau gak?"
"Gak."
Raina menghela napasnya, lalu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.
"Apaan sih?" Gadis berkacamata itu jadi bingung sendiri.
Simon menggelengkan kepalanya lagi. Selain rusuh, otak Raina juga terkadang terhambat. Jangan heran kalau pas lagi ngobrol Raina suka gak nyambung.
"Ya kamu mau cerita apa. Kenapa malah jadi kamu yang bingung?" kata Simon, menjitak pelan kening putri bungsunya.
"Jawaban si Lula yang bikin bingung. Pokoknya nih ya Lul, kata tante Sabi kita mau punya tetangga baru, asik." Lula mengulum bibirnya, mencoba menahan kesal.
"Lo heboh cuma buat bilang ini Na?" tanya Lula yang dijawab anggukan oleh Raina.
"Beneran?" Raina mengangguk lagi.
"Wah, kalau gitu kayaknya lo harus mengundurkan diri dari admin Gossip-A deh."
"Kenapa tuh memangnya???"
"TELAT! SATU BLOK JUGA UDAH TAU!"
Raina meringis mendengarnya. Oh tidak, posisinya sebagai lambe gossip-A terancam.
✨✨✨
haiii, maaf ya kita baru update :(
happy reading guys!!