4. Welcoming Party

65 8 6
                                    

"BUNDA!!! KAK DEVITA NIH GAK MAU MANDI NIH!"

Teriak Donghyun dari kamar Devita. Anak itu menarik tangan Devita yang masih tidur-tiduran di atas kasur, sedangkan ia dan Hoody sudah siap untuk datang ke rumah tetangga barunya.

"APAAN SIH??? GUE TUH BANYAK TUGAS TAU!" balas Devita yang masih berusaha melepaskan tangannya dari tarikan Donghyun.

"Bosen! Alesan lo itu mulu!"

Hoody dengan setelan casualnya bersandar pada pintu kamar Devita. Ibu dari kedua anak itu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan putri sulungnya.

"Ayo dong kak mandi. Enggak enak loh rumah kita depan-depanan gitu, masa kita gak dateng?" kata Hoody.

"Bun... Devi tuh banyak banget tugas," balas Devita dengan wajah lelah yang dibuat-buat.

"Halah, coba buka macbook lo. Gue yakin pasti lagi nonton netflix," ujar Donghyun yang langsung mendapat cubitan kecil dari Devita.

"Sebentar aja deh disananya, setor muka abis itu kalau kakak mau pulang duluan terus lanjutin series netflixnya gapapa. Daritadi Mami Jessi udah nyariin loh, katanya udah pada ngumpul disana. Tinggal kita doang yang belum dateng. Yuk Kak jangan gitu ah," bujuk Hoody.

"Iya, iya. Tapi beneran ya Devi boleh pulang duluan?" Hoody mengangguk sebagai jawabannya.

"Yaudah, Devi mandi dulu sebentar." Devita segera beranjak dari kasurnya dan berlajan menuju kamar mandi.

"Okay, bunda sama adek tunggu dibawah ya."

Gak sampai 15 menit Devita sudah siap, mereka pun segera bergegas kerumah tetangga barunya karena daritadi Jessi terus menanyakan kenapa Hoody belum juga sampai.

"Akhirnya dateng juga. Tuh ditungguin sama yang punya rumah," kata Jessi pada Hoody sesaat mereka dateng.

"Duh iya, maaf ya telat. Ada kendala," balas Hoody.

"Pasti Kak Dev nih yang bikin telat," celetuk Raina.

"Dih kok gue?" tanya Devita tidak terima.

"Karena gak mungkin Donghyun. Because karena adalah is Donghyun pasti langsung nurut kalau Bunda Hoody suruh dia mandi. Betul tidak?"

"Betul!!!" sahur Lula, menyetujui perkataan Raina.

Kalau udah gini, Devita cuma bisa menghela napas dan bertanya dalam hati kenapa Jay dan Simon harus punya anak seperti Lula dan Raina.

"Bang, kayaknya udah ngumpul semua," bisik Gyujeong pada Gray.

Gray menatap sekitarnya, lalu berdeham, "Ya baik. Selamat Sore menjelang malam. Karena dilihat-lihat sudah lengkap semua, perkenalkan saya penghuni baru dari unit A5, Gray dan ini adik saya." Gray menyenggol lengan Gyujeong yang sedang memainkan minumannya.

"Eh, iya. Saya Gyujeong." Pemuda itu tersenyum canggung.

"Udah?" bisik Gray.

"Udah."

"Gitu doang?'

"Ya terus ngapain?" balas Gyujeong.

Semua yang berada disana menatap kearah kakak beradik itu bingung. Situasi canggung macam apa ini.

Gray menepuk tangannya sekali, "Sekiranya segitu aja dari kami. Silahkan di makan lagi hidangannya, semoga kita bisa lebih akrab satu sama lain setelah acara ini. Silahkan-silahkan."

"Gue berasa lagi liat orang abis presentasi," kata Raina kepada Minsik disampingnya.

"Iya, ini syukuran apa pertemuan kolega bisnis? By the way, cocok tuh join sama Wonjae, serius banget kayak banyak beban," balas Minsik.

Raina terkekeh pelan, "Parah lo gue aduin Bang Wonjae liat aja."

"Waduh, mundur gue mundur."

"Oh... jadi sekarang sama Bang Minsik nih? Gak sama si Haon lagi?" ucap Lula dengan membawa sepiring salad buah.

"Ih mau bagi." Raina langsung merebut garpu yang ada di tangan Lula.

"Kebiasaan lo mah! Ambil sendiri kek???" sungut Lula.

"Gak boleh gitu sama saudara," jawab Raina sambil tersenyum jumawa.

"Saudara, sadaura. Lo ngapain sih sama Bang Minsik berduaan? Gak liat noh mata si Haon?" Sebenarnya Lula disuruh Haon untuk menghampiri Raina dan Minsik, kalau gak disuruh juga Lula tidak akan peduli.

"Emang kenapa Kak Haon?" tanya Raina kembali menyomot salad buah di piring Raina.

"Ck, kamu ini memang tidak bisa melihat. Dibutakan cinta Samuel apa gimana?" sahut Lula.

Raina melirik Lula, "Enak aja, mata gue emang minus ya. Tapi gue gak buta. Gue masih bisa liat."

Lula menghela napasnya, sudah ia duga pasti Raina tidak akan nyambung dengan omongannya.

"Udah lah capek gue ngomong sama lo. Percuma. Mending liatin tuh Bunda Hoody sama Om Gray. Itu kalau di drama korea, backsoudnya udah, syalala lala lala~~" kata Lula membuat Raina mengikuti kemana arah pandang gadis itu.

"Wih iya betul, nanti abis itu muncul lagu 'pandangan pertama awal aku berjumpa' asik."

"Apaan sih? Kan gue bilang drama korea, kenapa jadi kayak acara warkop?" Mendengar kekesalan Lula, gadis berkacamata itu hanya cengengesan.

"Hai," sapa Jaemin pada kedua gadis itu.

"Hai, hai. Untung bukan halo, nanti jadi halo halo Bandung." Lula daridulu beneran gak pernah bisa ngerti sama ke-random-an seorang Raina.

"Diem lo," kata Jaemin membuat Raina menatap pemuda itu sebal.

"Dih... udah dateng tak diundang, ngajak ribut lagi. Udah lah, gue males ada Jaemin, gue mau ke Kak Haon aja. Bubay..." Raina melambaikan tangannya, meninggalkan Lula dan Jaemin berdua.

"Eh? Kok gue ditinggal sih? Tungguin, gue ik-"

"Udah disini aja." Jaemin menahan lengan Lula pelan.

Gadis itu sempat bingung, namun akhirnya tetap diam disitu. Seketika suasana diantara mereka terasa berbeda. Jujur Lula canggung banget, ia memang tidak terlalu dekat dengan Jaemin. Dan ditinggalkan berdua saja membuat Lula semakin merasa canggung.

"Lo mau lanjut dimana Lul?" tanya Jaemin, memecah keheningan diantara mereka.

"Gak tau deh? Mungkin sama kayak Haon kali?" Lula mengangkat kedua bahunya.

Jaemin mengangguk-angguk, "Kalau jurusan?"

Gadis itu terlihat berpikir sesaat, "Masih bimbang. Kenapa emangnya?"

"Gapapa," sahut Jaemin.

Tepat setelah Jaemin menjawab, ponsel Lula berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Gadis itu langsung mengecek ponselnya, ternyata dari kekasihnya. Jaemin terdiam, dia gak niat ngintip tapi emang keliatan kok, kira-kira gini chatnya.

Message

Yedam: masih di rumah tetangga baru kamu?
Yedam: have fun beb partynya ^^
Yedam: please jawab yang lain selain geli wkwkwk

Apa kalian denger? Ada yang patah, tapi bukan kayu.



✨✨✨

Extra update!!!  ^.^

SymphonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang