Arka POV
Malam ini adalah malam Minggu. Malam saat romansa pasangan muda memenuhi setiap sudut kota. Saat ini aku sedang di atas motor menyusuri jalanan kota. Siap menjemput tuan putri yang selama empat tahun atau mungkin lebih bertahta di hatiku.
Ah... Mengingatnya aku jadi tak sabar bertemu. "Oh... Ayolah sebentar lagi," kataku pada diri ku sendiri yang tersenyum persis seperti orang yang tidak waras. Masih untung di balik helm. Kalau tidak, aku yakin seluruh penjuru kota menertawakan ku. Hei,. Tapi siapa yang peduli?
Sudah empat tahun ini kami bersama. Ah.. sebenarnya lusa baru anniversary kami ke empat. Tapi boleh kan aku bilang empat tahun? Masa harus bilang tiga tahun lebih 362 hari. Ribet mending yang simpel aja, ya kan?
Oke kembali ke Lidya ku. Sore tadi kami bercakap di sambungan seluler. "Bie... Kira-kira nanti aku pakai baju apa ya?" Tanyanya. "Dres putih kan udah, baju biru dongker juga udah,"sambungnya. Lalu menyebut beberapa baju lagi yang pernah dia pakai saat kami jalan bersama.
Ribet sekali jadi cewek. Pakai baju apapun bagiku ia tetap cantik. Gumamku dalam hati.
"Udah.. apa aja yang kamu kenakan tetap cantik kok dan pastinya tak akan melunturkan cinta ke kamu," sahut ku. "Ish.. apaan sih lebay kayak ABG labil aja, lagi serius juga," timpalnya.
Aku yakin dia pasti menampakkan muka kesalnya sambil memonyongkan bibir. Lucu sekali gadis ku satu ini. "Siapa yang ngajak bercanda, aku juga serius. Udah cepetan, lima menit lagi aku sampai depan" sahutku.Padahal aku, mandi juga belum, sholat Maghrib juga belum hihihi. Biarin habis dia lama. "Ih nyebelin" sahutnya lalu telepon mati.
Membayangkannya membuatku di mabuk asmara setiap detik. Tak terasa laju motor ku sudah aku tiba di depan rumahnya. Ia sudah duduk manis menantiku di teras rumah.
"Sudah siap aja nih yang mau kencan," godaku. Ia berusaha menutupi rasa malunya. "Katanya tadi lima menit, aku udah duduk disini sampai lumutan gak nongol-nongol," katanya dengan nada dibuat kesal.
"Ya.. kan sholat dulu, pamit orang tua biar di ridhoi," jawabku. Lalu ibunya datang dari dalam "assalamualaikum bu," salam ku. "Waalaikum salam, eh.. nak Arka mampir dulu sini ikut makan malam,"sapanya ramah.
"Terima kasih bu, ini mau pinjam putrinya dulu hehe..." sahutku. Lalu ayahnya "ibu gimana sih orang mau kencan ya pasti makan diluar." "Hehe.. ya sudah kalau begitu kami pamit pak bu," pamitku sambil berjabat tangan.
"Yah, buk Lidya pamit dulu,"
"Ya hati-hati, nak Arka jaga anak bapak jangan sampai lecet sedikitpun," kata ayahnya. "Ayah apaan sih," sahut Lidya.Lalu keduanya masuk rumah. Kini aku dan Lidya siap beranjak. Ditengah perjalanan kami bercerita sambil sesekali di sesali candaan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Syarat
RomanceArka dan Lidya telah memadu kasih selama empat tahun dan di Anniversary ke empat mereka Arka berencana melamar Lidya sebelum akhirnya melamar secara resmi dihadapan kedua keluarga. Namun kejadian malam itu membuat mimpi seorang Lidya sirna. kejadian...