Gema adzan telah berkumandang mengisi keheningan malam. Mengusik tidur ku yang rasanya baru dua jam. Sang waktu memang takkan membiarkan ku lebih lama lagi bergelayut manja dalam buaian pulau pribadi ku. Detingnya terus merangkak naik seiring dengan beranjaknya surya dari peraduan.
Hari ini rasanya begitu berat karna aku harus di kejar deadline naskah yang urung ku rampungkan. Ditambah sang penulis naskah tersebut membuat ku malas untuk meladeninya. Mendengar celotehnya saja membuat mood ku hancur seketika.“maaf bu, tolong ibu revisi sekali lagi, sepertinya ada beberapa halaman yang kurang pas,” kataku sehalus mungkin. “mbaknya kerja nggak sih dari kemarin Cuma nyuruh saya revisi mulu?” jawabnya dengan wajah sinis. Aku hanya bisa menghela napas menahan kekesalan. Memang dia pikir aku hanya mengerjakan naskahnya saja... gumam ku dalam hati. Dasar emak-emak.
Ku atur mimik wajahku setenang mungkin. “maaf bu... masalahnya saya tidak hanya mengurus naskah milik ibu, tapi juga milik beberapa penulis yang lain,” sanggah ku. akhirnya ia keluar membawa naskah itu Kembali sambil mukanya terlihat menahan amarah.
Hah... satu masalah selesai, setidaknya untuk hari ini. Kini aku tinggal mengejar deadline yang tinggal sedikit. Lalu Lina-rekan kerjaku datang “nape loe? Masih pagi kusut amat tuh muka,” tanyanya. “gak dapat jatah dari laki loe? Atau lagi pms?” imbuhnya. “ hah jatah apa? emang udah dapat?” timpal serly. “sembarangan aja loe kalo ngomong, nikah juga belum,” balasku sambil melempar bolpoin ke arahnya.
“hihihi… habis muka loe kusut bener, sama baju belom di seterika aja masih mending baju belum di seterika,” sahutnya. “gimana gak kusut pagi-pagi udah sarapan ocehan emak rempong, mana ngatain gue gak kerja lagi,” balas ku. “gak tau aja dia tiga malam ini gue Cuma tidur dua-tiga jam gara-gara deadline. Ditambah naskah dia yang amburadul,” lanjut ku.
“udah sabar aja beb, anggap aja berkah, moga-moga acara loe lancar,” sahut serly. “berkah pala loe! Yang ada mood gue acak-acakan, pusing gue,”. “halah udah… ke depan yuk biar fresh… minta kopi bang dika” ajak lina. “betul tuh,” sahut serly. Akhirnya kami bertiga bergegas ke caffe depan. Untuk sekedar bersenda gurau melepas penat sejenak.Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Lembayung senja telah bertengger di kaki langit. Namun mata ku masih berfokus pada layar kotak dan setumpuk kertas yang rasanya tidak berkurang sedikitpun. Jika begini apakah besuk aku bisa memenuhi janji ku dengan Arka.
Besuk adalah hari special ku bersamanya. Tepat empat tahun lalu kami resmi menjalin kasih. Seharusnya besuk ia melamar ku. kami berdua menginginkan tanggal itu sekaligus biar jadi kenangan yang indah sampai tua nanti.
Tetapi apa boleh buat orang tua kami meminta agar acara seminggu lagi. Membuat kami mau tak mau harus mengalah. Toh mereka juga lebih tau yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Syarat
RomanceArka dan Lidya telah memadu kasih selama empat tahun dan di Anniversary ke empat mereka Arka berencana melamar Lidya sebelum akhirnya melamar secara resmi dihadapan kedua keluarga. Namun kejadian malam itu membuat mimpi seorang Lidya sirna. kejadian...