02. tamu yang diundang

2K 441 244
                                    

"Jadi, Mba nolak seorang Oh Sehun yang jelas-jelas most wanted inceran wanita seluruh bumi? Mba serius? Are u fucking kidding me, huh?"

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Melihat sebal ke arah benda berbentuk persegi panjang nan pipih tersebut. Suara ponselku memang terlalu jernih, dan suara Jennie jelas terlalu nyaring. Double kill untuk menyakiti telingaku yang mungil ini.

"Jennie, watch your mouth, please." Tegurku. Jennie jarang mengumpat demikian, hanya saat kasus tertentu. Seperti saat dispatch berhasil memergokinya berkencan dan malam ini saat dirinya tau aku menolak seorang Sehun. Whats wrong, huh? Memangnya aku harus selalu menerima laki-laki tampan di dunia ini?

"Katanya mau menikah, kalau begini caranya Mba bakalan dijodohin sama pilihan orang tua Mba!"

Aku mengacak rambutku frustasi. Kenapa Jennie harus mengingatkanku dengan isi perjanjian laknat itu sih? Menikah di umur 27 tahun saja sudah cukup, jangan sampai pula aku dijodohkan dengan laki-laki yang sama sekali enggak aku kenal. Bisa makin kelabu hidupku.

"Aku gak cocok sama Se-"

"Enggak cocok ndasmu! Belum coba udah berani bilang gak cocok?" Tanya Jennie dengan nada setajam silet. Jennie pasti cocok jika harus menjadi pembawa berita gosip harian dengan nada dan wajahnya yang entah mengapa bisa sangat terlihat julid.

"I'm trying. Eh Aku ingetin aja mumpung aku baik. aku lebih tua dari kamu." Dan Aku hanya mendengar suara kekehan kecil dari arah sana. Tau pasti bahwa Jennie sama sekali enggak mendengarkan saranku. Aku menghela nafas pasrah.

"Jisoo, listen. Semua idola laki-laki mungkin tergila-gila sama kamu. Tapi enggak semua menerima permintaan gilamu untuk bisa menikah muda. Dan Sehun si most wanted ini menawarkan banyak hal ke kamu: tampan, kaya raya, dan mau menjadi suami kamu. And soon to be hot daddy. Oh my god!"

Aku menggelengkan kepala mendengar ocehan panjang lebar Jennie. Masih terus berjalan menyusuri dorm BP yang letaknya berada paling ujung, aku mengeluarkan kartu akses ku dari tas Dior milikku. Harus ku sebutkan karena aku harus mempromosikannya dimanapun dan kapanpun.

"Emangnya kenapa kamu nolak Sehun?"

Aku masuk ke dalam unit yang benar-benar super gelap. Hanya sekali jentikan tangan, lampu akhirnya menyala terang di sekitarku. Aku tau persis bahwa hanya diriku yang tengah berada di sini. Lisa di apartement-nya, Rose berada di YG untuk latihan solonya dan Jennie yang mungkin sedang berduaan lagi bersama Kai. Kadang aku heran dengan mereka, kenapa mereka harus putus sih kalau masih sayang?

Hahaha kayak aku enggak aja.

"Aku bakalan jawab asal kamu gak motong omongan aku."

"Deal." Mantap Jennie. Tentu saja Ia harus melakukan itu. Aku teramat yakin bahwa Jennie benar-benar sedang dilanda penyakit kepo mendarah daging.

"Aku akuin dia emang ganteng banget. Badannya bener-bener idaman. Tapi, aku enggak bullshit waktu aku bilang kita enggak cocok. Obrolan Kita enggak nyambung, enggak se-frekuensi. Dia juga lebih sering ngamatin aku dibanding bicara dan itu beneran bikin aku enggak nyaman. We're not fit each other lah pokoknya. Itulah kenapa ada istilah jodoh, karena satu orang enggak bisa nge-klik sama semua orang."

Entah bagaimana aku yakin Jennie sedang manggut-manggut mengerti. Setidaknya Aku lega bisa menjelaskan semua ini kepada Jennie, sehingga Ia bisa berhenti mengintrogasiku ini dan itu.

"Kalau begitu, apa Sehun nge-kliknya sama aku ya?"

Dan Aku bisa mendengar teriakan dan deret tawa Jennie di sebrang sana. Juga suara Kai yang mengancam Jennie dengan suara paraunya. Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Baru saja aku memikirkan hal yang tidak-tidak.

Mantan Teman (Jisoo love story) || Haesoo feat boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang