"Mau kemana?" Tanya Rose ketika aku dengan terburu-buru keluar sambil mengenakan cardigan berbahan tebal yang panjangnya mencapai lututku.
Aku melihat sekilas ke arah Rose dan Jaehyun yang sedang duduk di ruang tengah sambil menyantap cemilan yang aku bawakan barusan. Aku tebak sebagian besar pasti Rose yang menyantapnya.
"Aku keluar sebentar ya, ada urusan." Ujarku terburu-buru. Dengan cepat mengganti sendal rumah dengan flatshoes yang selalu aku kenakan kala hanya keluar apartement untuk sekedar ke restoran lantai bawah atau ke tempat yoga. Sebelum benar-benar pergi, aku melihat kembali ke ruang tengah dimana Jaehyun dan Rose masih asik menatapku yang sedang kelihatan linglung.
"Jangan macem-macem ya. Inget, kalian idola." Lalu, setelah memberikan sedikit petuah, aku benar-benar keluar dari unit. Berjalan terburu-buru sambil terus menggerutu karena mantanku yang secara paksa meminta temu.
Sesampainya di basement, Aku pun melangkah pelan. Mengendap-endap, bersembunyi di balik mobil yang terparkir begitu rapih, mengintip setiap sudut basement dengan hati-hati.
"Jennie kena foto di basement." Ucapku pelan, meyakinkan bahwa aku harus mawas terhadap kondisi seperti saat ini.
Di sebrang sana, seorang laki-laki sudah melambaikan tangan ke arahku. Ia juga tertawa melihat tingkahku yang mungkin baginya terlihat aneh karena mengendap-endap seperti pencuri ulung. Namun, aku enggak peduli. Lebih baik cari aman dari pada nantinya menyesal karena tertangkap kamera dakjal.
"Tangannya turun jangan gitu!" Protesku berbisik. Meskipun rasanya percuma karena ia keras kepala sekali. Lalu, dengan teganya ia menglakson mobilnya cukup kencang hingga telingaku pengang. Ia jahat, rasanya percuma aku mengendap-endap kalau ujungnya mantanku menghancurkan segalanya. Belum cukup mematahkan hatiku, tetapi Ia juga mematahkan jalan ninjaku.
"Kamu nyebelin!"
Ia melihatku dengan tawa lebarnya setelah aku berhasil duduk di kursi samping pengemudi. Dengan kejamnya aku menyingkirkan tangannya saat Ia hendak memakaikan sabuk pengaman untukku. Tentu saja ku punya alasan tentang ini. Pertama, Kami sudah mantan. Kedua, aku bukan anak kecil yang harus dimanja dengan sikap-sikap kecil seperti ini. Kalau boleh jujur, alasan kedua terbentuk karena adanya alasan pertama. Kalau status kami bukan mantan, tentu saja dengan senang hati aku menerimanya.
"Mau kemana?"
"Tenang, aku enggak akan nyulik kamu."
"Ya tapi kemana?" Aku memandangnya sebal. Ia hanya tersenyum miring sama sekali tak menanggapi pertanyaanku. Oleh karena itu, aku memilih diam sambil memerhatikan jalanan kota Seoul yang lengang. Mudah-mudahan enggak ada kamera dakjal yang mengintai aku dan mantanku ini.
Selama berpacaran, aku dan mantanku sering menghabiskan waktu di apartement. Belum pernah pergi berduaan di dalam mobil seperti yang kami lakukan sekarang. Terkadang Aku yang mengunjungi apartementnya, tetapi Ia yang lebih sering datang mengunjungiku. Kami terlalu takut kalau-kalau kamera dakjal itu menemukan Kami. Jadi, hari ini adalah pengecualian. Itupun karena mantanku bertindak tanpa meminta persetujuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Teman (Jisoo love story) || Haesoo feat boys
Cerita PendekTanya hati, salahkah bila aku dan kamu bersatu karena Kau dulu milik temanku? Ps: Tidak perlu komen cepet update atau dilarang menagih update. Thanks.