Matahari mulai naik menerangi jendela kamar Asia, wajahnya yang mungil terlihat imut di saat lelap. Matanya yang kecoklatan mampu menghipnotis iblis yang sedang memperhatikan nya dari jauh dengan wajah cengengesan.
Hana masuk dengan wadah berisi air sakura, itu ramuan herbal untuk membuat badan Asia kuat. Gadis dengan arti nama Matahari itu memang seperti matahari yang kerap kali membuat hati Hana sakit, anaknya akan menjadi persembahan ritual iblis.
"Sudah bangun?" tanya Hana.
"Nee okasan!" jawab Asia antusias.
Hana memeluk putrinya. Takushake dan Kazuki belum bangun, Kazuki lebih malas untuk ukuran Remaja 17 tahun.
Hana berjalan ke taman, kimononya selalu melekat di badan nya yang mungil, wajah cantiknya memang jarang di temui, garis wajah yang begitu memesona.
"Hai bocah kecil," seru seekor tupai besar dari atas pohon.
Itu adalah siluman yang menjelma, siluman yang tinggal si sekitar mansion. Tidak ada yang begitu peduli dengan siluman yang konon tampan jika dalam wujud manusia.
"Tuan tupai jangan ganngu A-chan," gumam Asia.
Tupai itu tertawa, kemudian menghilang saat melihat bayangan wanita keluar dari mansion. Itu Hana.
Asia mengerjap ngerjap. Rupanya siluman itu memang doyan mengerjai anak kecil, Asia contohnya.
Himuro Asia tidak punya teman sama sekali, dia tidak bergaul dengan tetangga, bahkan dia tidk pernah melihat wajah wajah dari tetangganya.
Asia bermain bunga bunga di temani tupai dan kupu kupu. Tidak ada teman. Sebuah panggilan dari Hana.
"Kemari, jangan banyak main di luar," ucap Hana.
Asia mengangguk tapi wajahnya amsih menatap ke arah pohon tempat siluman tupai itu diam.
"Kamu bicara sendirian tadi, atau ada yang sedang mengajak mu bicara?" tanya Hana khawatir ada siluman yang emngggangu putrinya.
"Asi bicara dengan tupai," jawabnya polos.
Hana hanya tersenyum mendengar Asia. Mereka berjalan masuk ke dalam mansion untuk menyantap makan siang mereka.
Kato datang dengan katana di tangan nya. Dia baru saja menajam kan dengan rendaman arang di halaman depan. Bekas dari pembakaran kayu di depan rumah.
"Kazuki dan Takushake, mana?" tanya Kato.
Hana menoleh dan melihat kanan kiri. Tanda tanda anak nya itu tidak ada di rumah. Apakah mereka sedang main di ruang bawah tanah? Mungkin saja.
"Ahh mereka sedang ke bawah mungkin," jawab Hana.
Kato mengangguk dan duduk di atas bantalan katana nya sudah di simpan di lemari benda benda pusaka leluhur.
"Besok, aku akan membawa takushake menuju ke kota," ucap Kato.
Hana tentu tidak keberatan atau berkomentar. Karena Kato bukan sedang meminta Izin, tapi lebih tepatnya dia hanya menyampaikan.
"Kalian bertiga tentu tidak keberatan tinggal, dua atau lima hari, kan?" tanya kato.
Hana mengangguk. Itu hal yang biasa. Kato manggit manggut dan meminum teg sakura nya. Rasanya sangat menyenangkan memiliki istri penurut di sisinya.
Mata kato menatap putrinya. Gadis itu diam memakan sup nya. Hati kato sedikit terusik tapi keyakinan nya tidak bisa di gadaikan dengan nurani sekalipun.
"Kamu mau mainan baru?" tanya Kato.
Asia seketika mengangguk. Wajah nya sangat terlihat sumringah dengan tawaran dari sang ayah.
"Nanti ayah belikan dengan menjual sabuk," ucap Kato.
Bagaimanapun, putrinya adalah buah hatinya. Dia sangat mencintai keluarganya. Meskipun dia berada di aliran pengikut leluhur.
Asia mungkin tidak akan mengerti, hingga akhir hayatnya.
...
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Mansion (On Going)
Historical Fictionsebuah teradisi kuno telah menjadikan seorang gadis cantik itu menunggu nasibnya dengan pasrah, bukan keinginannya untuk mengakhiri hidup dengan kengerian, takdir lah yang membuatnya hidup di tengah penganut keyakinan mengerikan, ritual, iblis dan d...