Masa Remaja

3 1 0
                                    

Seseorang berkata bahwa masa remaja itu masa yang penuh dengan pesona dan penuh dengan kejutan.

Kejutan?

Tiga tahun lagi tepat ke 50 tahun, ritual  itu akan kembali di lakukan, ritual yang penuh dengan kengerian.

Kamu bahkan tidak perlu bersusah paya membayangkan hal mengerikan ketika menyaksikan dengan sendirinya ritual aneh ini.

Hibito mendekat ke arah putrinya yang sedang bermain boneka dari jerami, gadis polos yang telah lebih 15 tahun terjebak dalam mansion ini, bukan hanya itu, bahkan dia tidak mengerti tentang dunia luar terkecuali tiga rumah di dekat mansion.

Tiga rumah itu berdekatan tak jauh dari mansion, hanya berjarak tiga puluh meter, ada yang paling dekat yaitu di samping mansion.

Mansion yang di huni tujuh orang, terutama gadis yang bernama Asia, ya artinya matahari, senyumnya indah dan tampak menawan.

Kepala keluarga dari keturunan Himuro, ayah asia yang sangat percaya dan taat dengan ajaran shinto.

Warga mengenalnya dengan nama Kato, hanya beberapa yang memanggilnya Hibito. Kato himuro adalah satu satunya keturunan himuro yang paling di percaya mengurus ritual karena dia satu satunya yang tersisa dari keluarga itu dan anak nya yang ketiga akan di jadikan persembahan untuk iblis.

***

Asia masih setia bermain dengan Hana- ibu dari Asia, Hana selalu memanjakan Asia, karena Asia satu satunya gadis yang berada di mansion itu, kedua saudaranya adalah laki laki, Kazuki dan Takushake.

"Okasan, aku ingin sekali bermain di halaman, ada banyak bunga yang okasan tanam," seru Asia sambil memainkan ujung kimono nya.

kimono yang ukuran nya kebesaran itu terlihat lucu di badan Asia. Bahkan menyapu dan menjuntai di lantai.

"Kamu akan di ajak Kazuki main di sana," balas Hana.

Asia mengangguk dan tersenyum senang. Gadis itu berjalan ke halaman mansion, rupanya di halaman belakang ada banyak bunga yang bahkan Asia tidak tahu namanya.

Hana memperhatikan putrinya dari jauh, senyumnya perlahan pudar berganti rasa sedih dan takut.

"Mengapa putriku harus mengalami ini," sesalnya seraya menunduk.

"Okasan, aku bawakan bunga agar membuat siluman itu pergi,"

Asia datang menghampiri Hana dengan tiga tangkai bunga di genggaman nya. Hana tersenyum, benar sekali beberapa kali Asia melihat siluman di dekat mansion mereka, ada yang berparas seperti Rubah dan yang hanya berwujud kumpulan asap.

"Jangan pernah pergi keluar ya, kamu tahu? Ada banyak hewan buas yang siap menerkam mu saat keluar dari sini," nasehat Hana kepada putrinya.

Asia mengangguk dan memeluk ibunya.

"Okasan, aku lapar," cicit Asia sambil terus memeluk Hana.

Hana tersenyum, dia membimbing Asia menuju dapur, diperhatikan dari sudut dapur jendela dengan tirai yang menggantung sebuah tali dari tambang.

Tali itu adalah tali bekas leluhur yang darahnya menjadi segel iblis di sana, rupanya tali itu memang sangat kuat dan bercak darah itu kini menjadi hitam.

Hana menggeleng kuat, mengusir ketakutan nya. Harusnya dia tidak jatuh cinta dengan Kato, dia bahkan tahu jika menjadi nyonya di keluarga himuro akan membawanya melihat banyak kengerian, dia hanyalah gadis desa yang melabuhkan hatinya pada takdir.

Saat itu Hana bertemu Kato di lereng gunung, Kato mengusir mahluk jahat dan menggendong Hana kembali ke pedesaan, dan di situ muncul benih cinta yang mengantarkan kepada takdir ini.

"Okasan, kenapa okasan tersenyum seperti itu?" tanya Asia.

"Okasan sedang mengamatimu," kilah Hana.

"Aku sayang okasan." kata Asia memeluk Ibunya.

****

Purnama menetap di langit malam, sepertinya mansion ini terlalu cerah untuk di terangi purnama. Banyak lampion-lampion yang menyala di sekitar mansion, hawa dingin dan kabut membuat mansion ini selalu tampak kaku.

Pegunungan yang hanya memiliki sedikit penghuni membuat desa ini tenang dan bahkan jarang yang datang dari kota.

Hana memungut semua kain di halaman dalam Mansion. Sebuah bayangan hitam muncul memeluknya dari belakang.

"Hai, bagaimana kabar mu?" tanya siluman yang duduk bertengger di atas pohon.

"Seperti kau lihat. Kumohon, jangan muncul seperti ini. Asia nanti melihatmu," pinta Hana.

"Tidak mau, aku suka datang di sini, aku dulu yang menjailimu di gunung, sekarang bisa bercerita dengan mu," kekeh mahluk itu.

"Hush... Hushh.." suara usiran itu milik kato.

Hana menoleh dan tersenyum ke arah suaminya.

"Dia memang jail," ucap Hana lembut.

Kato hanya mengangguk, wajahnya memang kurang tersenyum.

"Jangan main-main dengan nya lagi," bisik kato saat Hana lewat di sampingnya.

Hana mengangguk dan bergegas masuk ke dalam menyiapkan makan malam mereka.

***

Bloody Mansion (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang