Di setiap malam minggu aku ingin menemanimu kemanapun, membeli perlengkapan untuk taman kecilmu atau berbelanja di pasar loak, mencari sebuah buku puisi untuk koleksimu.
Menemanimu di angkringan, mendengarkanmu bercerita tentang burung gereja yang sering berteduh di teras rumahmu saat hujan turun.
Kita melaju diatas motor tua yang sering mogok, hanya untuk mandi sinar lampu kota.
Melihat tingkah polos anak kecil yang sangat kagum melihat gelembung sabun yang melayang di udara.
Kau menatapku seraya tersenyum, lalu berbisik " Apakah nanti kita bisa menemani anak-anak kita pergi kesini untuk membeli gelembung sabun atau gula kapas di malam minggu?" Aku mengangguk pelan mengusap kepalamu.Kepada langit malam itu, aku berdoa.
Sebuah doa yang tak akan mampu menghentikan cerita kita. Ku akhiri dengan senyum dan mengecup keningmu.Ternyata aku salah, orang-orang tak pernah tahu bahwa esok kita akan berpisah.
Orang-orang tak tahu seberapa luas langit menampung doa-doa kita.
Tapi Tuhan tahu, DIA lebih tahu.Doaku malam itu tak pernah kuanggap sia-sia, denganmu sedekat itu aku tak pernah menyangka meski mimpi itu sudah ada sejak lama.
Denganmu, kini malam minggu hanya nyanyian pujangga sepi.
Di kedai kopi aku masih sering memesan minuman yang sering kau pesan, masih sering mendengarkan lagu yang sering kau dengarkan.
Di kedai kopi aku bersulang dengan kesepian, untukku, untukmu dan untuk cinta kita. Juga untuk sesuatu yang kau rancang untuk kita dimasa depan, masa tua, masa menemani anak-anak kita tumbuh dewasa.
Tuhan mengizinkan aku mencintaimu, tapi tidak untuk saling memiliki.
Kita hanya mempunyai cinta dan keyakinan, beberapa cinta untuk melepaskan, beberapa keyakinan untuk saling menguatkan. Apapun yang terjadi kehidupan ini masih sangat layak untuk dijalani, dengan penuh keyakinan dengan penuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan Sebelum Tidur
Short StoryTulisan-tulisan sebelum tidur,daripada di biarkan begitu saja di notes.