Kepada yang pernah.
Ketahuilah bahwa hari ini aku harus menjinakkan rindu-rinduku.
Mengelabuhi apa yang dirasakan hati hari ini memang sulit, dan benar adanya.
Untukmu yang kusebut awal dan akhir.
Lihatlah, gemercik air tak seberisik dulu, siang tak seramai kemarin dan malam menjadi lebih gelap, pengap, dan sepi. Itu yang kurasakan.Mungkin saja masih ada jalan untuk pulang, dengan mengikuti jejak yang ku tinggalkan di anggana yang luas, seluas kesabaranmu.
Tak banyak yang bisa kulakukan, selain memintal nafas yang penuh kerinduanku padamu untuk kujadikan selimut agar tubuhku tak menggeligis karena rindu.
Kau mungkin menebak-nebak apa yang aku lakukan saat ini.
Ya, kini aku sedang memperlambat menenun kafan untuk membungkus segala tentang yang mungkin saja takkan terulang atau mungkin akan terulang.
Aku memperlambatnya, aku tak ingin cepat-cepat menguburnya.Malam mengajariku membuat diorama tentang kita, menulis memoar tentang singkatnya petualangan kita.
Bukan dengan tinta air mata atau dengan darah aku menulisnya, aku menulis menggunakan keringatku yang mengucur deras sebab menjinakkan rindu.
Aku pugar kembali asa yang hancur untuk ku jadikan diorama ku awetkan dengan sisa-sisa senyummu yang melekat erat dalam netra.Lalu kusimpan dalam lemari kaca yang hanya bisa dibuka ketika namaku kau sebut atau senyummu saat sedang terpaut.
Segila ini aku merasakan kealapaan seseorang dalam diriku.Kepada langit malam kuceritakan engkau sebagai bintang.
Kepada siang kuceritakan engkau sebagai awan-awan.
Kepada pagi kuceritakn engkau sebagai daun yang ikhlas dan sabar menampung embun.Kepadaku kuceritakan engkau sebagai rindu tak bertuan.
2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulisan Sebelum Tidur
Historia CortaTulisan-tulisan sebelum tidur,daripada di biarkan begitu saja di notes.