Apaan nih

388 52 35
                                    

Deven keluar dari kelas Miss. Rara dengan langkah agak terseret dan muka yang masam. Entah bagaimana dia bisa jadi semalas ini berada di kelas yang biasanya menjadi kelas favoritnya, yang jelas, sejak pertama dia masuk ke kelas dan melihat Anneth yang abai padanya, sejak itu pula hari ulang tahunnya kali ini terasa buka sesuatu yang menyenangkan.

Teman-temannya masih bergerombol di dalam kelas, kebiasaan membicarakan hal yang tak penting kadang membuat mereka jadi lelet dan sering terlambat. Suara tertawa mereka yang menyebalkan kadang mengganggu beberapa orang dan kini Deven yang merasa terganggu. Mungkin habis ini Deven akan introspeksi diri.

Deven mengabaikan mereka dan memutuskan pergi ke kelas selanjutnya sendirian, namun, tiba-tiba Gogo dan Friden sudah berada di belakangnya saat dia baru berjalan beberapa langkah, terdengar dari obrolan tak penting mereka.

"Miss. Rara demen banget mengintimidasi kita kalo kita bakal ga lulus, heran gue. Menurut lo dia masih sodaraan nyiroro kidul gak sih? Rara sama Roro mirip juga."

"Hmm, bisa jadi. Nyiroro kidul kan suka gaet cowok, tapi gak bakal suka sama kita. Kalo Miss. Rara emang sodara dia, seleranya pasti yang maceman Clinton, hmm, siapa lagi ya? Deven, maybe. Atau bisa jadi Si Sultan."

"Jadi kesimpulannya?"

"Miss. Rara mau menyingkirkan kita-kita yang jauh dari selera dia."

"Hmm, menyedihkan."

Obrolan unfaedah itu berangsur-angsur mendekat sampai terasa tepat di belakang kepala. Benar saja, tak butuh waktu lama, Gogo sudah memanggil Deven.

"Deven, oi!"

Deven menoleh sinis. "Apa?"

"Dih galak amat cem-cem-an Miss. Rara"

"Hah?"

"Gak," Jawab Friden buru-buru. "Lo kenapa keliatan sedih sih? Bukannya lo ultah ya? Ultah tuh happy-happy."

"Betul itu!" Sahut Gogo sambil iseng menggeplak Friden. "Betul kata Iden."

Itu membuat Friden menggeplaknya kembali, "Ah, tangan lo kebiasaan!" Sedetik kemudian dia menoleh lagi pada Deven dengan mimik yang berbeda, "Tapi serius Dev, lo emang ada masalah apa sih?"

Gogo membalas geplakan Friden lagi, "Gue geplak lo pelan!"

"Tenaga lo kayak badak!" Friden membalas lagi.

Deven makin kesal melihatnya, padahal dia tahu bahwa Friden dan Gogo pasti sudah tahu apa yang membuatnya kesal, mereka sendiri yang banyak bicara pada Anneth tentang apapun yang membuat Anneth merasa semakin benar dan Deven semakin salah.

"Hadah, dah dah!" Deven melerai dengan kedua tangannya. "Lo berdua kalau mau ribut jangan di depan gue." Ia lalu berlalu pergi.

"Kemana?" Gogo sedikit berteriak.

Deven mempercepat jalannya, "Kelas kedua."

Gogo menoleh pada Friden, "Kok ngambek, Den?"

Friden mengangkat kedua bahunya, "Ya mana gue tau atuh, Go."

Gogo mencibir Friden, "Kan ini inisiatif lo, Malih."

.

"Ini guru kita kemana sih? Lama banget, cabut dulu yuk!"

"Cubat cabut cubat cabut, pikirin exam lo tuh!"

"Heleh," Joa mulai mencibir. "Kayak lo nya--"

"APA?" Charisa langsung mengangkat buku pelajarannya. Di sampingnya Nashwa yang juga sedang membaca buku ikut melirik dan terkikik.

"Ya.." Joa mencari-cari jawaban yang pas, "Ya gitu deh pokoknya. Ayo ah buruan laper gue! Ayo, Net!" Ajaknya pada Anneth yang sedang sibuk dengan hpnya.

Idol Junior Love Story 2: Unforgettable MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang