Prolog

47 12 4
                                    

Seorang cewek dengan tas selempang yang tersampir di bahu itu berjalan lunglai di trotoar samping jalanan.

Kakinya yang terlapis sepatu navy, menendang-nendang kerikil yang ada di jalanan, melampiaskan emosinya agar ia tak menangis saat itu juga.

Navya Syabila, nama cewek itu.

Jadi begini...

Ceritanya dia sedang jalan dengan pacarnya tadi. Ah, lebih tepatnya sudah menjadi mantan pacarnya sekarang. Date gitu lah ceritanya.

Seperti biasa, dijemput di rumah, tangan Navya tadi juga masih memeluk pinggang cowok itu dengan erat. Mereka sempat tertawa-tawa bersama saat di jalan. Sampai tiba-tiba Afyan--mantan pacar yang masih jadi pacar Navya beberapa saat lalu itu menepikan motornya di pinggir jalan.

Lalu merogoh kantong celananya dan mengambil hp, turun dari motor untuk mengangkat telepon masuk, kemudian mulai bergerak menjauh dari Navya yang kebingungan, karena baru kali ini Afyan menelpon dengan seseorang seperti tak boleh diketahui Navya.

Afyan biasanya selalu memperbolehkan Navya mendengar apapun yang dibicarakannya dalam telepon, dan selalu memberi tahu dengan siapa ia berbicara.

Tapi sikap Afyan yang seperti menyembunyikan rahasia itu sangat-sangat mencurigakan. Navya sudah berpikir yang tidak-tidak, cewek itu over thingking, merenungkan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya.

Dan benar saja, entah angin darimana tiba-tiba Afyan memutuskan hubungan mereka sepihak.

Navya jelas tak terima, karena ini terkesan tiba-tiba dan tanpa alasan. Apa salah dia coba? Hari ini berjalan seperti biasa, mereka tidak ada masalah apapun, tapi kenapa tiba-tiba begini?

Setelah berdebat beberapa saat karena Navya menanyakan alasan yang jelas, akhirnya ia menyerah, lalu Afyan meninggalkannya begitu saja disana. Sendirian.

Ah ya, dan mereka sudah resmi putus sekarang.

Apa ini sebenarnya ada hubungannya dengan telepon dari seseorang untuk Afyan tadi?

Jangan-jangan selingkuhannya telpon, terus minta Afyan putusin pacar pertamanya agar dia menjadi pacar satu-satunya.

Wah, baru pacaran aja dramanya udah seperti drama di rumah tangga.

Awas aja kalau sampai benar begitu.

Sekarang yang jadi masalah utama sih bukan itu, tapi...

Navya tak tahu caranya pulang.

Navya diturunkan di tengah-tengah komplek yang letaknya entah dimana, karena Afyan memang suka lewat jalan pintas di dalam komplek-komplek gitu biar cepat sampai.

Kampretnya ia tak bertanggung jawab membiarkan Navya terdampar di komplek sepi ini, sendirian, malam-malam lagi.

Navya hampir menangis sekarang.

Nasibnya benar-benar semenyedihkan ini. Hatinya patah, sekaligus bertanya-tanya. Nyatanya putus tanpa alasan itu membuatnya lebih tersiksa. Lebih bagus kalau putus, dengan alasan jelas.

Nggak lebih bagus juga sih... Walau bagaimanapun, putus cinta memang pada dasarnya menyakitkan.

Diputusin, diturunin ditengah jalan, nggak punya kuota atau pulsa untuk telepon siapapun, disini tak ada ojek ataupun angkutan yang lewat. Ya iyalah di dalam komplek gini mana ada kendaraan umum?!

Ambiguous (BENTAR DULU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang