"Kok... Mas tiba-tiba?" tanya Revaya sambil masih tertawa, melanjutkan ledakkan tawanya yang belum selesai tadi. Cowok itu akhirnya bersuara, setelah beberapa saat hanya tertawa, menanyakan sahutan Navya ketika Revaya memanggilnya yang membuat suasana menjadi awkward sesaat.
"Ah, anu Kak. Gue sering nonton sinetron. Pas episode yang ada orang Jawa nya gitu, kalo dipanggil 'Dek' nyahutnya 'Mas'. Terus gue juga punya Kakak, gue panggil dia Mas, jadi keseringan," jelas Navya kikuk, masih malu dengan sahutannya tadi. Tapi respon santai Revaya membuatnya jadi tak terlalu merasa malu.
"Oalah gitu. Otak lo kok bisa random banget, heran gue," Revaya geleng-geleng kepala sendiri.
"Adek! Kok gelasnya di depan kamu? Kamu yang minum tehnya ya?!" Mama Revaya tiba-tiba muncul, memarahi Revaya yang memang... Hmmm... Minum teh yang seharusnya dibuatkan untuk Navya.
Revaya menoleh dengan wajah polos. Ketika melihat wajah garang sang Mama otaknya langsung bekerja dengan cepat. Seperti tiba-tiba pemikirannya conected begitu saja.
"Hah? Ini buat lo, Dek? Eh, sorry gue nggak tau jadi gue minum," Revaya memandang ke arah Navya yang setelahnya cewek itu membalas, "Nggak apa-apa kok, Mas. Eh Kak."
Tuh kan, salah lagi.
Kalo sehabis bahas hal yang sama tuh ujung-ujungnya bakal keulang.
Mudah-mudahan tak ada yang terlalu memperhatikan. Kalo sampe iya, bisa malu lagi nih Navya.
"Tante bikinin lagi ya sayang?" tawar Mama Revaya.
Ah, untung aja Mamanya nggak sadar.
"Nggak usah Tante. Makasih banyak ya. Sekarang Navya mau langsung pamit aja. Hujannya juga udah reda. Navya pulang dulu ya Tante," Navya berdiri lalu menyalimi tangan Mama Revaya sambil berpamitan.
"Gue ambil jaket dulu, Dek," kata Revaya yang diangguki Navya.
"Duh, kok cepet banget sih mainnya," kata Mama Revaya menyayangkan kenapa Navya hanya kesini sebentar padahal belum sempat mengobrol dengannya.
Navya membalas, "Iya Tante, mampir sebentar aja kok. Sekarang juga udah lumayan malem nih."
Ya masa dia mau jelasin yang aslinya gini, 'Iya Tante, ini kenyataannya bukan main atau mampir. Ini tuh cuma kebetulan dan segala perintilannya. Pake hujan lagi kayak di drama Korea.'
Kan nggak mungkin dijelasin kayak gitu.
"Yaudah Tante anter ke depan sambil nunggu Revaya," ujar Mama Revaya merangkul Navya hangat. Berjalan beriringan keluar dari rumah.
Mereka kini telah menginjakkan kaki di lantai teras yang masih sedikit basah terkena hujan tadi. Mama Revaya memulai pembicaraan dengan Navya sembari menunggu Revaya yang mengambil jaket.
"Kapan-kapan main kesini lagi aja, Navya. Tante nggak pernah liat Revaya bawa temen cewek ke rumah, biasanya cowok terus. Kamu pacarnya ya?"
"E-eh? Bukan kok, Tan. Temen aja," Navya menjawab dengan kikuk.
Tapi bentar...
HA?
APA?
Oke, Navya mau kaget dulu sekarang.
Seriusan, Revaya nggak pernah bawa cewek ke rumah?!
Sebenarnya bukan itu sih yang bikin Navya kaget, walau hal itu juga mengagetkan, karena Navya dengar dari rumor dan gosip yang tersebar di kalangan siswi yang suka gibahin Revaya, katanya Revaya tuh punya pacar... Nggak tahu sih yang mana pacarnya, ya jelas karena katanya mereka tuh backstreet. Revaya tak pernah go public bersama pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambiguous (BENTAR DULU)
Teen FictionBagi Revaya, perasaan adalah hal yang ambigu. Dan ngenesnya, dia ketemu orang yang ambiguan serta sulit mengungkapkan perasaan. Mereka seperti kejar-kejaran, saling berlari kesana kemari tapi sangat sulit untuk bertemu di titik yang sama. Aneh. Sebe...