Cerita ini sudah diperbarui dan juga sudah diubah sedikit dari aslinya. Terimakasih
Di suatu hari yang indah..
Terlihat ada dua pemuda yang sedang duduk dibawah sejuknya pepohonan. Kedua pemuda tersebut sedang beristirahat dibawah pohon tersebut.
Daun, adalah nama dari salah satu pemuda yang sedang beristirahat dibawah pohon tersebut. Dirinya sedang sibuk membuat sebuah mahkota bunga untuk sahabatnya yaitu pemuda yang sedang duduk bersamanya sekarang.
"Cahaya! "Panggil daun sambil menyembunyikan mahkota itu dibalik tubuhnya.
Cahaya adalah nama dari pemuda yang duduk disebelah daun. Cahaya yang saat itu mengipas-ngipasi tubuhnya dengan topi yang tadinya berasa diatas kepalanya sontak menoleh kearah daun karena namanya disebut.
"Ada apa? "jawab cahaya sambil mengusap keringatnya.
"Aku punya hadiah untukmu"ucap daun sambil tersenyum.
" Oh iya kah? Aku ingin tau itu~" Ucap cahaya penasaran.
Tanpa peringatan daun seketika menaru rangkaian bunga yang tadi ia buat di atas kepala cahaya. Sontak hal itu membuat cahaya terkejut.
"Hah!!" Seru cahaya.
"ini buatku?"sambung cahaya.
Daun hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari nya.
"Oh... Terimakasih, daun "ucap cahaya tersenyum.
Suasana menjadi hening, untuk itu cahaya mencoba untuk memecahkan suasana tersebut.
" Um... Daun? Bolehkah aku mengatakan sesuatu? " Ucap cahaya menatap mata daun.
"Oh... Boleh, aku mau dengar kok"jawab daun sambil tersenyum membalas menatap mata cahaya.
"... Sebetulnya... Aku pengen banget terus sama kamu, tapi.... Kurasa aku tidak bisa bersamamu untuk selamanya..." Ucap cahaya dengan wajah tampak sedih.
"Eh? Emangnya kenapa? Apakah kamu terkena masalah? Ceritakan saja, aku bisa membantumu.." Ucap daun sedikit terkejut dan ia juga ikutan sedih.
"... Aku.. Aku ingin bertanya padamu... Apakah kamu sayang denganku?"tanya cahaya mengabaikan ucapan daun yg tadi.
"Tentu! Tentu saja aku sayang! bahkan lebih dari kata itu! ... Cahaya... Ada apa? Kamu bicara aneh, firasatku tidak baik mengenai mu... Apa ada yang terjadi kepada mu? "jawab daun sambil menatap cahaya.
"... Aku...aku...aku" Ucap cahaya terbata-bata, ia menatap daun dengan tatapan lirih.
Daun hanya diam sambil menunggu respon dari cahaya. Cahaya hanya bisa menghela nafas berat.
"... Daun... Sebetulnya aku harus pergi ke luar kota karena ada hal penting... Ini adalah perintah dari orang tuaku.. "ucap cahaya menjelaskan.
Daun yang mendengar ucapan cahaya sontak terdiam sedih.
"... Pasti itu sangat penting, hingga kamu harus kesana, tidak apa, aku akan setia menantimu" Ucap daun yang seperti tidak terjadi apa-apa.
Cahaya tau jika daun sedang sedih. Melihat kebenaran yang menyakiti itu cahaya hanya terdiam tak berkata, yang bisa ia lakukan hanya memberi pelukan terakhir meski dirinya tidak mau berpisah. Daun hanya bisa membalas pelukan itu. Ini pertama kalinya daun harus merelakan kepergian sahabatnya.
Tak terasa pelukan singkat itu cepat sekali berakhir. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Dipertengahan jalan daun melihat seorang pemuda yang sedang duduk di kursi sambil menangisi sebuah foto. Karna lirih daun menghampirinya.
"Um... Permisi... Kenapa kamu menangis?"tanya daun sambil menepuk pundak pemuda tersebut.
Sontak pemuda itu terkejut dan reflek menatap daun. Disitu daun menyadari bahwa pemuda yang sedang menangis itu adalah sahabatnya juga.
"Angin? Kok kamu menangis? Terus kamu Sendirian disini" Tanya daun terkejut dan menurunkan alisnya.
"A-aku tidak menangis! Mataku hanya berkeringat! "Ucap angin sambil mengusap air matanya.
Sontak daun yang mendengarnya langsung memegang kedua pipi angin yang masih basah itu.
"! " Reflek angin.
"Angin! Jelas aku melihat kamu menangis tadi! Ada ap-" Ucap daun yang terpotong karena pandangannya dialihkan ke foto yang dipegang angin.
Foto yang dipegang oleh angin, mengingatkan dirinya dengan cahaya. Karena merasa angin juga ditinggal oleh sahabatnya, daun langsung memeluknya tanpa aba-aba.
Setelah angin merasa tenang, daun pun mengajak angin ngobrol.
"..angin... Apakah kamu ada masalah dengan dia? Dia meninggalkan mu ya? "Ucap daun yang menatap angin yang diam memandangi foto itu.
Sontak angin terkejut karena seakan daun mengetahui masalah yang ia hadapi. Kembali dirinya memandangi foto tersebut, lalu menatap daun.
"... B-bagaimana kau bisa tau itu? Padahal aku tidak pernah membicarakan hal itu padamu... "Ucap angin mengabaikan pertanyaan daun.
Daun terdiam sejenak lalu mulai mencoba menjawab angin. Pundak angin ditepuk pelan oleh nya.
"... Ya... Aku tau, apa yang aku hadapi berbeda dengan apa yang kamu hadapi.. Tapi aku memahami situasi yang sekarang kamu hadapi kok! "ucap daun berkata lembut dan tersenyum guna membuat angin kembali bahagia.
Angin yang mendengar ucapan daun, sontak dirinya melirik ke arah daun, daun juga sedang menatapnya.
"... Sebenarnya.. Aku tidak tau apa salah ku.. Aku dilarang melihat dirinya lagi, bahkan aku hanya dianggap pengemis disana" Ucap angin berusaha menahan air mata.
"Padahal niatku baik... Aku disambut ramah dengan petir, tetapi orang tuanya malah mengusir ku... Aku sudah mencoba bersikap lembut dan sopan dihadapan mereka... Tapi aku tetap dianggap pengemis... Aku tau... Aku memang terlahir di keluarga miskin...
Tapi... Apakah pertemanan harus didasari oleh kekayaan? Aku kasihan melihat petir yang harus tersiksa karena terus di buat alat konten"lanjut angin kembali menangis karena mengingat kejadian tersebut lagi.
"Bahkan mereka menghinaku didepan petir... Harusnya mereka tau... Jika petir terlalu marah.. Itu akan buruk bagi mereka juga, bahkan sangat buruk untuk petir... "
Bersambung.....
■□■□■□■□■■□■□■□■□■■□■□■
Terimakasih sudah mau membaca cerita ini. Maaf terlalu singkat dan banyak sekali perubahannya...
Gambar adalah buatan saya sendiri, maaf jika kurang bagus. Saya hanya ingin membuat ceritanya lebih hidup.
Penulis sebelumnya (yang membuat buku ini) : Reni
Direvisi oleh: Icze.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTEMANAN [✅]
Adventure[Tamat] Buku ini sudah diperbaharui dan diubah sedikit dari aslinya. Menceritakan tentang perjuangan seorang pemuda yang ingin membentuk kembali persahabatan diantara teman masa sekolahnya, mampukah dirinya melakukannya? Ini adalah buku pertamaku:...