02|| Berubah?

5 1 0
                                    

• Jangankan untuk lupa, belajar melupakan saja sepertinya aku tidak mampu lagi, mungkin rasa ini sudah terlalu dalam jatuhnya.
Lantas? siapakah yang patut disalahkan? aku?
kamu?
atau persahabatan ini? •

Keana menutup diri dalam selimutnya, ia masih memikirkan siapa cewek yang akhir akhir ini dekat dengan sahabatnya vano, ia ragu untuk bertanya kepada cowok itu siapa sebenarnya cewek yang dekat dengan sahabatnya itu.

" Apaan sih kok gue jadi mikirin itu mulu, harusnya gue seneng sahabat gue sendiri punya cewek, lagian itu juga hak dia kok" Kata keana kesal sambil menghempas selimutnya. Ia berjalan menuruni tangga menuju dapur sambil mencari air untuk melegakan tenggorokannya.

"Heh lu!! anak yang gak di inginkan!! belikan gua makanan gih, gua laper cepetan!!" Seru seorang cewek yang sedang tiduran di sofa sambil memakan beberapa cemilan. Ia saudara tiri keana, Kezia Laurencia Alfari anak dari istri kedua papa kandungnya itu. Semenjak ayah dan ibu tiri belum pulang ke Indonesia, saudara tirinya itu semakin bebas dan sering pulang larut, dan entah mengapa hari ini ia ingat pulang ke rumah, biasanya kalau sudah larut ia akan menginap di rumah temannya. Entahlah, keana tidak ingin memikirkan itu, ia lalu berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya untuk mengambil hoodie putih kesayangannya dan uang untuk membeli makanan saudara tirinya itu.

" Gua tunggu!!  Awas aja kalau lama!! "

Keana hanya berjalan menuju pintu keluar rumah mereka, tanpa menghiraukan suara saudara tirinya itu, Ia tidak ingin melawan moodnya sedang tidak baik, Ia berjalan keluar perumahan itu, masih sekitaran jam delapan malam dan masih banyak yang berjualan dekat persimpangan biasanya.

Setelah keana mendapatkan beberapa makanan, ia berpikir kalau itu sudah cukup lalu ia berjalan pulang menuju perumahan mereka, jarak dari persimpangan ke perumahan keana lumayan jauh sekitar setengah kilometer, Tetapi keana sudah terbiasa berjalan seperti ini, ia sering pulang sekolah berjalan kaki jika uang sakunya digunakan untuk tabungan guna membeli novel keluaran terbaru.

" Woi!, Lo makin budeg aja ya!!" Teriak seseorang dari belakang.

" Astaga vano! kamu itu ya kebiasaan kagetin aku mulu" Balas keana kesal.

" Lo nya yang salah, dari tadi gua klakson dari belakang tapi gak dengar" kata alfian dingin.

" Yaa sorry deh, aku juga gak tau tiba tiba ngelamunin apaan tadi" Cengir keana sambil tersenyum khas dengan lesung pipinya itu.

" Yaudah ayo gua anterin" Balas alfian

Sebuah motor ninja sport berhenti di sebuah rumah sederhana bercat jingga dengan halaman yang tidak terlalu luas itu.

"Makasih ya vano, untung ada kamu jadi cepat deh sampainya" Balas keana sambil menyunggingkan senyumannya.

" Iya " Balas alfian dingin

" Eh itu-, Ehmm kamu bisa gak besok jemput aku, kita ke sekolah bareng gitu"
Kata keana terasa seperti orang asing, padahal dulu bila keana ingin alfian menjemputnya ia akan memaksa sampai alfian mau menjemputnya tapi entah kenapa keadaan sekarang seperti ada yang menganjal, entahlah keana hanya menghormati status alfian untuk cewek barunya itu, Setidaknya keana dari sekarang harus bisa mulai mengukur kedekatannya dengan alfian dengan panggilan vano sahabatnya itu.

" Gak bisa na, gua mungkin terlambat besok, Lo kan bisa naik ojek atau naik transportasi lain, jangan kayak anak kecil lagi yang harus gua jagain terus, Lo udah dewasa cari cowok biar ada jadi ojek lo tiap hari. Gua pamit " Balas alfian dengan kalimat terakhir yang dingin.

Setelah alfian tidak nampak lagi di balik blok rumahnya, ia langsung memasuki rumahnya, Ia terdiam mencerna semua perkataan alfian tadi, padahal ia meminta baik baik kepada alfian tetapi mengapa alfian menbalasnya seperti itu. keana lalu menghela nafasnya panjang dan membuka pintu rumahnya.

ALKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang